3 Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat 7 Menit yang Menyentuh Hati

3 Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat 7 Menit yang Menyentuh Hati

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Kamis, 03 Apr 2025 23:40 WIB
ilustrasi khutbah Jumat
Ilustrasi khutbah Jumat (Foto: Fria Sumitro/detikSumut)
Palembang -

Pelaksanaan sholat Jumat pertama di bulan Syawal 1446 Hijriah jatuh pada 4 April 2025. Banyak judul khutbah Jumat bulan Syawal yang bisa disampaikan kepada jemaah sebagai sarana dakwah.

Salah satunya yakni tentang puasa sunnah Syawal yang mempunyai banyak keutamaan. Selain itu, masih banyak lagi contoh khutbah Jumat bulan Syawal yang bisa dijadikan materi dakwah kepada jemaah sholat.

Berikut detikSumbagsel berikan rangkuman contoh khutbah Jumat bulan Syawal singkat yang disadur dari buku Khutbah Jumat 7 Menit karya Abdul Helim, buku Mutiara Khutbah Jumat karya Ridhoul Wahidi, dan buku Khutbah Jumat Sejuta Umat karya Muhammad Khatib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Khutbah 1: Bulan Syawal Jangan Lupakan Ramadan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَنَا مِنَ الْإِنْسَانِ يُعْطِينَا رَحْمَةً وَرِزْقًا وَمُوَسَّعًا وَسُهْولًا فِي حَيَاتِنَا وَمَغْفِرَةِ لِذُنُوبِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وحده لا شريك له. وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بتقوى الله كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

ADVERTISEMENT

Para habaib, alim ulama, asatidz, guru-guru agama, tokoh-tokoh masyarakat, pengurus masjid, bapak-bapak, saudara-saudara dan jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikut beliau hingga akhir zaman. Marilah kita senantiasa terus melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya serta berupaya meninggalkan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Saat ini kita telah berada di bulan Syawal. Di bulan ini terdapat sebuah ibadah yang kita kenal puasa enam. Di bulan ini pula, dalam tradisi Indonesia dilakukan halal bi halal yaitu meminta maaf dan memberikan maať. Namun ada hal yang tidak boleh pula kita lupakan yaitu buah atau hasil dari yang kita lakukan selama Ramadhan.

Buah atau hasil inilah yang kita jadikan pelajaran sehingga dapat kita pertahankan, kita perbaiki dan kita evaluasi sepanjang sebelas bulan berikutnya. Artinya jangan sampai Ramadhan berlalu begitu saja atau bahkan hanya menjadi kenangan yang kita sendiri pun tidak mengetahui apakah kita masih hidup atau tidak di Ramadhan yang akan datang.

Setidaknya ada beberapa pelajaran yang mesti kita ingat.

1. Kita mesti mengambil pelajaran dari waktu-waktu berpuasa. Orang yang makan atau minum di luar waktu yang. ditentukan, tidak dihitung melaksanakan ibadah puasa. Hal ini menunjukkan betapa bulan Ramadhan mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memperhatikan waktu.

Waktu ini tidak hanya terkait dengan urusan waktu di dunia tetapi kita juga kita harus bisa menyadari bahwa hidup kita memiliki tempo waktu yang ketika tiba saatnya akan berakhir. Allah berfirman dalam Q.S. al-A'raf 7:34.

2. Agar puasa kita tidak sia-sia, kita berupaya agar anggota tubuh kita ini tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Berarti anggota tubuh kita ini adalah amanah dari Allah yang artinya Ramadhan mengajarkan kita. untuk bersikap amanah dan disiplin dengan anggota tubuh kita.

3. Berpuasa atau tidaknya kita, hanya Allah dan kita yang mengetahui. Berarti Ramadhan juga mengajarkan kepada kita untuk berbuat jujur di sepanjang hidup kita . Coba kita ingat kembali bahwa setiap amal kebajikan di bulan Ramadhan dibalas dengan berlipat ganda. Ini menunjukkan bahwa kita dilatih gemar berbuat kebajikan. Misalnya selama Ramadhan kita dimotivasi untuk bersedekah, maka setelah Ramadhan hal ini tetap kita lakukan. Nabi Muhammad bersabda:

Artinya: "tidaklah sedekah itu mengurangi harta" (H.R. Muslim), bahkan "الصدقة تطفئ الخطيئة" "sedekah itu dapat menghapus kesalahan yang pernah dilakukan".

5. Selama Ramadhan kita diajak menggiatkan diri beribadah. seperti shalat berjamaah, termasuk shalat tarawih. Artinya
latihan selama 1 bulan itu mengajarkan kepada kita untuk semakin terlatih untuk salah satunya shalat berjamaah.

6. Hasil dari yang kita lakukan selama ini, mudah-mudahan membawa kita menjadi orang yang bertaqwa. Yaitu kita berupaya untuk melaksanakan hal-hal yang diperintahkan di dalam Islam dan meninggalkan hal-hal yang dilarang agama secara ridha dan ikhlas.

Inilah khutbah yang dapat disampaikan. Kesimpulannya adalah pelajaran-pelajaran yang kita peroleh di bulan Ramadhan, marilah kita jadikan cermin kehidupan kita. Hal yang terpenting mesti adanya perubahan ke arah yang lebih baik di dalam diri kita, sehingga kita menjadi umat yang beruntung. Amin.

Khutbah II

أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ. وَلَقَدْ أَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُّبَيِّنَاتٍ وَمَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَني وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ والذكْرِ الْحَكِيمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Contoh Khutbah 2: Syawal Bulan Peningkatan Ibadah

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَا بَعْدُ
قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah
Hadirin Jamaah Salat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah Swt., kita tak henti-hentinya memuji dan bersyukur kepada Allah Swt., yang telah memberikan kita iman dan Islam, karunia yang sangat besar yang Dia berikan kepada hamba-Nya. Tentu saja, kita bersyukur atas nikmat ini. Semua pujian hanya milik Allah, Alhamdulillah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian dan merasa berjasa.

Pada kesempatan yang mulia ini, selaku khatib mengajak semua orang yang hadir untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Keimanan berarti kita senantiasa selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan keadaan dengan berzikir dan melakukan segala perintah-Nya. Takwa berarti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap masalah yang kita hadapi dengan berdoa, memohon pertolongan, dan meminta bantuan dari-Nya.

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُفْتِهِ وَلَا تَمَوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102).

Selanjutnya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi Muhammad saw., beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Kini kita tengah berada di Jumat pertama bulan Syawal 1442 Н. Baru satu hari sudah Ramadan meninggalkan kita. Tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadan diterima oleh Allah Swt., atau tidak.

Dua ketidakpastian inilah yang membuat sebagian salafus shalih berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadan berikutnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Arti syawal adalah peningkatan. Demikianlah seharusnya. Pasca Ramadan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat takwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai bulan Syawal kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri seseorang. Bukankah kemuliaan seseorang tergantung pada ketakwaannya?

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ

Arinya: "...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertakwa..." (QS. Al-Hujurat: 13).

Akan tetapi, yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan. Penurunan ibadah, juga penurunan kualitas diri. Di antara indikatornya yang sangat jelas adalah merayakan Idul Fitri dengan cara yang berlebihan, dibukanya tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal.

Nauzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah salat lima waktu. Umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali "membudaya". Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti me-ngotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan sebaik-baik-nya? Jadilah ia kembali penuh noda. Jadilah ia kembali menghitam dan semakin memburam.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Fenomena itu sesungguhnya juga menunjukkan kepada kita, bahwa puasa orang yang demikian tidak berhasil. Tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat takwa, atau mendekatinya. Fenomena itu menjadi indikator yang mudah diketahui oleh siapa saja yang mau memperhatikan dengan seksama. Kita juga bisa menggunakan hadis Nabi sebagai kaidah yang seharusnya kita perhatikan sebaik-baiknya:

"Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."
Lalu bagaimana amal seorang muslim di bulan Syawal? Berangkat dari kaidah umum dari hadis Nabi tersebut, dan sekaligus sejalan dengan makna Syawal, maka harus ada peningkatan di bulan ini. Peningkatan itu tidak lain adalah berangkat dari sikap istikamah. Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيرٌ

Artinya: "Maka istikamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud: 112).

Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan menger-jakannya secara kontinyu/terus-menerus.

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Artinya: "Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca Al-Qur'an kita yang setiap hari.

Salat malam yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan salat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadan.

Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah (ma 'iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun.

Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, ma'iyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis tiba-tiba lalu hilang seketika.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,


Memang tidak banyak amal khusus di bulan Syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, Allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai alat/media dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Keistimewaan puasa sunah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadan.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِنَا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun." (HR. Muslim).

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍ مِنْ شَوَالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ

Artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadan, lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, ia seperti puasa setahun." (HR. Ibnu Majah).

Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak? Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan.

Tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut mazhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal. Lebih utama. Jadi, tidak ada mazhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan Syawal.

Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jumat tanpa mengiringinya di hari Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Penurunan amal di bulan Syawal sekali lagi adalah hal yang seha-rusnya kita hindarkan. Bulan Syawal justru pernah menjadi bulan perjuangan yang amat menentukan bagi kaum muslimin. Itu terjadi pada tahun 5 H. Pada bulan ini terjadi perang Ahzab persatuan kaum muslimin benar-benar terasa di sana.

Begitupun keimanan mereka dan doa-doa yang khusyuk semakin mendekatkan mereka kepada Allah. Bulan ini menjadi bulan peningkatan yang luar biasa setelah Ramadan.
Itulah contoh betapa bulan Syawal tidak sepantasnya membuat ibadah dan kualitas diri kita turun. Justru seharusnya, sesuai dengan makna Syawal, maka kita harus mengalami peningkatan dengan berupaya istiqamah serta meningkatkan kualitas ibadah dan diri, diantaranya dengan puasa Syawal.

Demikianlah khutbah ini disampaikan, semoga bisa menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk menjadikan bulan Syawal ini menjadi lebih berarti dan penuh berkah ilahi. Amin.

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّلِحْتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ
وَتَقَبَّلَ مِنَى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتِهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيْدُ الْخَلَائِقُ وَالْبَشَرِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيحِ الْغُرَرُ

عِبَادَ اللَّهُ ! اتَّقُوا اللَّهَ مِنْ سِمَاعِ اللَّغْوِ وَفَضُولِ الْخَبَرُ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَاكُمْ وَزَجَرٍ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ بَأَمْرِ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى يمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِي الرَّحْمَةِ وَشَفِيعِ الْأُمَّةِ وَأَرْضِ اللَّهُمَّ عَلَى أَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ أَجْمَعِينَ ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ

الْحَاجَاتِ . اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَاجْعَلْ بَلْدَ تَنَا هَذِهِ آمِنَةً مُطْمَئِنَّهُ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهُ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْتَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ . وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Contoh Khutbah 3: Hakikat Kemenangan di Bulan Syawal

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَعَدَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً مُعْتَرفِ بِالْعَجْنِ وَالإِصْرَارِ وَاشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بالرِّسالَةِ المُنيرة إِلى جَمِيعُ الخَلَائِقِ وَالبَشر اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلِمْ عَلَى نُورُ الأَنْوَارِ وسر الاسرَارِ، وَتَرْيَاقِ الأَغْيَارِ وَمُفَتَاحُ بَابُ اليَسَارَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الْمُخْتَارِ وَعَلَى

آلِهِ الأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ وَمَنْ تبْعَهُمُ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقَرانِ أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا الْإِخْوَانِ رَحْمَكُمُ اللَّهُ أَوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَانِ

Jamaah Jum'ah yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang mulia ini, tidak lupa, saya berpesan kepada kita sekalian. Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepadada Allah swt. dengan cara me-laksanakan semua perintahNya dan menjahui semua larangan-Nya, terlebih lagi setelah kita selesai melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Dimana inti tujuanya adalah membentuk manusia yang bertaqwa.

Jama'ah Jum'ah yang dirahmati Allah,
Kini kita tengah berada di bulan Syawal. Ramadhan meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita.

Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah swt. atau tidak. Dua hal yang belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Jama'ah Jum'ah yang dirahmati Allah,

Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih. Sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadhan dilatih secara lahir batin.

Tentunya kita tidak ingin ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang ber-manfaat untuk diri kita. Kita semua mengharapkan adanya peru-bahan yang signifikan, sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh kepada Allah swt. dan mening-galkan semua laranganNya. Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada ketaqwaannya?

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ الْقَكُمُ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat 13).

Akan tetapi, fenomena yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sediakala. Di antara indikatornya yang sangat jelas, adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup.

Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Nauzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Lantunan ayat suci al-Qur'an juga tidak lagi terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda.

Jama'ah Jum'ah yang dirahmati Allah,

Apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal. Karena tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat ketakwaan dan mengubah menjadi muslim sejati yang menjadi tujuan utama puasa. Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan ukuran seberapa tinggi nilai prestasi ibadah kita. Kata para ulama keberhasilan seseorang di bulan Ramadhan itu diukur dengan amal perbuatannya setelah bulan Ramadhan.

Orang yang berhasil mendapat ampunan dan mendapatkan pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakin baik akhlaknya. Sebaliknya orang yang tidak mendapatkan ampunan akhlak perbuatannya tidak akan berubah bahkan mengalami kerugian di bulan Ramadhan.

Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan syawal berarti kita menuju kemenangan dalam melawan hawa nafsu. Kita dikatakan kembali suci. Namun, benarkah kita meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah ber-ibadah shaum sebulan penuh?

Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita, apakah selama bulan ramadhan kita betul-betul tulus dalam beribadah, apakah puasa yang kita jalankan betul-betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridha Allah? Jika kita tidak demikian, maka kita ter-masuk orang-orang yang gagal dalam meraih kemenangan bulan Ramadhan.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Di bulan Syawal ini, marilah kita intropeksi diri dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah, dengan tujuan agar setelah Ramadhan berlalu kita menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadhan. Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan Rasulullah dalam sabdanya:

"Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."

Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan sawal ini? Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut, dan mengingat makna bulan Syawal, maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama Allah dan berjalan lurus di atas ajarannya. Sebagaimana yang di perintahkan:

فَاسْتَنقِمُ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. QS. Hud 112.
Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan menger-jakannya secara terus-menerus. sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi:

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلْ

Artinya: "Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim).

Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimana pun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah Taala dan Rasul-Nya.

Katakanlah (Wahai Muhammad), "Sesungguhnya Aku hanya-lah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahwa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya). (QS. Fushilat 6).

Istiqomah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardu ain atau fardhu kifayah keduanya memerlukan istiqomah.

Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotivasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan di segala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan. dan lain-lain.

Istiqomah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dinyatakan di dalam al-Quran.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَى أَنَّمَا الْهُكُم الله وحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ المَلَائِكَةُ الْاتَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَابْشِرُوا بِالْجَنَّةِ التي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata, "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah Malaikat kepada mereka dari masa ke semasa (dengan memberi ilham), "Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka cita, dan terimalah berita gembira bahwa kamu akan beroleh Surga yang telah dijanjikan kepada kamu." (QS. Fussilat 30-32).

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasa-kan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca al-Qur'an setiap hari, shalat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan.

Demikian pula nilai-nilai ke-imanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah (ma'iya-tullah).

Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan seterusnya. Bukan malah menipis kemudian hilang seketika!

Jama'ah Jum'ah yang dirahmati Allah,

Memang tidak banyak amal khusus di bulan Syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, Allah telah memberi-kan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai tolok ukur dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan.

Rasulullah saw. bersabda:

صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتَبْعَهُ سِنَا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدهين

Artinya: "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian meng-ikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun." (HR. Muslim).

Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak? Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal. Lebih utama.

Jadi, tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan Syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jumat tanpa mengiringinya di hari Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh al-Albani.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Demikianlah khutbah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi spirit bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Kita memohon kepada Allah, semoga keberkahan Ramadhan terus menyertai kita, meskipun kita telah meninggalkannya. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمُ فِي القُرْآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ مَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْر الحَكِيمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنكُمْ تِلَا وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقْولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرُ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ والمُؤمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُ وهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحيم

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيْدُ الْخَلَائِقُ وَالْبَشَرِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيحِ الْغُرَرُ

عِبَادَ اللَّهُ ! اتَّقُوا اللَّهَ مِنْ سِمَاعِ اللَّغْوِ وَفَضُولِ الْخَبَرُ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَاكُمْ وَزَجَرٍ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ بَأَمْرِ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى يمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِي الرَّحْمَةِ وَشَفِيعِ الْأُمَّةِ وَأَرْضِ اللَّهُمَّ عَلَى أَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ أَجْمَعِينَ ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ

الْحَاجَاتِ . اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَاجْعَلْ بَلْدَ تَنَا هَذِهِ آمِنَةً مُطْمَئِنَّهُ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهُ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْتَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ . وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Demikian itulah contoh khutbah Jumat bulan Syawal penuh makna dengan judul terbaru. Semoga berguna, ya.




(mep/csb)


Hide Ads