TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemkab Bantul Andalkan TPSS-Kebut 3 TPST

TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemkab Bantul Andalkan TPSS-Kebut 3 TPST

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Jumat, 03 Mei 2024 16:26 WIB
Suasana TPA Piyungan, Bantul. Foto diunggah Rabu (6/3/2024).
Suasana TPA Piyungan, Bantul. Foto diunggah Rabu (6/3/2024). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Bantul -

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul tidak ambil pusing dengan penutupan total tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan. Pihaknya kini mengandalkan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) di Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul, serta mempercepat pembangunan 3 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).

"Nggak (tidak ada dampak penutupan TPA Piyungan di Bantul)," kata Kepala DLH Bantul, Bambang Purwadi Nugroho kepada wartawan di Pendopo Parasamya, Kompleks Kantor Bupati Bantul, Jumat (3/5/2024).

Pasalnya, saat ini TPSS di Patihan telah berfungsi dan menjadi solusi sementara sembari menunggu tiga TPST rampung pembangunannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena TPSS itu mengurangi, dan memang tujuannya menjadi kanal untuk sementara waktu. Dan mulai 1 Mei kemarin sudah dilakukan pembuangan ke sana," ujarnya.

Terkait progres tiga TPST yakni TPST di Bawuran, Modalan, dan Dingkikan, Bambang mengaku masih dalam proses pembangunan. Menurutnya, TPST yang selesai terlebih dahulu adalah TPST Bawuran.

ADVERTISEMENT

"Untuk Bawuran masih proses dalam pengerjaan fisik infrastrukturnya, nanti kita targetkan di akhir Mei mudah-mudahan," ucapnya.

"Untuk di Dingkikan dan Modalan juga berproses terus. Untuk Dingkikan kita harapkan ya bulan-bulan Juni sudah bisa dengan modul satunya. Kemudian untuk yang Modalan ini kita bisa upayakan nanti di bulan September," lanjut Bambang.

Selain mengandalkan tiga TPST itu, Bambang juga berencana meminta aparatur sipil negara (ASN) di Bantul untuk membuat biopori. Hal itu agar ASN menjadi contoh bagi masyarakat dalam hal pemilahan sampah.

Untuk diketahui, biopori merupakan lubang tanah sedalam 80-100 cm dengan diameter 10-30 cm yang berfungsi sebagai resapan air hujan sekaligus pengomposan. Biopori dapat menampung 7,8 L sampah organik, nantinya sampah organik dapat menjadi kompos di dalam biopori dalam kurun waktu 15-30 hari.

"Iya tapi untuk saat ini kita kemaksimalan ini yang belum. Karena tampaknya masyarakat termasuk PNS di dalamnya ini merasa nyaman dengan kondisi, sehingga nanti kita akan imbau kembali untuk pemilahan sampah," ujarnya.

Apalagi saat ini keberadaan tempat pengolahan sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) sudah marak di setiap kalurahan. Para ASN diharapkan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dalam pemilihan sampah.

"Karena kita sudah ada TPS3R yang anggotanya masyarakat dan tentu PNS itu menjadi model di situ. Karena kan ada bank sampahnya sehingga pasti terjadi pemilahan antara sampah organik dan nonorganik, itu salah satunya," katanya.

"Kemudian mudah-mudahan kita akan mengupayakan tetapi untuk yang sub urban nanti bisa masing-masing membuat jugangan, tapi ini masih kita koordinasikan. Jadi yang penting semangat kita di kondisi darurat sampah di Bantul tidak kendor," imbuh Bambang.

Sebelumnya, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) memutuskan menutup permanen TPA Piyungan, Bantul, mulai Selasa (30/4). Penutupan TPA Piyungan itu ditindaklanjuti dengan pemagaran keliling kompleks TPA Piyungan.

"Kami menutup aset yang ada dengan membuat pagar. Nanti mengelilingi dari zona transisi hingga zona lainnya dengan pagar sepanjang 3.000 meter atau 3 kilometer," kata Kepala Dinas PUP ESDM DIY, Anna Rina Herbranti saat ditemui wartawan di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Senin (29/4).




(aku/rih)

Hide Ads