Respons Pemkab Kulon Progo soal Bangunan Liar Pedagang di Sabuk Hijau YIA

Respons Pemkab Kulon Progo soal Bangunan Liar Pedagang di Sabuk Hijau YIA

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Rabu, 05 Jun 2024 18:48 WIB
Bangunan liar di sekitar sabuk hijau Bandara YIA Kulon PRogo, Senin (3/6/2024).
Bangunan liar di sekitar sabuk hijau Bandara YIA Kulon Progo, Senin (3/6/2024). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja
Kulon Progo -

Bangunan semi permanen liar bermunculan di kawasan green belt atau sabuk hijau penahan abrasi dan pencegah tsunami Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo. Begini respons Pemkab Kulon Progo.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo, Triono mengatakan opsi relokasi dimungkinkan terjadi karena berdasarkan hasil pengecekan pihaknya, mayoritas pemilik bangunan liar itu merupakan pedagang yang sebelumnya berjualan di sekitar kawasan pemecah ombak Pantai Glagah. Karena kawasan pemecah ombak Pantai Glagah akan disterilkan, maka sebagian pedagang akhirnya memutuskan cari alternatif lokasi di sekitar sabuk hijau YIA.

Padahal, Pemkab sudah ada rencana memindahkan pedagang dari kawasan pemecah ombak Pantai Glagah ke tempat lain, yakni Plaza Kuliner dan Plaza Souvenir, Glagah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang kita sudah menyiapkan untuk Pasar Kuliner dan Pasar Souvenir, sudah kita identifikasi pedagang-pedagang yang ada di dekat sana (pemecah ombak). Tapi mereka justru memanfaatkan jalan baru itu, sehingga nanti kemungkinan besar itu adalah orang-orang yang ada di timur itu (pemecah ombak)," kata Triono saat dimintai konfirmasi wartawan, Rabu (5/6/2024).

Triono mengatakan saat ini pihaknya masih menyusun langkah strategis terkait pedagang yang sudah terlanjur mendirikan bangunan semi permanen di area sabuk hijau YIA. Adapun upaya relokasi belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, karena keterbatasan ruang di Plaza Kuliner dan Plaza Souvenir Glagah.

ADVERTISEMENT

"Kita sedang diskusikan tindakan kita seperti apa, karena kalau dipindahkan sekarang ke Plaza Kuliner dan Plaza Souvenir itu belum cukup. Kan ada 300-an (pedagang), sedangkan Plaza Kuliner baru 60, dan Plaza Souvenir baru 25," terangnya.

"Dan saat ini masih kami identifikasi berapa jumlah lapak sebenarnya, biar nanti tidak ada yang dapat double," imbuhnya.

Sebagai informasi, sabuk hijau Bandara YIA yang sudah ada sejak 2019 lalu berfungsi sebagai penahan abrasi sekaligus pencegah tsunami. Sabuk hijau ini berwujud pohon cemara udang yang ditanam di sisi selatan YIA, yang merupakan laut selatan Jawa.

Diberitakan sebelumnya, bangunan semi permanen liar bermunculan di kawasan sabuk hijau Bandara YIA, Kapanewon Temon, Kulon Progo.

Lurah Glagah, Kapanewon Temon, Sigit Pramono mengatakan sebagian pemilik bangunan adalah pedagang yang biasa mangkal di sekitar pemecah ombak Pantai Glagah. Diketahui bahwa area pemecah ombak akan disterilkan dari aktivitas perdagangan sehingga banyak pedagang yang memilih kawasan green belt sebagai alternatif tempat jualan.

"Ini waktu bulan puasa, jadi mau penertiban oleh BBWSSO, nah orang-orang di sana (sekitar pemecah ombak Pantai Glagah) resah sehingga cari alternatif di sini," kata Sigit saat ditemui di lokasi, Senin (3/6) sore.

"Sebagian dari wilayah sana (area pemecah ombak) sudah ngapling di sini. Jadi setiap saat digusur sudah ada tempat. Bagi mereka lokasi ini jadi alternatif untuk jualan. Tapi bagi kami pemangku wilayah di sini, aksi ini sebetulnya tidak boleh karena tanpa izin," imbuhnya.

Padahal, lanjut Sigit, pihaknya sudah mengimbau kepada warga dan masyarakat pelaku usaha agar tidak membikin bangunan dalam bentuk apa pun di sekitar kawasan sabuk hijau.

"Kalau untuk warga masyarakat, waktu dulu itu sudah kita sampaikan soal larangan membuat bangunan di sini, termasuk memasang itu," ujarnya.

Terkait nasib bangunan liar ini, Sigit mengaku belum bisa mengambil langkah strategis. Rencananya pihak kalurahan akan berkoordinasi dengan Pemkab Kulon Progo dan BBWSSO untuk mencari solusi bersama atas persoalan ini.

"Sementara ini kita belum ada koordinasi. Pedagang mau ke mana belum ada koordinasi. Jadi mau dikomunikasikan dulu dengan pihak terkait, termasuk BBWSSO," terangnya.

Sementara itu, pantauan detikJogja di lokasi, Senin (3/6) sore, terdapat bangunan anyar di sepanjang jalan Pantai Glagah-Congot. Paling banyak di jalan bekas abrasi yang langsung berbatasan dengan pemandangan laut lepas dan area sabuk hijau.

Pengamatan sekilas terlihat bahwa mayoritas bangunan terbuat dari bambu dengan atap terpal. Sebagian besar masih berwujud rangka, dan hanya segelintir yang telah dioperasikan menjadi warung.




(rih/ahr)

Hide Ads