Buang Sial, Kadipaten Pura Pakualaman Larung Hasil Bumi-Pakaian di Pantai

Buang Sial, Kadipaten Pura Pakualaman Larung Hasil Bumi-Pakaian di Pantai

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Rabu, 17 Jul 2024 13:15 WIB
Prosesi Hajad Dalem Labuhan Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, Rabu (17/7).
Prosesi Hajad Dalem Labuhan Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, Rabu (17/7).Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja
Kulon Progo -

Kadipaten Pura Pakualaman menggelar upacara adat Hajad Dalem Labuhan di kawasan Pantai Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, pada hari ini. Gunungan berisi hasil bumi hingga pakaian bekas yang dilarung dalam tradisi sakral tersebut.

Upacara ini dimulai dengan doa bersama di Pesanggrahan Pakualaman Glagah, pada Rabu (17/7) sekitar pukul 09.00 WIB. Kemudian dilanjutkan kirab gunungan menuju Joglo Pakualaman di tepi Pantai Glagah yang berjarak kurang lebih tiga kilometer.

Sampai di lokasi, dua gunungan berisi hasil bumi meliputi padi, palawija, dan sayuran serta satu gunungan pakaian bekas keluarga Pakualaman didoakan lalu diarak ke arah pantai untuk dilarung. Pada momen inilah, ribuan warga yang sedari tadi mengikuti seluruh prosesi upacara diperkenankan untuk merayah isi gunungan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hajad Dalem Labuhan sendiri merupakan upacara yang rutin digelar Kadipaten Pura Pakualaman setiap Hari Asyura atau hari ke-10 pada bulan Muharram sesuai kalender Hijriah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengharap kemakmuran kepada Tuhan sekaligus membuang kesialan yang disimbolkan dengan melarung gunungan utamanya yang berisi pakaian bekas.

"Namanya labuhan itu kan melabuh sukerto, atau rereget (kotoran), jadi ada pakaian bekas yang dulu dipakai oleh Kanjeng Gusti, Gusti Putri,Putra Dalem, Rayi Dalem, dan sederek dalem itu sekalian dilarung," ungkap Sestrodiprojo selaku perwakilan Sekretariat Kadipaten Pakualaman, saat ditemui di lokasi Rabu (17/7).

ADVERTISEMENT

Panitia Hajad Dalem Labuhan Kadipaten Pura Pakualaman, Yudono Indriatmoko mengatakan larung gunungan ini menjadi media bagi Kadipaten Pura Pakualaman untuk meraih kejayaan dan mempererat hubungan dengan masyarakat.

Prosesi Hajad Dalem Labuhan Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, Rabu (17/7).Prosesi Hajad Dalem Labuhan Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, Rabu (17/7). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja

"Jadi filosofinya ini adalah melarung sukerto, jadi harapannya adalah dari Pura Pakualaman ini, rereget dan sukerto itu dilarung ke laut supaya Kadipaten Pakualaman lebih kuncoro dan makmur, dan bisa melangsungkan kelanggengan dengan masyarakat," terangnya.

"Kemudian untuk yang larung gunungan hasil bumi, itu filosofinya kan hasil bumi merupakan makanan manusia. Nah, setiap manusia kan ada sukerto atau reregetnya, harapannya (sukerto) itulah yang dilarung ke laut," imbuhnya.

Yudono mengatakan upacara Hajad Dalem Labuhan tahun ini terbilang lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meredanya pandemi COVID-19 dan kian banyaknya masyarakat yang tahu adanya acara ini menjadi alasannya.

"Iya tahun ini lebih meriah. Kalau tahun lalu hanya ada 5 bis, ini ada 8 bis ditambah kendaraan kecil lain, harapannya ini bisa menambah semaraknya destinasi wisata di Kulon Progo agar kunjungan meningkat dengan adanya upacara adat ini," harapnya.

Sementara itu, salah satu warga Warsini (55) asal Sindutan, Temon, mengaku sengaja datang ke acara ini untuk berebut gunungan. Menurutnya isi gunungan bisa membawa berkah bagi yang memperolehnya.

"Alhamdulillah tadi dapat kacang-kacangan, mau cari berkahnya," ucapnya.

Warsini pun berencana mengolah hasil bumi itu menjadi hidangan untuk keluarganya. "Ini mau dimasak, doanya ya semoga lancar rejeki, sukses selalu dan sehat terus," ujarnya.




(cln/apl)

Hide Ads