6 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat dan Terbaru serta Judulnya

6 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat dan Terbaru serta Judulnya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 10 Apr 2025 17:46 WIB
Indonesian Muslims pray for the safety of the Palestinian people during a Friday prayer at Abu Bakar Ashshiddiq Mosque in Jakarta, Indonesia, Friday, Oct. 13, 2023. As violence and tensions increase in the Gaza Strip with Israeli airstrikes after an unprecedented Hamas attack, Islamic leaders in Indonesia, the worlds most populous Muslim-majority nation, appealed to all mosques across the country to pray for peace and safety for the Palestinian people. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Ilustrasi khutbah Jumat. (Foto: AP/Achmad Ibrahim)
Solo -

Bulan Syawal hadir membawa nuansa baru setelah Ramadhan yang penuh keberkahan. Momentum ini menjadi saat yang tepat untuk memperkuat pesan-pesan keislaman melalui khutbah Jumat yang relevan dan menyentuh hati. Salah satu cara menyampaikan pesan yang efektif adalah dengan memilih contoh teks khutbah Jumat bulan Syawal yang sesuai dengan semangat dan kebutuhan jamaah pada masa pasca-Ramadhan ini.

Menurut Muhammad Khatib dalam buku Khutbah Jumat Sejuta Umat, khutbah Jumat idealnya tidak bersifat generik atau monoton, tetapi disesuaikan dengan waktu dan kondisi umat. Seorang khatib yang peka terhadap perkembangan zaman akan menyampaikan khutbah yang aktual dan menyentuh kebutuhan riil masyarakat.

Materi khutbah yang kontekstual dengan bulan tertentu, seperti Syawal, dapat menjadi sarana untuk menguatkan kembali nilai-nilai ibadah, keistiqamahan, dan kepedulian sosial yang telah dibangun selama Ramadhan. Dengan demikian, khutbah bukan hanya menjadi rutinitas mingguan, melainkan juga jawaban atas tantangan hidup umat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika detikers tengah mencari contoh teks khutbah Jumat untuk bulan Syawal yang singkat dan terbaru, di bawah ini terdapat beberapa contoh yang dihimpun dari laman Kementerian Agama serta NU Online. Mari kita simak!

Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat dan Terbaru

1. Menjaga Pola Hidup Tetap Positif Sepeninggal Bulan Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ

ADVERTISEMENT

Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,

Mengawali khutbah yang penuh keberkahan ini, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketakwaan sejati adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesungguhan. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga, kita mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Aamiin ya rabbal 'alamin.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Bulan suci Ramadhan telah berlalu, namun semangatnya hendaknya tetap kita jaga. Ramadhan bukan sekadar momen satu bulan yang penuh ibadah, melainkan menjadi titik awal dalam membangun kebiasaan baik yang terus berlanjut sepanjang tahun. Oleh karena itu, menjaga pola hidup yang telah kita terapkan selama bulan Ramadhan sangat penting agar keberkahan dan manfaatnya terus terasa dalam kehidupan kita.

Salah satu amalan yang dapat kita lanjutkan adalah puasa sunnah Syawal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun." (HR Muslim)

Puasa Syawal lebih utama jika dilakukan berturut-turut setelah Idul Fitri, namun jika belum sempat, tetap disunnahkan untuk melakukannya di hari lain sepanjang bulan Syawal. Keutamaan puasa ini sangat besar, yaitu mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Selain puasa Syawal, kita juga dapat melanjutkan kebiasaan menghidupkan waktu malam dengan ibadah. Pada bulan Ramadhan, kita terbiasa menjalankan sholat tarawih, tahajud, dan sahur. Kebiasaan baik ini hendaknya terus kita pertahankan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta'ala turun setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, 'Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan." (Muttafaq 'alaih)

Dengan menjaga ibadah malam, kita memperoleh kesempatan untuk lebih dekat kepada Allah, memohon ampunan, dan meraih keberkahan dalam kehidupan.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Pola hidup positif lainnya yang perlu kita lanjutkan adalah membaca Al-Quran secara rutin. Saat Ramadhan, banyak dari kita yang berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran. Kebiasaan ini hendaknya tidak berhenti setelah Ramadhan usai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Bacalah Al-Quran. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pembaca dan pengamalnya." (HR Ahmad)

Membaca Al-Quran bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menjadi petunjuk dalam kehidupan. Bahkan, setiap huruf yang kita baca bernilai pahala berlipat-lipat, sebagaimana sabda Rasulullah:

"Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf." (HR At-Tirmidzi)

Jamaah yang berbahagia,

Amalan-amalan yang telah kita laksanakan di bulan Ramadhan hendaknya menjadi rutinitas yang terus berlanjut, tidak hanya dilakukan sesaat. Kita tidak perlu terburu-buru dalam mengamalkannya, tetapi lebih penting untuk menjaga konsistensi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Amalan yang paling disukai Allah Ta'ala adalah yang kontinu walaupun itu sedikit." (HR Muslim)

Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, salah satu tanda diterimanya suatu amal kebaikan adalah munculnya amalan baik lainnya setelahnya. Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik awal untuk memperbaiki diri dan terus meningkatkan kualitas ibadah kita.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan dalam menjalankan amal kebaikan. Aamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

2. Berbenah Diri Setelah Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jamaah sholat Jumat rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhânahu wata'âlâ dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa adalah bekal terbaik dalam perjalanan hidup ini, dan hanya orang-orang bertakwalah yang akan memperoleh keberuntungan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Alhamdulillah, kita baru saja melewati bulan Ramadhan-bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Bulan di mana amal ibadah dilipatgandakan, nafsu ditundukkan, dan hati dilatih untuk lebih dekat kepada Allah Swt.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Swt berfirman:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Setiap amal kebaikan anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: Kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Namun kini Ramadhan telah berlalu. Syawal telah datang, dan kemudian kita akan memasuki bulan-bulan yang terasa "biasa" bagi kebanyakan orang. Di sinilah ujian sebenarnya dimulai: apakah semangat ibadah yang kita bangun selama Ramadhan akan terus terjaga, atau justru perlahan memudar?

Ketahuilah, Allah memuliakan Ramadhan agar kita termotivasi untuk kembali kepada-Nya. Seperti seorang ibu yang memberikan hadiah agar anaknya berhenti berbuat nakal, Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita-karena kita terlalu sibuk dengan dunia, terlalu sedikit mengingat-Nya.

Oleh karena itu, saat Lailatul Qadar kita dianjurkan membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan mencintai orang yang memaafkan, maka maafkanlah aku."

Doa ini bukan hanya untuk malam Lailatul Qadar, tapi menjadi pengingat bahwa kita penuh dengan dosa, penuh dengan kelalaian. Kita butuh rahmat dan ampunan-Nya.

Rasulullah Saw juga bersabda:

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."

Ini menjadi pesan bahwa Ramadhan adalah waktu pembersihan, penghapusan dosa, dan perbaikan diri. Maka setelah Ramadhan, tugas kita adalah menjaga kualitas dan semangat ibadah tersebut.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

3. Istiqamah Setelah Ramadhan, Tanda Iman yang Dewasa

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jumat Rahimakumullah,

Lima hari sudah berlalu sejak gema takbir Idul Fitri memenuhi angkasa. Suasana bahagia masih terasa. Tapi seiring waktu berjalan, Ramadhan telah resmi meninggalkan kita. Pertanyaannya: apakah kebiasaan baik yang kita bangun selama Ramadhan juga ikut pergi? Apakah semangat tilawah, sholat malam, sedekah, dan sabar kita ikut menghilang bersama berlalunya bulan suci itu?

Ramadhan bukan sekadar bulan ritual. Ia adalah madrasah-tempat di mana Allah mendidik jiwa kita. Kita belajar menahan lapar, bukan hanya agar tahu rasanya lapar, tapi agar kita mengenal makna syukur. Kita belajar menahan haus agar memahami arti sabar. Kita sholat malam agar tahu bahwa hubungan dengan Allah bukan sekadar rutinitas, tapi kebutuhan hati.

Lalu setelah sebulan kita ditempa, masa kita kembali ke pola lama-lalai, lupa, dan sibuk dengan dunia?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu 'yakin' (kematian)." (Q.S. Al-Hijr: 99)

Ini adalah perintah yang tegas dan tak terbatas waktu. Ibadah bukan milik Ramadhan semata. Ia adalah jalan hidup hingga akhir hayat.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Ramadhan melatih kita agar menjadi hamba Allah, bukan hamba Ramadhan. Perubahan baik yang kita mulai selama bulan suci, semestinya menjadi kebiasaan yang berlanjut.

Imam Qatadah, seorang ulama besar, biasa mengkhatamkan Al-Quran setiap tujuh hari. Tapi saat Ramadhan datang, beliau khatam tiap tiga hari. Dan di sepuluh malam terakhir? Setiap malam. Kita mungkin belum bisa seperti beliau, tapi setidaknya kita tahu bahwa kedekatan dengan Al-Quran bukan hanya untuk satu bulan, melainkan sepanjang hidup.

Jadikan Al-Quran sebagai sahabat harian, bukan tamu bulanan. Bacalah, pahami, dan amalkan isinya, karena Al-Quran adalah cahaya penuntun dalam hidup kita.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang konsisten, meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa Allah lebih menyukai amal yang terus-menerus, meski tidak besar. Maka, jika di Ramadhan kita rutin bersedekah, berdzikir, bangun malam, dan membaca Al-Quran-teruskan. Walau tidak sebanyak saat Ramadhan, jangan sampai benar-benar hilang.

Jangan tunggu Ramadhan tahun depan untuk kembali taat. Kita tidak tahu apakah masih diberi umur untuk menemuinya. Betapa banyak yang kemarin bersama kita, kini telah tiada. Jangan menunggu ajal untuk sadar. Jangan menyesal di akhir saat tak bisa kembali memperbaiki.

Ma'asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah,

Kemenangan yang sejati bukan hanya ketika kita bisa berhari raya. Kemenangan hakiki adalah saat kita bisa menjaga iman dan amal saleh hingga akhir hayat, hingga kita menghadap Allah dalam keadaan Dia ridha kepada kita.

Mari kita minta kepada Allah agar diberi kekuatan untuk istiqamah, agar semangat Ramadhan tetap hidup dalam jiwa kita sepanjang tahun.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

Khutbah II

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُونَ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُونَ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

اللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِينَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ.

اللَّهُمَّ ٱجْعَلْ هٰذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِينَ.

عِبَادَ اللَّهِ،

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَٱذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَٱشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

4. Menjaga Semangat Ibadah Pascaramadhan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيقِهِ الْقَوِيمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِينِهِ الْمُسْتَقِيمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةٌ تُوَصِّلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيمُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِي الْفَضْلِ الْجَسِيمِ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ الْكَرِيمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيمِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيْبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنِ

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah Jumat di bulan Syawal ini, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita: nikmat iman, Islam, serta kesempatan untuk menjalani ibadah Ramadhan yang penuh berkah. Semoga amal-amal kita diterima oleh Allah dan kita termasuk orang-orang yang kembali dalam keadaan fitrah.

Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw., yang telah menjadi teladan utama dalam ibadah dan akhlak mulia. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat nanti. آمِيْن.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadhan telah berlalu, namun semangat ibadah janganlah ikut berlalu. Kita semua telah merasakan betapa indahnya beribadah dengan ikhlas dan berjamaah. Masjid ramai, Al-Quran akrab dibaca, dan semangat berbagi begitu tinggi. Maka, bulan Syawal ini adalah saat yang tepat untuk mempertahankan dan melanjutkan semangat itu.

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu'awanah menyebutkan empat hal yang dapat membantu kita menjaga semangat ibadah:

Pertama, sadar bahwa Allah selalu mengawasi kita. Tidak ada satu amal pun yang luput dari penglihatan Allah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim)

Kedua, yakin bahwa amal kita dicatat oleh malaikat. Kebaikan sekecil apapun akan dibalas, begitu pula dengan kejahatan.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Ketiga, sadar akan kematian yang bisa datang kapan saja. Ia adalah kepastian dari Allah yang tak bisa ditolak siapa pun.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat menundanya barang sesaat pun dan tidak (pula) dapat memajukannya." (QS. Al-A'raf: 34)

Keempat, mengingat janji dan ancaman Allah. Janji-Nya memotivasi kita untuk berbuat taat. Ancaman-Nya mengingatkan kita agar menjauhi maksiat.

Semoga kita semua tergolong orang yang menjaga kualitas ibadah tidak hanya saat Ramadhan, tapi juga sepanjang tahun.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِلَهُ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيعِ الْمَأْمُورَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تسليما

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ والْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَابْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

5. Berusaha Menjadi Muslim yang Senantiasa Bertakwa Pascaramadhan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk menunaikan ibadah sholat Jumat. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Setelah sebulan penuh kita menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, kita pun menyambut datangnya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Hari kemenangan ini bukan sekadar ajang perayaan, tetapi lebih dari itu, merupakan momentum refleksi atas usaha kita dalam menggapai derajat ketakwaan. Dalam kitab Lataif al-Ma'arif, Ibnu Rajab al-Hanbali menegaskan bahwa hakikat Idul Fitri bukan sekadar mengenakan pakaian baru, tetapi justru terletak pada bertambahnya ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana perkataannya:

"Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai baju baru, melainkan hari raya bagi orang yang ketaatannya bertambah. Bukanlah hari raya bagi orang yang bersolek dengan pakaian dan kendaraan, melainkan hari raya bagi orang yang diampuni dosanya."

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Idul Fitri berasal dari kata Id yang berarti kembali, dan Fitri yang berarti suci. Maka, Idul Fitri adalah momentum kembalinya kita pada kesucian, baik dalam aspek lahiriah maupun batiniah. Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kesucian sejati harus mencerminkan tiga unsur utama: benar, baik, dan indah.

Benar, berarti setiap sikap dan tindakan kita harus sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.

Baik, artinya segala yang kita lakukan harus memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Indah, yakni menghadirkan keindahan dalam akhlak dan perilaku, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.

Dengan memahami tiga unsur tersebut, kita akan lebih mudah menjaga fitrah kesucian yang telah kita raih selama bulan Ramadhan.

Hadirin Rahimakumullah,

Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ(QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Dari ayat ini, jelas bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir al-Munir menegaskan bahwa ibadah puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Takwa bukan sekadar rasa takut kepada Allah, tetapi juga kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita. Dengan memiliki ketakwaan, kita akan terdorong untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari perbuatan dosa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Takwa bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang luas. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(QS. Ali Imran [3]: 133-134)

Artinya: "Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seperti langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarah, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."

Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa ciri utama orang yang bertakwa bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Mereka berinfak, menahan amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Maka, mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai titik tolak untuk lebih peduli kepada sesama, lebih sabar dalam menghadapi ujian, serta lebih lapang dalam memaafkan.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,

Marilah kita jadikan momentum Idul Fitri ini sebagai titik awal untuk memperbaiki diri, menjaga ketakwaan, dan terus berbuat baik. Semoga kita semua termasuk golongan yang kembali dalam keadaan suci dan bertakwa, serta mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ، إِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا انْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا أَيْنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

6. Cara Mempertahankan Semangat Ibadah Saat Tidak Lagi Ramadhan

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Salah satu nikmat terbesar yang kita rasakan adalah nikmat iman dan Islam, yang menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini menuju kebahagiaan di akhirat. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Sebagai seorang hamba, kita wajib bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT. Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras'." (QS. Ibrahim: 7)

Bentuk nyata dari rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Melanjutkan Amal Ibadah Pasca Ramadhan

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ramadhan telah kita lalui dengan penuh semangat ibadah. Kita terbiasa menunaikan sholat tepat waktu, membaca Al-Quran, bersedekah, dan meningkatkan amal kebaikan lainnya. Namun, tantangan sesungguhnya datang setelah Ramadhan berlalu. Apakah kita masih bisa menjaga dan melanjutkan kebiasaan baik tersebut?

Allah SWT mengingatkan kita agar senantiasa mengevaluasi diri dan melihat bagaimana kualitas ibadah kita:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

Untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah pasca Ramadhan, ada tiga langkah utama yang dapat kita lakukan, yaitu Muhasabah (introspeksi diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam beribadah), dan Muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah).

1. Muhasabah (Introspeksi Diri)

Muhasabah adalah mengevaluasi diri terhadap amal ibadah yang telah kita lakukan. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah selama Ramadhan kita sudah benar-benar beribadah dengan penuh keikhlasan? Apakah semangat ibadah kita hanya muncul di bulan Ramadhan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita untuk terus memperbaiki diri dan mempertahankan ibadah yang telah kita jalankan.

Rasulullah SAW bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

"Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi)

2. Mujahadah (Bersungguh-sungguh dalam Beribadah)

Setelah melakukan muhasabah, langkah selanjutnya adalah mujahadah, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah kita. Semangat ibadah yang telah kita bangun di bulan Ramadhan harus tetap dipertahankan. Meskipun tantangan datang dari lingkungan sekitar maupun dari diri sendiri, kita harus memiliki tekad kuat untuk tetap berada di jalan kebaikan.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

"Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)

3. Muraqabah (Merasa Selalu Diawasi oleh Allah)

Langkah terakhir adalah muraqabah, yaitu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap aktivitas kita. Dengan muraqabah, kita akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena kita sadar bahwa setiap amal kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari)

Semangat muraqabah ini sejatinya telah kita latih dalam ibadah puasa, yang tujuannya adalah membentuk ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bulan Syawal, yang berarti peningkatan, harus menjadi momentum bagi kita untuk terus meningkatkan amal ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan menerapkan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah, insyaAllah kita akan tetap istiqamah dalam ibadah, meskipun Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk terus berada di jalan-Nya dan menjadikan kita hamba-hamba yang istiqamah.

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Nah, itulah tadi beberapa contoh teks khutbah Jumat bulan Syawal singkat dan terbaru. Semoga dapat menjadi inspirasi!




(sto/afn)


Hide Ads