Muharram adalah bulan mulia dalam sistem penanggalan Hijriah dengan segudang amalan. Untuk menghidupkan bulan yang tak lama lagi ini akan datang, umat Islam bisa mengerjakan beberapa amalan berikut ini.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) Aceh, secara bahasa, Muharram bisa diartikan menjadi bulan yang diharamkan. Kenapa disebut haram? Sebab, pada bulan ini, orang-orang Arab dilarang berperang.
Keterangan senada juga tertera dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir yang bunyinya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
أَنَّالْمُحَرَّمَسُمِّيَبِذَلِكَلِكَوْنِهِشَهْرًامُحَرَّمًا،وَعِنْدِيأَنَّهُسُمِّيَبِذَلِكَتَأْكِيدًالِتَحْرِيمِهِ؛لِأَنَّالْعَرَبَكَانَتْتَتَقَلَّبُبِهِ،فَتُحِلُّهُعَامًاوَتُحَرِّمُهُعَامًا
"Dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan orang Arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal)."
Selain tergolong bulan-bulan mulia, Muharram juga memiliki sejumlah amalan yang penuh keutamaan. Bila Dzulhijjah memiliki puasa Arafah, Ramadhan mempunyai puasa Ramadhan dan Tarawih, maka, amalan apa yang dikhususkan untuk Muharram?
Amalan Bulan Muharram
Dari sekian banyak amal kebajikan yang bisa dikerjakan kaum muslim pada bulan ini, puasa Asyura menjadi amalan yang sangat dianjurkan dikerjakan karena keutamaannya yang dinantikan.
Selain puasa Asyura, ternyata masih banyak amalan lain yang bisa dikerjakan selama Muharram. Apa saja? Berikut ini penjelasan ringkasnya.
1. Doa Awal Tahun/Bulan
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Berarti, masuknya Muharram, selain menandai bulan baru, juga sebagai pertanda tahun baru.
Pada momen tahun atau bulan baru, para sahabat Rasulullah SAW biasa memanjatkan doa. Adapun lafalnya sebagaimana diambil dari buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh H Hamdan Hamedan, MA adalah:
اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ وَرِضْوَانٍ مِنَ الرَّحْمَنِ وَجَوَاز مِنَ الشَّيْطَانِ
Arab Latin: Allahumma adkhilhu 'alainaa bil amni wal iimaani, was-salaamati, wal islaami, wa ridhwaanin, minarrahmani, wajawaazin minas-syaithaani.
Artinya: "Ya Allah, masukkan kami ke dalamnya dengan aman, iman, selamat, dan Islam. Dan anugerahkan kami ridha dari Ar-Rahman (Allah), serta jauhkanlah kami dari setan."
Ibnu Hajar al-Asqalani memasukkan doa ini dalam kitabnya, Al-Isabah fi Asma'a as-Sahabah dan menghukuminya shahih. Sementara itu, al-Haitsami dalam Majma'uz Zawaid menyatakan hasan atau baik.
Selain itu, seorang muslim boleh berdoa ketika melihat bulan sabit (hilal) di tengah gelapnya langit malam. Bacaan doanya sebagaimana ditilik dari buku Kumpulan Do'a dalam Al-Qur'an dan Hadits oleh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani adalah:
اللهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيْمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالْإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ
Arab Latin: Allahu akbar, allahumma ahlilhu alainaa bil-amni wal-iimaani, was-salaamati wal-islaami, wat-taufiiqi lima tuhibbu rabbana wa tardhaa rabbunaa wa rabbukallah.
Artinya: "Allah Maha Besar. Ya Allah! Tampakkan bulan tanggal satu itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau sukai dan ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu (wahai bulan sabit) adalah Allah." (HR Tirmidzi no 5/504 dan Ad-Darimi no 1/336).
Perlu dicatat bahwa doa ini boleh dibaca untuk bulan apa pun, tidak terbatas pada Muharram saja. Wallahu a'lam bish-shawab.
2. Puasa Mutlak
Amalan kedua yang dianjurkan bagi umat Islam adalah puasa mutlak. Apa itu? Puasa mutlak merupakan puasa yang dikerjakan tanpa adanya keterikatan waktu dan hajat sebagaimana dikutip dari laman NU Jawa Barat.
Adapun dalil anjuran memperbanyak puasa pada Muharram adalah hadits shahih Muslim berikut ini:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Artinya: "Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram." (HR Muslim 1982)
Diambil dari NU Online, Imam al-Qurthubi pernah berkata,
إِنَّمَا كَانَ صَوْمُ الْمُحَرَّمِ أَفْضَلَ الصِّيَامِ مِنْ أَجْلِ أَنَّهُ أَوَّلَ السَّنَةِ الْمُسْتَأْنَفَةِ، فَكَانَ اسْتِفْتَاحُهَا بِالصَّوْمِ الَّذِي هُوَ أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ
Artinya: "Puasa Muharram menjadi puasa yang paling utama karena Muharram merupakan awal tahun baru, maka pembukaannya dengan puasa yang merupakan amal paling utama."
Sebagai pengingat, tidak boleh berpuasa selama seluruh hari Muharram secara total tanpa jeda sama sekali. Sebab, Rasulullah SAW sendiri tidak pernah melakukan yang demikian, kecuali pada Ramadhan saja. Wallahu a'lam.
3. Puasa Tasua
Sesuai namanya, puasa Tasua dikerjakan pada 9 Muharram (sembilan dalam bahasa Arab adalah tis'ah). Rasulullah SAW sendiri baru sebatas meniatkan untuk mengerjakannya. Namun, sebelum sempat mengamalkan, beliau meninggal dunia.
Disadur dari buku berjudul Catatan Fikih Puasa Sunnah karya Hari Ahadi, Ibnu Abbas berkata,
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ يَوْمُ تُعَظِمُهُ الْيَهُودُ، وَالنَّصَارَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " : " فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ " . قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوفَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: "Saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, saat itu para sahabat menyampaikan, 'Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.' Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Pada tahun depan insya allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (al-Muharram).' Belum tiba tahun berikutnya melainkan Rasulullah SAW telah wafat." (HR Muslim 1134)
Atau, dalam riwayat Baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda,
لَئِن بَقيتُ لآمُرَنَّ بصيامِ يَومٍ قَبْلَه أَو يَومٍ بَعدَه
Artinya: "Jika saya masih hidup (hingga tahun berikutnya), saya akan perintahkan untuk berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya." (HR Baihaqi 8470)
Dihimpun dari NU Online, hikmah puasa Tasua adalah menyelisihi amaliyah Yahudi. Mengapa demikian? Sebab, umat Yahudi biasa berpuasa pada 10 Muharram alias Asyura. Untuk menyelisihinya, Nabi Muhammad berniat mengerjakan puasa Tasua.
Karena itu, bila seseorang terlewat puasa Tasua, ia boleh saja mengerjakan puasa pada 11 Muharram. Tujuannya tetap sama, yakni menyelisihi orang Yahudi. Syaikh Zainuddin al-Malibari berkata dalam Fathul Mu'in,
والحكمة: مخالفة اليهود، ومن ثم سن لمن لم يصمه: صوم الحادي عشر، بل إن صامه، لخبر فيه. وفي الام: لا بأس أن يفرده
Artinya: "Hikmah puasa Tasua adalah menyelisihi amaliyah Yahudi. Dari sini kemudian muncul anjuran puasa hari 11 Muharram bagi mereka yang tidak berpuasa Tasua. Puasa 11 Muharram tetap dianjurkan meski mereka sudah berpuasa Tasua sesuai hadits Nabi SAW. Imam Syafi'i dalam kitab al-Umm mengatakan: "Tidak masalah hanya puasa Asyura saja."
4. Puasa Asyura
Usai menuntaskan puasa Tasua pada 9 Muharram, pada 10 Muharram, detikers dapat lanjut dengan mengerjakan puasa Asyura. Keutamaan puasa ini adalah menghapuskan dosa setahun yang lalu. Landasannya adalah hadits berikut,
صِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya: "Puasa Asyura, aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu." (HR Muslim 1162)
Demi meraih keutamaan tersebut, maka sudah sepatutnya amalan ini tidak dibiarkan terlewat begitu saja tanpa makna. Terlebih, Nabi Muhammad SAW mengerjakan amalan ini dengan penuh semangat.
Dirunut dari buku Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah oleh Abu Ubaidah Yusuf dan Abu Abdillah Syahrul Fatwa, Ibnu Abbas berkata,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Artinya: "Aku tidak pernah melihat Nabi SAW benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari Asyura, dan puasa bulan Ramadhan." (HR Bukhari 2006 dan Muslim 1132)
5. Bertaubat
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW pernah bersabda,
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمُ : ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتُ : ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya: "Satu tahun itu dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram. Tiga bulan berturut-turut; Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Satu lagi adalah bulan Rajab yang terletak antara bulan Jumada Tsaniyah dan Syaban." (HR Bukhari 2958)
Pada bulan-bulan mulia atau haram, dosa dan maksiat yang dibuat seseorang akan berlipat ganda dosanya. Oleh karena itu, sebaiknya seorang muslim bertaubat dahulu sebelum memasuki bulan ini. Alhasil, ia bisa menjalani Muharram dengan jiwa yang suci dan siap kembali kepada-Nya.
6. Amalan Shalih Lainnya
Mengerjakan amalan shalih pada bulan haram akan mendapat ganjaran atau pahala yang lebih besar. Dikutip dari NU Jawa Timur, Imam Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud al-Baghawi berkata,
العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَالظُّلْمُ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهُنَّ
Artinya: "Amal shalih lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Sedangkan zalim pada bulan tersebut (juga) lebih besar dari zalim di dalam bulan-bulan selainnya."
Berikut beberapa amalan yang bisa dikerjakan saat bulan Muharram:
- Mengerjakan sholat-sholat sunnah (dhuha, rawatib, malam, dan selainnya)
- Membaca Al-Quran secara rutin
- Bersedekah kepada yang membutuhkan
- Menjalin hubungan silaturahmi
- Berdzikir dan bersholawat
Nah, itulah enam amalan Muharram yang bisa umat Islam lakukan untuk meraih keutamaan-keutamaannya. Yuk, persiapkan diri hadapi Muharram!
(par/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas