Bangunan semi permanen liar bermunculan di kawasan green belt atau sabuk hijau penahan abrasi dan pencegah tsunami Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Kapanewon Temon, Kulon Progo. Lurah Glagah, Kapanewon Temon, mengungkapkan siapa pemilik bangunan liar itu.
Lurah Glagah, Sigit Pramono mengatakan sebagian pemilik bangunan adalah pedagang yang biasa mangkal di sekitar pemecah ombak Pantai Glagah. Diketahui bahwa area pemecah ombak akan disterilkan dari aktivitas perdagangan sehingga banyak pedagang yang memilih kawasan green belt sebagai alternatif tempat jualan.
"Ini waktu bulan puasa, jadi mau penertiban oleh BBWSSO, nah orang-orang di sana (sekitar pemecah ombak Pantai Glagah) resah sehingga cari alternatif di sini," kata Sigit saat ditemui di lokasi, Senin (3/6/2024) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian dari wilayah sana (area pemecah ombak) sudah ngapling di sini. Jadi setiap saat digusur sudah ada tempat. Bagi mereka lokasi ini jadi alternatif untuk jualan. Tapi bagi kami pemangku wilayah di sini, aksi ini sebetulnya tidak boleh karena tanpa izin," imbuhnya.
Padahal, lanjut Sigit, pihaknya sudah mengimbau kepada warga dan masyarakat pelaku usaha agar tidak membikin bangunan dalam bentuk apa pun di sekitar kawasan sabuk hijau.
"Kalau untuk warga masyarakat, waktu dulu itu sudah kita sampaikan soal larangan membuat bangunan di sini, termasuk memasang itu," ujarnya.
Terkait nasib bangunan liar ini, Sigit mengaku belum bisa mengambil langkah strategis. Rencananya pihak kalurahan akan berkoordinasi dengan Pemkab Kulon Progo dan BBWSSO untuk mencari solusi bersama atas persoalan ini.
"Sementara ini kita belum ada koordinasi. Pedagang mau ke mana belum ada koordinasi. Jadi mau dikomunikasikan dulu dengan pihak terkait, termasuk BBWSSO," terangnya.
Sebagai informasi sabuk hijau Bandara YIA yang sudah ada sejak 2019 lalu berfungsi sebagai penahan abrasi sekaligus pencegah tsunami. Sabuk hijau ini berwujud pohon cemara udang yang ditanam di sisi selatan YIA, yang merupakan laut selatan Jawa.
Sementara itu, pantauan detikJogja di lokasi, Senin (3/6) sore, terdapat bangunan anyar di sepanjang jalan Pantai Glagah-Congot. Paling banyak di jalan bekas abrasi yang langsung berbatasan dengan pemandangan laut lepas dan area sabuk hijau.
Pengamatan sekilas terlihat bahwa mayoritas bangunan terbuat dari bambu dengan atap terpal. Sebagian besar masih berwujud rangka, dan hanya segelintir yang telah dioperasikan menjadi warung.
Untuk diketahui, kabar munculnya bangunan liar di kawasan sabuk hijau YIA itu salah satunya diposting oleh akun @merapi_uncover pada Senin (3/6). Dalam unggahannya, akun ini menampilkan video berisi kondisi kawasan sabuk hijau tepatnya di sekitar jalan Pantai Glagah-Congot.
Video yang direpost dari akun @blusukan_kulonprogo ini memperlihatkan kondisi sekitar yang semula kosong dan hanya diperuntukkan sebagai daerah penanaman Cemara Udang, kini telah didiami bangunan semi permanen.
"Puluhan bangunan tak berizin bermunculan di kawasan sabuk hijau pencegah abrasi dan pelindung tsunami Bandara YIA," demikian narasi yang tertulis dalam video unggahan @merapi_uncover, seperti dilihat detikJogja, Senin (3/6) sore.
Video itu sudah ditonton ratusan ribu kali dan mendapat ratusan komentar dari warganet. Mayoritas komentar menyayangkan kemunculan bangunan tersebut dan berharap agar pemerintah bisa segera bertindak.
(rih/apl)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja