Jogja Darurat Sampah, Sultan Izinkan Buang ke Piyungan hingga Akhir Tahun

Jogja Darurat Sampah, Sultan Izinkan Buang ke Piyungan hingga Akhir Tahun

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 17 Sep 2025 11:43 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di acara Launching Rukti Bumi di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Rabu (17/9/2025).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di acara Launching Rukti Bumi di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Rabu (17/9/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih memberi izin bagi Pemkot Jogja untuk mengirim sampah ke TPA Piyungan hingga akhir tahun 2025. Alasannya, karena Pemkot Jogja dinilai belum mandiri mengelola sampah usai munculnya gunungan sampah di depo-depo.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku telah bertemu dengan Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo untuk membahas kuota di TPA Piyungan. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY pun memberikan lampu hijau.

"Sudah, (Hasto) sudah bicara sama saya. Bisa masuk (ke TPA Piyungan) sampai akhir tahun ini," jelas Sultan usai acara Launching Rukti Bumi di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Rabu (17/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi saya minta untuk masuk aja di Piyungan. Kota (Jogja) memang sulit karena tidak punya lahan. Di kabupaten, kabupatennya pada nggak mau, ya susah," ungkap Sultan.

ADVERTISEMENT

Jogja Belum Mandiri Kelola Sampah

Kepala DLHK DIY, Kusno Wibowo menambahkan, Pemda DIY berharap seluruh kabupaten-kota bisa menyelesaikan masalah sampai mulai dari hulu. Sedangkan pengiriman sampah ke Piyungan hanya untuk kondisi darurat saja.

Namun, menumpuknya sampah di depo-depo kota Jogja, membuktikan jika Kota Jogja belum bisa mandiri mengolah sampahnya.

"Semua perlu proses dalam hal ini, sampai saat ini prosesnya belum sampai ke kemandirian. Artinya belum mandiri. Harapannya ke depan bisa mandiri," ujar Kusno.

Di sisi lain, kapasitas pembuangan di TPA Piyungan semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu, kuota pembuangan yang diberi ke Pemkot juga harus menyesuaikan.

"Masing-masing (kabupaten kota) berperan bagaimana meminimalisir sampah di hulunya. Kemudian kalau ada hal hal kedaruratan kami bisa bawa ke Piyungan," papar Kusno.

"Kalau kita melihat data, sampai pertengahan September ada 90 ton sampah yang masuk ke TPA Piyungan. Artinya temen-temen kota sudah bisa menyelesaikan sebagian timbunan sampah, dan sisanya digeser ke Piyungan," imbuhnya.

Kusno mengatakan kuota yang diberikan untuk Pemkot Jogja hingga akhir tahun 2025 sudah melalui perhitungan matematis. Pihaknya berasumsi pada Januari 2026, Kota Jogja tidak lagi membuang sampah ke TPA Piyungan.

"Kapsitas sisa daya tampung kita sampai akhir tahun ini kan hanya 2.400 ton, itu itung-itungan matematis kami. Itu sudah kami slotkan ke temen-temen Kota karena memang yang masih bermasalah di Kota, semuanya untuk kota, karena Sleman dan Bantul kita alokasikan di luar itu," urainya.

"Perencanaan kami demikian karena transksi ini secara teknis sudah penuh di sana. Tapi masih memungkinkan sampai akhir tahun 2025 dalam kondisi-kondisi tertentu. 2026 nanti kami melihat lagi kondisi lapangan apakah masih memungkinkan atau benar-benar full," ujar Kusno.


Jogja Darurat Sampah

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo mengatakan banyak sampah yang menumpuk di depo. Pihaknya pun menyoal soal terbatasnya kuota pembuangan sampah ke TPA Piyungan.

"Ini kondisi cukup darurat, karena memang begitu Piyungan hanya bisa menerima 600 ton sebulan sedangkan kita produksi 300 ton sehari. Bisa anda bayangkan itu," ungkap Hasto saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Selasa (16/9).

"Sampai bulan Juli, kami masih bisa membawa ke Piyungan. Tapi mulai Agustus sampai akhir tahun kita hanya dijatah 2.400 ton selama empat bulan. Sebulan hanya 600 ton. Ini yang menjadi over di depo," sambungnya.

Pihaknya pun berencana untuk membagikan ember ke warga Jogja sebagai upaya pemilahan sampah. Ember-ember itu akan dibagikan secara masif melibatkan perangkat desa. Nantinya, ia akan melibatkan banyak OPD untuk menjemput ember-ember itu.

"Kami akan membagikan ember ke warga, kemudian kita ambili sampah dan tidak dibawa ke depo. Karena sisa makanan itu ada yang bisa dimanfaatkan untuk ternak, budidaya maggot dan sebagainya," ujar Hasto.




(ams/dil)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads