4 Teks Khutbah Jumat Syawal Terbaru yang Singkat dan Menyentuh Hati

4 Teks Khutbah Jumat Syawal Terbaru yang Singkat dan Menyentuh Hati

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Kamis, 18 Apr 2024 16:21 WIB
Ilustrasi Ramadan
Ilustrasi Teks Khutbah Jumat Syawal Terbaru yang Singkat dan Menyentuh Hati. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Jogja - Setelah Ramadhan, umat Islam kini memasuki bulan Syawal tepatnya sejak 10 April 2024 lalu. Meski telah berakhir, umat Islam diharapkan tetap mempertahankan ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan.

Anjuran tersebut biasanya disampaikan di berbagai kesempatan, termasuk khutbah Jumat di bulan Syawal. Khutbah Jumat di bulan Syawal dapat berisi ibadah tentang ibadah dan amalan-amalan seusai Ramadhan.

Tema-tema tersebut bisa dibawakan untuk masyarakat umum. Nah, sebagai referensi berikut ini contoh teks khutbah Jumat Syawal terbaru yang singkat dan menyentuh hati

Khutbah Jumat Syawal #1: Tugas Umat Islam Setelah Ramadhan (Halal Bi Halal)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita bertakwa kepada Allah, takwa dalam arti yang sebenarnya.

امْثَالُ الْأَوَامِرِ وَاجْتَنَابُ النَّوَاهِي

"Yaitu menjalankan segala perintah Allah serta menjauhi segala larangan-Nya."

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يحتسب

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."

Hadirin jamaaah Jumat Rahimakumullah,

Kita umat Islam baru saja selesai melaksanakan tugas yang berat yaitu ibadah puasa Ramadhan, dan kita dapat melaksanakan ibadah puasa itu dengan baik selama satu bulan penuh. Tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Selama puasa Ramadhan kita melawan musuh hawa nafsu. Dan kita sekarang telah menjadi pemenangnya, kita telah kembali menjadi fitrah.

Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah,

Tugas umat Islam pasca Ramadhan adalah sebagai berikut:

Pertama, kita harus menjaga iman Islam, kita harus memelihara aqidah Islamiyah, kita harus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dan kita tetap beribadah dan menyembah Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 21:

يَتَأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu, dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa."

Siapa Tuhan kamu yang harus kamu sembah? Allah berfirman dalam surat Al-Baqaroh ayat: 22

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui".

Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah,

Tugas kedua umat Islam pasca Ramadhan adalah kita harus memelihara ukhuwah Islamiyah, memelihara persaudaraan dan kesatuan. Setelah kita saling maaf memaafkan (melakukan halal bi halal) kita harus memelihara ukhuwah Islamiyah.

Kita tingkatkan persatuan dan kesatuan, umat Islam harus bersatu dalam memperjuangkan Islam, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan amar ma'raf nahi munkar, umat Islam harus bersatu dalam membangun bangsa dan negara memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَقُوْا

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai".

Maksud berpegang teguhlah kamu semua kepada tali Allah pada ayat tersebut adalah kita harus berpegang teguh kepada agama Allah yaitu agama Islam. Selama hidup di dunia manusia harus berpegang teguh kepada ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quranul karim dan hadits Rasulullah SAW.

Jika manusia dalam hidupnya tidak berpedoman kepada Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW pasti mereka akan sesat-sesat dan menyesatkan. Dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama muslim, Rasulullah SAW bersabda:

لا تَحَاسَدُوْ وَلَا تَنَاجَسُوْ وَلَا تَبَا غَضُوا وَلَا تَدَبَرُوا وَلَا يَبِيعُ بَيْعَ بَعْضٍ وَكُونُو اعِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُ الْمُسْلِمْ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَحْدُ لَهُ وَلَا يَحْفِرُهُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

"Janganlah kalian saling hasut, saling memuji barang dagangan secara berlebihan. Janganlah kalian saling benci, saling berpaling, janganlah kamu berjual-beli kepada orang yang jual-beli dengan orang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sesama muslim adalah saudara, dia tidak menganiaya, mengecewakan dan tidak menghina". (H. R. Muslim)

Hadirin sidang Jumat Rohimakumullah,

Tugas umat Islam yang ketiga pasca Ramadhan adalah meningkatkan ibadah dan amal shaleh. Karena arti Syawal itu berarti meningkat, maka umat Islam harus meningkatkan ibadahnya kepada Allah, meningkatkan amal shaleh.

Selama sebulan penuh dibulan Ramadhan, umat Islam digembleng dengan berbagai ibadah dan amalan-amalan. Karena itu selepas dari Ramadhan masuk bulan Syawal semangat ibadah umat Islam tidak boleh surut. Justru sebaliknya amal ibadah kita harus terus ditingkatkan lagi.

Allah berfirman dalam surat Fushshilat ayat 30:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّة الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga, yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah,

Maksud istiqomah pada ayat tersebut adalah bahwa kita melakukan ibadah dan amal saleh harus dilakukan secara terus menerus (langgeng) dilakukan secara mudawamah. Orang melakukan amal sholeh secara istiqomah, maka orang tersebut akan didatangi malaikat pada saat berada dalam alam kubur seraya mengatakan janganlah kamu takut terhadap apa yang akan terjadi pada dirimu dan tak perlu kamu sedih terhadap apa yang telah kamu tinggalkan di dunia.

Tetapi bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu waktu di dunia melalui Rasulullah SAW.

(sumber: buku Kumpulan Naskah Khutbah Jum'at terbitan Ditjen Bimas Islam Departemen Agama RI)


Khutbah Jumat Syawal #2: Mengevaluasi Ibadah Puasa Selama Bulan Ramadhan

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang terus menerus memberikan kita semua nikmat, hidayah, dan inayah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada-Nya, sehingga kita bisa menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dengan penuh semangat dan istiqamah. Sholawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan sholat Jumat ini, untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Saat ini kita semua sudah berada di penghujung bulan Ramadhan, itu artinya sebentar lagi bulan yang penuh berkah dan ampunan ini akan meninggalkan kita semua dan akan datang di tahun berikutnya, entah kita semua masih ada di bulan tersebut, atau justru kematian sudah mendahuluinya.

Oleh karenanya, mari sejenak kita evaluasi perihal ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan ini. Sudah benarkah ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, sholat, zakat, dan lainnya?

Pada dasarnya, kita semua diwajibkan oleh Allah SWT untuk berpuasa selama satu bulan bukan dengan tujuan lapar, dahaga, dan merasakan kesukaran. Namun, di balik semua itu terdapat hikmah yang sangat banyak.

Hikmah yang pertama yaitu agar dengan berpuasa kita semua bisa menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Sebagaimana tujuan pokok diwajibkannya puasa kepada orang-orang yang beriman yaitu agar mereka bisa menjadi hamba yang bertakwa. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran, Dia berfirman:

ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah [2]: 183)

Ayat di atas merupakan memiliki nilai adiluhung, bahwa puasa seharusnya bisa menjadi mediator bagi kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan berpuasa, seseorang sudah berkomitmen menyempurnakan ketakwaannya, sebagaimana definisi dari takwa itu sendiri yaitu, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dari tujuan tersebut, mari kita evaluasi kembali ibadah puasa yang kita lakukan selama ini, apakah sudah menjadikan kita hamba yang benar-benar bertakwa kepada-Nya? Sudahkan puasa menjadikan kita hamba yang benar-benar semangat dalam meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya? Atau justru ibadah yang kita lakukan selama ini tidak memberikan bekas apa-apa pada diri kita, nauzubillah min zalik.

Cara paling gampang untuk mengetahui ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah SWT adalah dengan melihat semangat dan konsistensi kita untuk terus beribadah setelah bulan Ramadhan. Jika terus semangat, menunjukkan bahwa ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan menjadi ibadah yang diterima. Jika tidak semangat, menunjukkan bahwa ibadah kita selama ini ditolak oleh Allah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma'arif, yaitu:

عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ

Artinya: "Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Puasa sama halnya dengan sholat. Dalam Al-Quran Allah menjanjikan kebaikan bagi orang-orang yang melakukannya, dan juga bisa meninggalkan setiap kejelekan dan keburukan bagi yang melakukannya. Namun, betapa banyak dari mereka yang melakukan sholat tapi masih saja bermaksiat. Semua itu tidak lain disebabkan ketika melakukan sholat masih banyak aturan-aturan yang tidak terpenuhi.

Begitu juga dengan puasa. Jika puasa yang kita lakukan selama ini tidak bisa meningkatkan imunitas ketakwaan kepada Allah, menunjukkan bahwa puasa ada yang kita jalani selama satu bulan ini ada salah, ada yang kurang baik, dan ada penghalang yang membuatnya tidak bisa meningkatkan ketakwaan. Salah satu perbuatan yang bisa merusak terhadap ibadah puasa adalah dengan berbohong, berkata kotor, dan membicarakan keburukan orang lain, sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ

Artinya: "Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba." (HR An-Nasa'i).

Dengan berpijakan pada hadits di atas, bisa kita koreksi kembali, sudahkah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahala puasa di atas selama bulan Ramadhan? Jika sudah, mari kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita pertolongan agar tidak terjerumus kepadanya. Dan jika tidak, maka tidak heran jika puasa tidak bisa memberikan efek positif sedikit pun kepada kita semua.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Demikian khutbah Jumat perihal evaluasi ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

(Oleh: Sunnatullah, disadur dari laman NU Online)

Khutbah Jumat Syawal #3: Merawat Amal Saleh di Bulan Syawal

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jumat kali ini bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1445 H, kita masih berada di bulan syawal, masih ada kesempatan untuk melaksanakan puasa syawal untuk lebih melengkapi puasa Ramadhan yang telah kita laksanakan. Tak hanya itu, dibulan syawal ini tentunya masih sangat melekat dalam benak kita akan tarbiyah ruhaniyah yang kita jalankan selama bulan Ramadhan lalu, amaliyah ubudiyah itu hendaknya terus kita jaga dan istiqomah agar kita benar-benar menjadi pribadi yang "Takwa". Maka hal ini menjadi tantangan kita berikutnya, yakni bagaimana upaya kita dalam merawat amal saleh di bulan Syawal"

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bulan Syawal adalah awal kembali suci, setelah segala noda, dosa, dan sifat-sifat tak terpuji dibersihkan dalam ruang karantina bernama bulan Ramadhan. Oleh karenanya, sudah semestinya kita menjaga kesucian tersebut setelah Ramadhan usai, ditandai dengan hari Raya Idul Fitri, sampai dengan datangnya Ramadhan berikutnya.

Hal terpenting untuk diperhatikan dan dievaluasi adalah, apa yang dihasilkan setelah proses "karantina" selama satu bulan Ramadhan itu selesai? Bukan hanya dominan berlebihan, heboh, dalam aktivitas fisik saat "karantina" belaka, tanpa penghayatan mendalam, agar karantina (Ramadhan) yang dibayar mahal dengan "ongkos" haus dan dahaga selama sebulan itu, tidak sia-sia.

Ramadhan jelas merupakan ladang mutiara bagi yang memfungsikan momentum tersebut dengan sebaik-baiknya, namun ia bukan apa-apa bagi orang yang salah jalan dalam menelusurinya.

Sungguh kerugian besar jika pasca Ramadhan tidak menghasilkan hal-hal positif yang terkait dengan ketaqwaan setelah Ramadhan berlalu. Kerugian tersebut bukan hanya karena dibayar dengan jerih payah haus-dahaga satu bulan penuh. Tetapi yang lebih harus disesali adalah lewatnya peluang tambang mutiara setahun sekali yang bernama bulan Ramadhan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam rangka menjaga kontinuitas dan kualitas ketakwaan diri, agar amal shaleh kita terus berlanjut dan memberikan dampak positif pada diri kita dan orang-orang sekitar kita, berikut ada beberapa hal yang perlu kita tadabburi kembali, yang dalam hal ini khatib istilahkan ke dalam 4M:

Pertama Musyaratah, artinya mengawali bulan Syawal hendaknya diawali dengan tekad yang bulat untuk betul-betul berupaya meningkatkan amal.

Kedua Muraqabah, yaitu memantau diri atau merasakan bahwa Allah memantau. Jika sikap ini dimiliki, siapa pun tidak akan main-main dalam pelaksanaan tekad tersebut.

Ketiga Muhasabah, yaitu melakukan introspeksi sejauh mana pelaksanaan tekad yang diikrarkan tersebut. Apakah terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali.

Keempat Mujahadah, yaitu mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri untuk memperbaiki kelalaian dan kekurangan.

Langkah-langkah ini dapat kita jadikan instrumen tambahan dalam mengawal diri kita untuk menjaga keistiqomahan dalam ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, diharapkan takwa itu selalu melekat pada kepribadian kita, yang secara estafet akan melahirkan hal-hal positif dan unsur-unsur kemanfaatan dalam kehidupan kita. Di konteks inilah titik temu puncak dari ibadah puasa Ramadhan dengan ibadah-ibadah lain seperti haji, zakat dan berbagai ibadah lainnya.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian Khutbah singkat yang dapat khotib sampaikan, semoga bisa menjadi manfaat fid din wad dunya wal akhiroh, amiin ya Robbal 'alamiin.

(Oleh: Ustadz Muhammad Subroto,S.Pd.I, disadur dari laman Al Azhar Yogyakarta World School)

Khutbah Jumat Syawal #4: Meneruskan Prestasi Selama Ramadhan

Jamaah sholat Jumat Rahimakumullah,

Kesempatan dipertemukan di tempat mulia ini marilah kita jadikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan untuk meningkatkan takwallah. Yakni menjalankan yang diperintah dan berupaya menjauhi larangan Allah SWT. Karena bekal sejati seorang muslim saat menghadap kepada-Nya adalah takwa tersebut.

Hadirin yang mulia,

Seperti diketahui bahwa Ramadhan telah lewat dan kita memasuki bulan Syawal, lalu bulan-bulan berikutnya yang mungkin bagi kebanyakan orang dianggap sebagai bulan kurang istimewa. Ramadhan yang istimewa hadir dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya.

Ramadhan dengan demikian menjadi saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat kepada Allah atau dalam bahasa Al-Quran mencetak insan yang bertakwa yakni la'allakum tattaqûn.

Di dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi sebuah malam spesial bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya.

Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya: "Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya): Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku."

Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Jamaah sholat Jumat Rahimakumullah,

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang. Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya.

Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam sepekan, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba meningkatkan aneka kebaikan.

Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri-atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan.

Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu. Jangan-jangan Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu bandel, tak cukup waktu untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah mengapa pada Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya: "Ya Allah Engkaulah Maha Pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku."

Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini.

Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas dari tindakan menyakiti orang lain?

Seberapa ikhlas kita menginfakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita? Seberapa semangat kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia? Dan seterusnya dan sebagainya.

Pembicaraan ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan.

Melalui Ramadhan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan. Memahami Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah Subhânahu Wa Taâlâ. Tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadhan.

Imam al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar. Sebagaimana yang ia nyatakan-dengan mengutip hadits-dalam kitab Ayyuhal Walad:

عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ، اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ، وَ اَنﱠ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مَنْ عُمُرِهِ، في غَيرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ، لَجَدِيرٌ اَنْ تَطُولَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ

Artinya: "Pertanda bahwa Allah Taala sedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat saja yang seseorang menghabiskannya tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima kerugian berkepanjangan."

Semoga Ramadhan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai kita dipertemukan dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya, amin ya rabbal alamin.

(sumber: situs Nahdlatul Ulama Jawa Timur)

Nah, demikian contoh teks khutbah Jumat Syawal terbaru yang singkat dan menyentuh. Semoga bermanfaat!


(rih/aku)

Hide Ads