Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja, Singgih Raharjo memastikan pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, bakal tetap dilanjutkan. Pihaknya saat ini masih melakukan pendekatan kepada perangkat dan warga Sitimulyo.
"Itu yang kemudian kita lakukan komunikasi lebih intens lagi ya penjelasan lebih detail lagi. Kemarin ada dinamika, sehingga kita masih melakukan komunikasi supaya nanti bisa digunakan," jelas Singgih kepada wartawan di Kantor Wali Kota Jogja, Kamis (2/5/2024).
Singgih menuturkan masih ada kesalahpahaman atas pembangunan TPST itu. Disebutnya, warga menganggap Pemkot Jogja hanya memindahkan sampah dari Kota Jogja ke Sitimulyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singgih pun memastikan TPST untuk pengolahan sampai hingga nol. Sampah juga akan diolah Refuse Derived Fuel (RDF) untuk kemudian menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Bahkan pihaknya juga mengusung konsep zero residu sampah.
"Kalau dulu memang ditimbun. Misal nih kita bawa 50 ton ke sana dalam satu hari, nanti produksi RDF-nya sekitar 60 persen, 40 persen ini nanti kita bawa turun untuk kemudian diolah lagi untuk hal lain. Organik bisa jadi kompos, jadi di sana tidak ada pertambahan sampah," ujarnya.
Jika TPST nanti operasional, Singgih menuturkan Kota Jogja akan memiliki empat lokasi pengolahan sampah. Sebelumnya ada Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) yang berada di Nitikan, Karangmiri, dan Kranon. Seluruhnya bakal mengusung teknologi RDF.
Dari ketiga TPS 3R ini baru Nitikan yang sudah siap dengan teknologi RDF. Dalam sehari bisa mengolah hingga 60 ton. Jika dioptimalkan bisa meningkat hingga 75 ton per hari.
"Sebetulnya ada satu lagi tapi saya belum bisa bicara tapi masih ada satu lagi kita upayakan juga, sehingga betul-betul nanti sampah perkotaan bisa kita kelola dengan baik, baik itu di dalam kota atau yang di luar," ujarnya.
Singgih memastikan pihaknya tidak kelimpungan mengelola sampah Kota Jogja. Terlebih setelah TPA Piyungan ditutup permanen per 1 Mei 2024. Pihaknya saat ini mengoptimalkan peran TPS 3R. Sementara untuk TPS 3R di Kranon dan Karangmiri masih proses pembangunan.
"Kranon ini finishing pada hari ini, insyaallah bulan Mei ini akan operasional. Kalau nggak salah sekarang tinggal atap ya. Nanti akan mengolah 40 sampai 45 ton per hari. Kalau Karangmiri masih banyak pengerjaannya," imbuhnya.
Skema Permainan Dakon
Sementara itu, Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Mareta Hexa Sevana mengatakan pihaknya saat ini menggunakan skema permainan dakon. Saat satu depo penuh sampah maka akan dipindah ke depo lainnya.
Penerapan skema ini tetap mempertimbangkan kapasitas timbunan sampah per harinya. Pergesersan sampah antardepo bertujuan agar kapasitas tampungan merata. Selain itu juga mencegah penumpukan sampah di satu depo.
"Kami gunakan skema permainan dakon. Jadi tetap ada koordinasi di mandor-mandor setiap depo untuk bisa saling mengisi. Karena di lapangan kondisi depo ada yang kosong, ada yang sangat penuh," kata Mareta di kesempatan yang sama.
Skema yang berjalan sebulan ini terbilang efektif. Setidaknya tidak terjadi penumpukan sampah di satu depo. Di sisi lain, tetap diimbangi pengambilan sampah untuk dibawa ke lokasi pengolahan sampah.
Dari total sampah yang dibuang, sebanyak 50 persen adalah sampah organik. Mareta menuturkan bahwa warga sejatinya bisa memilah sebelum membuang sampah. Utamakan untuk membuang sampah anorganik atau bahkan residunya.
"Program Mbah Dirjo itu kalau dijalankan betul, saya yakin lumayan mengurangi produksi sampah sekitar 50 persen. Karena sampah organik kalau dimasukkan ke biopori itu kan pasti kempis dan juga tidak begitu bau jadi tidak menganggu tetangga," ujarnya.
Tercatat Kota Jogja menghasilkan sampah hingga 200 ton/hari. Dari total tersebut yang bisa terolah di TPST kisaran 70 hingga 75 ton.
Pihaknya pun berharap warga menjalankan konsep dan skema pengelolaan sampah. Termasuk menjalankan program bank sampah di tingkat RT.
"Mudah-mudahan di tiap keluarga akan tersentuh, karena ketua RT sekarang juga sudah mulai mengikuti sosialisasi. Apalagi ditahun ini juga akan ada bantuan di tiap kelurahan Rp 100 juta untuk pelatihan sampah organik," imbuhnya.
(rih/aku)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan