Puluhan warga Pengok, Gondokusuman, Kota Jogja menggelar aksi di kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja. Aksi ini berawal dari membeludaknya tumpukan sampah di depo sampah Pengok.
Koordinator aksi warga, Senen Prabowo menuturkan warga telah lelah. Ini karena kondisi meluapnya depo sampah berlangsung selama tiga bulan. Bukan hanya bau tak sedap, kondisi ini mengganggu kesehatan bahkan perekonomian warga.
"Warga sangat terganggu dengan adanya sampah yang meluap di depo sampai ke jalan. Pedagangnya juga, karena ya bau tak sedap itu. Ya hanya bisa lakukan seperti ini," jelasnya saat ditemui di Kantor DLH Kota Jogja, Jumat (17/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Senen mengaku heran dengan tidak geregetnya DLH Kota Jogja. Apalagi letak depo sampah Pengok dan Kantor DLH Kota Jogja tidak terlalu jauh. Hanya berjalan kaki sekitar 200 meter sudah sampai.
"Lonjakan sudah sekitar tiga bulan lebih. Tidak hanya depo sini sebenarnya tapi saya katakan depo sini diabaikan entah karena dekat DLH atau bagaimana. Kami sebagai warga resah karena sampahnya memang terlihat jelas meluap," katanya.
Aksi ini juga menyoroti adanya penggerobak sampah liar di depo sampah Pengok. Rombongan ini kerap beroperasi pada malam hari. Pada saat tak ada penjagaan, para penggerobak membuang sampah secara terang-terangan.
Tak hanya satu atau dua penggerobak, Senen menyebut datangnya dalam rombongan. Para penggerobak luar, lanjutnya, kerap nekat saat membuang sampah. Hingga memanjat pagar tinggi yang telah terkunci hanya untuk membuang sampah.
"Kalau sampai di kita (warga Pengok) tidak sampai meluap seperti itu. Etika mereka (penggerobak sampah) lakukan melanggar aturan semuanya. Ketika warga hanya diberi satu jam buang sampah di pagi hari, penggerobak curi waktu malam hari buang seenaknya," ujarnya.
![]() |
Aksi diawali dengan berjalan kaki dari depo sampah Pengok hingga Kantor DLH Kota Jogja. Warga juga melakukan orasi sepanjang perjalanan. Mereka meneriakkan kondisi Kota Jogja yang sudah darurat sampah.
Ketua RT 34, RW 10 Demangan, Gondokusuman Agus Irianto menuturkan keluhan warga telah klimaks. Pascapenumpukan sampah, banyak lalat berterbangan hingga permukiman warga. Bahkan langsung berdampak ke sejumlah unit usaha warga di sekitarnya.
Dia menyebutkan ada satu warung soto tutup akibat penumpukan sampah. Lalat kerap mengerubungi lokasi berjualan. Alhasil warung tersebut tutup dan tidak berjualan hingga saat ini.
"Banyak yang pindah, warung soto baru tiga bulan tutup tidak berani buka karena lalat banyak sekali. Baru kali ini aksi karena penumpukan luar biasa," katanya.
Agus menuturkan pengambilan sampah oleh DLH Kota Jogja tidak imbang. Dia mencontohkan jika ada penumpukan sampah hingga empat truk, maka DLH hanya mengambil kapasitas satu truk. Alhasil sisanya terus menumpuk selama tiga bulan terakhir.
Atas kondisi ini, Agus menuntut DLH Kota Jogja bertindak nyata. Dalam artian meningkatkan intensitas pengambilan sampah di depo sampah Pengok. Setidaknya dapat berimbang antara pembuangan dan pengambilan sampah.
"Tuntutannya pengaturan pengambilan penjadwalan sama pembatasan wilayah kalau tidak dibatasi wilayah tidak mampu. Kita tidak bisa mantau tapi ada linmas dari kota cuma pembatasan belum ada," ujarnya.
(apl/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang