6 Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Lengkap dengan Doa dan PDF-nya

6 Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Lengkap dengan Doa dan PDF-nya

Rada Dhe Anggel - detikSulsel
Kamis, 10 Apr 2025 19:00 WIB
Sejumlah jamaah mendengarkan khutbah jumat usai peresmian Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/12/2022). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan Masjid Raya Al Jabbar sekaligus menggelar Salat Jumat perdana di Masjid Raya tersebut.
Foto: Raisan Al Farisi/Antara Foto
Makassar -

Teks khutbah Jumat bisa menjadi panduan bagi khatib dalam membawakan materi dakwah. Materi khutbah Jumat sendiri dapat disesuaikan dengan momentum atau fenomena yang terjadi di masyarakat.

Pada Jumat di pekan kedua April 2025 ini, salah satu materi yang dapat dibawakan dalam khutbah adalah terkait bulan Syawal. Lantaran pekan kedua April 2025 ini bertepatan dengan bulan Syawal 1446 H dalam penanggalan Hijriah.

Melalui naskah khutbah singkat, khatib dapat mengajak jemaah Jumat untuk menjaga konsistensi ibadah yang telah terbangun di bulan Ramadhan. Selain itu, juga dapat menyampaikan ibadah yang dapat diamalkan jemaah selama bulan Syawal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai referensi, detikSulsel telah merangkum beberapa contoh khutbah Jumat bulan Syawal lengkap dengan doa dan link PDF-nya. Yuk simak selengkapnya di bawah ini.

Khutbah Jumat #1: Menjaga Konsistensi Semangat Beribadah di Bulan Syawal

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْن

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Mengawali khutbah Jumat di awal bulan Syawal kali ini, mari kita sama-sama memanjatkan puji serta syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang penuh dengan berkah ini.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, sosok teladan sepanjang zaman. Semoga kita semua termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Karena, Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi bagi kita bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan, semangat ibadah beliau di bulan Ramadhan bisa kita teladani terus walau Ramadhan nantinya akan berlalu.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kita baru saja melewati Bulan Ramadhan, di mana dalam bulan tersebut telah mengajarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah dengan berbagai ibadah seperti puasa, shalat, sedekah, tilawah, dan amal kebaikan lainnya. Di bulan Ramadhan juga, berbagai ibadah terasa sangat ringan dilaksanakan karena dilakukan dengan keikhlasan dan berjamaah dengan penuh kebersamaan.

Kita merasakan sendiri bagaimana kita mengalami lonjakan spiritual saat Ramadhan. Masjid penuh, Al-Qur'an lebih sering dibaca, doa-doa lebih khusyuk, semangat berbagi kepada sesama juga tinggi. Tren positif ini tentu harus kita jaga dengan terus melakukan ikhtiar melalui peningkatan kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan.

Lalu bagaimana upaya kita untuk menjaga semangat ibadah yang telah kita latih selama Ramadhan?

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad didalam kitab Risalatul Mu'awanah, mengungkapkan, ada empat (4) hal yang bisa kita jadikan motivasi agar ibadah keseharian kita bisa stabil. Peningkatan motivasi ini sekaligus akan bisa menghalau perbuatan-perbuatan maksiat yang bisa saja dilakukan karena faktor bisikan setan ataupun kesempatan.

Pertama, senantiasa menyadari keberadaan Allah swt yang mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kita dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kita harus sadar bahwa Allah yang menakdirkan semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini. Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang luput dari pandangan dan kehendak-Nya, baik terlihat dalam bentuk tindakan ataupun terbesit dalam hati.

Terkait pengawasan ini, Rasulullah telah mengingatkan kita melalui haditsnya:

أَنْ تَعْبــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya, "Engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu." (Riwayat Imam Muslim).

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kedua, motivasi untuk mempertahankan semangat beribadah yang bisa kita lakukan yakni dengan menyadari bahwa Allah memiliki para malaikat yang bertugas mencatat amal dan perbuatan kita. Ada dua malaikat yang membersamai kita dalam hidup yang bernama Malaikat Raqib dan Atid. Mereka akan mencatat amal baik dan buruk kita.

Ketika kita melakukan ibadah dan kebaikan maka kita akan mendapatkan balasan pahala. Sebaliknya, jika kita berbuat jahat dan buruk maka kita akan mendapatkan balasan dan dosa di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Artinya, "Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, dia akan melihat (balasan)-nya." (Surat Az-Zalzalah ayat 7).

Ketiga, menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memiliki batas yakni kematian yang merupakan sebuah keniscayaan. Ketika kematian sudah datang, maka tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sanggup untuk menolaknya.

Canggihnya teknologi kedokteran pun tak akan sanggup untuk menghentikan takdir Allah berupa kematian. Ketika Allah berkehendak mencabut nyawa makhluknya, maka itu adalah kepastian yang tak bisa ditolak.

Allah telah menyebut hal ini dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 34:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

Artinya, "Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan."

Keempat, kita harus mengingat janji dan ancaman Allah swt. Dengan mengingat janji Allah, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Kemudian saat mengingat ancaman Allah, kita akan termotivasi untuk menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Itulah empat cara agar kita mampu mempertahankan semangat ibadah yang telah tumbuh baik selama Ramadhan. Menutup khutbah ini, mari kita ingat hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al-Hakim:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)."

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II/Doa

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Download PDF Teks Khutbah Jumat: Menjaga Konsistensi Semangat Beribadah di Bulan Syawal

Penulis: Ustadz H Muhammad Faizin
Sumber: NU Online Jabar

Khutbah Jumat #2: Puasa Syawal, Menutup Kekurangan di Bulan Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Syukur alhamdulillah merupakan kata kunci pertama yang harus kita tanamkan dalam diri kita semua atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan, khususnya nikmat iman dan nikmat sehat, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib shalat Jumat ini. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya. Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla. Karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat dengan keadilan-Nya.

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Sudah hampir satu pekan kita semua berpisah dengan bulan Ramadhan. Ia telah pergi, dan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa kembali dengannya atau tidak. Sebab, kematian tidak ada yang tahu kapan datangnya. Bisa saja, ia lebih dahulu menjemput kita semua sebelum datangnya bulan Ramadhan yang akan datang.

Oleh karena itu, sebelum kematian itu datang, tidak ada yang bisa kita persiapkan selain terus istiqamah dan konsisten dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt, berusaha untuk meningkatkan iman dan takwa, berbuat baik kepada sesama, meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai oleh-Nya.

Dengan upaya dan usaha tersebut, maka kita semua insya Allah akan tergolong sebagai hamba yang akan mendapatkan ridha dari Allah swt. Salah satu upaya untuk meningkatkan iman dan takwa, serta menjadi ibadah yang sangat disenangi oleh Allah swt adalah puasa.

Dengan berpuasa, seseorang akan memiliki derajat istimewa dan balasan yang istimewa pula dari Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ إِنَّمَا يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِي

Artinya: Semua amal ibadah manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu hanya untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan langsung membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minumnya semata untuk-Ku (HR Bukhari dan Ahmad).

Berdasarkan hadits tersebut, puasa merupakan ibadah privat yang hanya diketahui oleh Allah swt dan orang yang menjalaninya semata. Karenanya, puasa menjadi satu-satunya ibadah yang paling minim bercampur dengan sifat riya (ingin dipuji), sebab dimensi puasa adalah niat dalam hati, bukan gerakan anggota badan, sebagaimana ibadah lainnya.

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Bulan Syawal ini merupakan bulan yang tepat bagi kita semua untuk kembali merasakan nikmatnya ibadah puasa. Kita semua dianjurkan oleh Rasulullah untuk melakukan puasa selama enam hari pada bulan Syawal, bahkan pahala yang akan didapatkan darinya sangat banyak, dan setara dengan puasa selama satu tahun.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ

Artinya: Barangsiapa puasa Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh (HR Muslim).

Selain segudang pahala yang akan Allah berikan, puasa ini juga bisa menjadi tanda-tanda diterimanya puasa di bulan Ramadhan. Artinya, orang yang mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawal menunjukkan bahwa puasanya selama Ramadhan diterima oleh Allah swt.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma'arif fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif mengatakan:

عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ

Artinya: Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Selain menjadi tanda-tanda diterimanya ibadah puasa di bulan Ramadhan, puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan selama bulan mulia tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma'arif, bahwa puasa Syawal memiliki banyak faedah, di antaranya adalah akan menjadi penyempurna puasa Ramadhan, sehingga nilai pahalanya bisa setara dengan puasa setahun.

Puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan puasa selama Ramadhan. Puasa Ramadhan yang kita lakukan selama satu bulan penuh belum tentu sempurna, dan tentunya akan ada banyak sekali kekurangan-kekurangan yang bisa menghilangkan kesempurnaan puasa.

Oleh karena itu, puasa Syawal menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menutupi semua kekurangan tersebut. Dengan puasa Syawal, itu menunjukkan bahwa kita sedang berupaya untuk meraih kesempurnaan Ramadhan. Demikian khutbah Jumat perihal menutup kekurangan puasa Ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawal.

Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II/Doa

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Format PDF Teks Khutbah Jumat: Puasa Syawal, Menutup Kekurangan di Bulan Ramadhan

Oleh: Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur
Sumber: NU Online Lampung

Khutbah Jumat #3: 5 Karakter Orang Bertaqwa

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum'at hafidhakumullah,

Hari ini kita berada di Jum'at pertama bulan Syawal setelah sebulan penuh di bulan Ramadhan berpuasa yang tujuannya adalah membentuk taqwa. Sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 183)

Apa itu taqwa? Para ulama biasa mendefinisikan singkat tetapi lengkap. Taqwa adalah mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan karakter orang bertaqwa dalam banyak ayat Al-Qur'an. Di antaranya dalam Surat Ali Imran ayat 133-135. Rangkaian ayat ini menjelaskan lima karakter orang bertaqwa. Kita bisa bermuhasabah apakah lima karakter ini ada dalam diri kita, sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan puasa Ramadhan kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 133-135)

1. Gemar Berinfaq

Karakter pertama orang bertaqwa adalah gemar berinfak baik dalam kondisi lapang maupun sempit.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit ... (QS. Ali Imran: 134)

Bulan Ramadhan yang memiliki nama lain syahrul infaq telah melatih kita untuk banyak berinfaq. Rasulullah juga mencontohkan, beliau yang sangat dermawan menjadi jauh lebih dermawan pada bulan Ramadhan.

Infaq dan sedekah yang telah terlatih di bulan Ramadhan itu, hendaknya menjadi karakter kita karena itulah karakter orang bertaqwa; berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Berinfaq baik di tanggal muda maupun tanggal tua. Tentu besarannya disesuaikan dengan kemampuan.

Para sahabat Nabi radhiyallahu 'anhum telah mencontohkan gemar berinfak dalam segala kondisi. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfaq.

Umar Al Faruq radhiyallahu 'anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta itu untuk jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika ditanya Rasulullah, "Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" Umar menjawab, "Aku menginfakkan separuh hartaku dan untuk keluargaku masih ada separuh hartaku."

Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu 'anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih banyak daripada infaq Umar. "Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku." Ketika ditanya Rasulullah, apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya."

Umar yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, "Aku tidak pernah bisa mengungguli Abu Bakar."

Selain Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk berinfaq. Ada pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq segenggam kurma.

Orang-orang munafik mengejek, "Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti itu." Namun, Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam kurma karena kemampuannya memang hanya sebesar itu.

Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Juga tidak ada ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh hartanya. Yang ada, justru kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan semakin berkah. Persis seperti sabda Nabi:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidak mengurangi harta. (HR. Muslim)

Maka, mari kita miliki karakter orang bertaqwa ini. Jangan menunggu kaya baru sedekah, sedekahlah! Insya Allah, Allah akan menjadikan kita kaya.

2. Menahan Marah

Karakter orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi.

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

... dan orang-orang yang menahan amarahnya ... (QS. Ali Imran: 134)

Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk mampu mengelola emosi dengan baik. Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar, menahan diri, dan tidak mudah marah. Bahkan, sekalipun ada orang-orang yang memprovokasi atau mengajak kita berkelahi.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ

Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat. Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq 'alaih)

Marah seringkali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol, keputusan tidak bijak dan emosi tak terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita untuk bisa menahan marah dan hendaknya itu terus menjadi karakter kita.

Secara medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari darah tinggi, kolesterol, hingga diabet. Sebab marah memicu hormon kortisol.

Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu menahan marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat.

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Orang yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memaafkan Manusia

Karakter orang bertaqwa yang ketiga adalah adalah suka memaafkan.

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

... dan memaafkan manusia ... (QS. Ali Imran: 134)

Tak hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesalahan orang lain. Dan memaafkan tidak akan menurunkan harga diri seseorang, ia justru menambah kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا

Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. (HR. Muslim)

Memaafkan juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia. Sebaliknya, tidak memaafkan alias mendendam akan memicu hormon kortisol yang mengakibatkan berbagai penyakit termasuk jantung, kanker dan stroke.

4. Suka Berbuat Baik

Karakter keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; ia menjadi muhsinin.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Ali Imran: 134)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah orang yang membalas kejelekan dengan kebaikan.

Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahmi dengannya. Ini adalah contoh muhsinin. Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan menolongnya saat membutuhkan, juga contoh muhsinin.

Ramadhan telah mendidik kita untuk berbuat baik kepada siapapun. Dan sudah seharusnya karakter itu kita teruskan sepanjang tahun karena itulah karakter orang bertaqwa.

5. Segera Bertaubat

Karakter kelima dari orang bertaqwa adalah segera ingat Allah dan bertaubat kepada-Nya ketika melakukan dosa dan kemaksiatan.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135)

Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa kecuali Rasulullah yang ma'shum. Setiap orang bisa salah, setiap orang bisa terperosok ke dalam dosa, setiap orang bisa berbuat maksiat. Yang paling penting adalah segera bertaubat; ingat Allah, memohon ampun kepadaNya dan tidak mengulanginya lagi.

Demikianlah karakter kelima dari orang bertaqwa, sekaligus mengakhiri khutbah pertama dari khutbah Jumat bulan Syawal ini.

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II/Doa

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Jamaah Jum'at hafidhakumullah,

Ketika kita bertaqwa kepada Allah, di antaranya dengan memenuhi lima karakter tadi, Allah menjanjikan banyak keutamaan kepada kita, antara lain:

1. Bimbingan

Allah akan membimbing kita untuk bisa membedakan yang benar dan yang salah lalu mengikuti kebenaran tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. (QS. Al-Anfal: 29)

2. Ampunan

Orang yang bertaqwa akan mendapatkan ampunan dari segala dosa. Sebagaimana lanjutan ayat tersebut:

وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)

3. Solusi dan Rezeki

Allah menjamin solusi orang yang bertaqwa atas permasalahan yang dia hadapi. Juga menjamin rezeki, bahkan dari arah tak terduga.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya ... (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

4. Masuk Surga

Ini keutamaan yang paling kita nantikan. Allah memasukkan orang bertaqwa ke dalam surga-Nya. Sebagaimana ayat yang telah kita dengarkan bersama di khutbah pertama:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (QS. Ali Imran: 133)

Maka, mari berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Dia mengistiqomahkan kita. Menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa, memiliki lima karakter taqwa, dan Allah curahkan keutamaan mulai dari furqan hingga masuk surga.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Format PDF Teks Khutbah Jumat: 5 Karakter Orang Bertaqwa

Sumber: Laman Bersama Dakwah

Khutbah Jumat #4: Syawal Bulan Peningkatan Ibadah

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَا بَعْدُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,

Hadirin Jamaah Salat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah SWT, kita tak henti-hentinya memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kita iman dan Islam, karunia yang sangat besar yang Dia berikan kepada hamba-Nya. Tentu saja, kita bersyukur atas nikmat ini. Semua pujian hanya milik Allah, Alhamdulillah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian dan merasa berjasa.

Pada kesempatan yang mulia ini, selaku khatib mengajak semua orang yang hadir untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Keimanan berarti kita senantiasa selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan keadaan dengan berzikir dan melakukan segala perintah-Nya. Takwa berarti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap masalah yang kita hadapi dengan berdoa, memohon pertolongan, dan meminta bantuan dari-Nya.

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقْتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)

Selanjutnya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Jamaah Jumat yang dir dirahmati Allah,

Kini kita tengah berada di Jumat kedua bulan Syawal 1446 Н. Ramadan baru meninggalkan kita. Tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT., atau tidak. Dua ketidakpastian inilah yang membuat sebagian salafus shalih berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadan berikutnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Arti syawal adalah peningkatan. Demikianlah seharusnya. Pasca Ramadan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat takwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai bulan Syawal kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri seseorang. Bukankah kemuliaan seseorang tergantung pada ketakwaannya?

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ

Arinya: "..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertakwa..." (QS. Al-Hujurat: 13)

Akan tetapi, yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan. Penurunan ibadah, juga penurunan kualitas diri. Di antara indikatornya yang sangat jelas adalah merayakan Idul Fitri dengan cara yang berlebihan, dibukanya tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Na'udzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah salat lima waktu. Umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali "membudaya". Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan sebaik-baik-nya? Jadilah ia kembali penuh noda. Jadilah ia kembali menghitam dan semakin memburam.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Fenomena itu sesungguhnya juga menunjukkan kepada kita, bahwa puasa orang yang demikian tidak berhasil. Tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat takwa, atau mendekatinya. Fenomena itu menjadi indikator yang mudah diketahui oleh siapa saja yang mau memperhatikan dengan seksama. Kita juga bisa menggunakan hadis Nabi sebagai kaidah yang seharusnya kita perhatikan sebaik-baiknya: "Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."

Lalu bagaimana amal seorang muslim di bulan Syawal? Berangkat dari kaidah umum dari hadis Nabi tersebut, dan sekaligus sejalan dengan makna Syawal, maka harus ada peningkatan di bulan ini. Peningkatan itu tidak lain adalah berangkat dari sikap istiqamah.
Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112)

Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara kontinyu/terus-menerus.

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Artinya: Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca Al-Qur'an kita yang setiap hari.

Salat malam yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan salat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah (ma 'iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, ma'iyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis tiba-tiba lalu hilang seketika.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Memang tidak banyak amal khusus di bulan Syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, Allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai alat/media dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Keistimewaan puasa sunah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadan.

Rasulullah SAW, bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِنَّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتَ مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ

Artinya: Barangsiapa berpuasa Ramadan, lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, ia seperti puasa setahun. (HR. Ibnu Majah)

Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak? Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut mazhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal. Lebih utama. Jadi, tidak ada mazhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan Syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jumat tanpa mengiringinya di hari Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Penurunan amal di bulan Syawal sekali lagi adalah hal yang seharusnya kita hindarkan. Bulan Syawal justru pernah menjadi bulan perjuangan yang amat menentukan bagi kaum muslimin. Itu terjadi pada tahun 5 H. Pada bulan ini terjadi perang Ahzab persatuan kaum muslimin benar-benar terasa di sana. Begitupun keimanan mereka dan doa-doa yang khusyuk semakin mendekatkan mereka kepada Allah. Bulan ini menjadi bulan peningkatan yang luar biasa setelah Ramadan.

Itulah contoh betapa bulan Syawal tidak sepantasnya membuat ibadah dan kualitas diri kita turun. Justru seharusnya, sesuai dengan makna Syawal, maka kita harus mengalami peningkatan dengan berupaya istiqamah serta meningkatkan kualitas ibadah dan diri, diantaranya dengan puasa Syawal.

Demikianlah khutbah ini disampaikan, semoga bisa menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk menjadikan bulan Syawal ini menjadi lebih berarti dan penuh berkah ilahi. Amin.

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّلِحَتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
بارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتِهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
أَقُولُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II/Doa

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقُ وَالْبَشَرِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحِ الْغُرَرُ

عِبَادَ اللهُ ! اتَّقَوْا اللهَ مِنْ سِمَاعِ اللَّغْوِ وَفَضُولِ الْخَبَرُ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَاكُمْ وَزَجَرٍ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ بَأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَفَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيَ الرَّحْمَةِ وَشَفِيعِ الْأُمَّةِ وَأَرْضِ أَللَّهُمَّ عَلَى أَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ أَجْمَعِينَ . وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ

الْحَاجَاتِ . اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ وَاجْعَلْ بَلْدَ تَنَا هَذِهِ آمِنَةً مُطْمَئِنَّهُ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللَّهُ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَايْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْتَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ . وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Link PDF Teks Khutbah Jumat: Syawal Bulan Peningkatan Ibadah

Sumber: Buku Mutiara Khutbah Jumat oleh Ridhoul Wahidi

Khutbah Jumat #5: Lima Peristiwa Penting di Bulan Syawal

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبَّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّين
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
: فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعْنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا ، وَزِدْنَا عِلْمًا، وَأَرَنَا الحَقِّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba'du...

Ma'asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى

fa ammā man a'ță wattaga

"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa." (QS. Al-Lail: 5), yaitu yang melakukan ibadah terkait harta seperti zakat, kafarat, dan nafkah. Lalu bertakwa dengan menjauhi yang dilarang oleh Allah.

وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى

wa şaddaqa bil-husnā

"dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)." (QS. Al-Lail: 6), yang membenarkan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH dan memiliki akidah yang benar.

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى

fa sanuyassiruhu lil-yusrā

"maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (QS. Al-Lail: 7)
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi mulia, suri tauladan kita yang mengajak kita untuk terus meningkatkan takwa dan mengajak kita berbahagia di bulan Syawal ini, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah,

Syawal adalah bulan kesepuluh dalam kalender Hijriyah yang terletak di antara bulan Ramadhan dan Dzulqa'dah. Bulan Syawal juga menjadi salah satu bulan yang penuh keutamaan dalam Islam. Ibnul 'Allan Asy-Syafii mengatakan bahwa pemberian nama Syawal berasal dari kata Syaalat al-ibil yang berarti unta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Pada bulan ini para penduduk Arab akan menggantungkan alat-alat perang mereka karena telah memasuki bulan haram untuk berperang.

Ada lima peristiwa penting yang bisa jadi pelajaran bagi kita semuanya di bulan Syawal ini.

Pertama: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi Aisyah pada bulan Syawal

Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan,

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ كَانَ أَحْطَى عِنْدَهُ مِنِّي ؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menikahiku pada bulan Syawal. la membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Istri-istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?" (Perawi) berkata, "Aisyah radhiyallahu 'anha dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal." (HR. Muslim, no. 1423).

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, "Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami (ulama Syafiiyyah) telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadits ini. Aisyah radhiyallahu 'anha ketika menceritakan hal ini bermaksud membantah apa yang diyakini masyarakat jahiliyah dahulu dan anggapan takhayul sebagian orang awam pada masa kini yang menyatakan tidak bolehnya menikahkan dan menikah, serta membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Ini adalah pernyataan yang batil, tidak ada dasarnya. Ini termasuk peninggalan jahiliyah yang dinilai sebagai tathayyur (beranggapan sial) karena menurut mereka Syawal sendiri berasal dari kata al-isyalah dan ar-raf'u (menghilangkan/ mengangkat)." (Syarh Shahih Muslim, 9:209)

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah...

Kedua: Perang Uhud Terjadi di Bulan Syawal

Perang Uhud yang pecah pada 15 Syawal, yakni tiga tahun setelah hijrahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebanyak tujuh ratus pasukan Muslim berhadapan dengan tiga ribu pasukan musyrik.

Awalnya, umat Islam mendominasi jalannya pertempuran. Orang-orang musyrik terdesak sehingga meninggalkan harta benda yang mereka bawa. Di sinilah sekelompok pasukan Muslim yang bertugas sebagai pemanah di puncak-puncak bukit lengah.

Khalid bin Walid yang saat itu masih kafir melihat celah itu lalu kemudian menyerang sisi pemanah sehingga pasukan Islam kocar kacir. Kekalahan ini menyebabkan Rasulullah terluka parah.

Kejadian ini terekam dalam QS. Ali Imran ayat 121. Perang Uhud adalah salah satu perang yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an sebagai salah ujian ketaatan kepada sunah dan ajaran Nabi Muhammad.

Tentang peristiwa Uhud ini, Allah menurunkan 60 ayat dalam surah Ali Imran, diawali dengan firman-Nya,

وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقْعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Arab-Latin: Wa iz gadauta min ahlika tubawwi ul-mu'minina maqā'ida lil-qitāl, wallāhu samī'un 'alīm

"Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ali Imran: 121)

Sedikitnya ada 70 sahabat yang menjadi syuhada dan kebanyakan mereka adalah dari kalangan Anshar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengubur mereka pada lokasi mereka terbunuh. Salah satu dari syuhada pada perang Uhud adalah Hamzah bin 'Abdil Muththalib, paman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pelajaran penting dari kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud disebutkan dalam ayat berikut,

أوَلَمَّا أَصْبَتُكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ

"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (QS. Ali Imran: 165). Yaitu, kekalahan itu disebabkan pelanggaran kalian terhadap perintah rasul kalian dan ketertarikan kalian untuk mengumpulkan harta rampasan.

Ketiga: Perang Khandaq (Perang Ahzab) Terjadi pada Bulan Syawal

Disebut perang Khandaq karena saat itu Salman Al-Farisi mencetuskan sebuah strategi pembuatan parit yang dalam dan lebar untuk menghalau musuh. Disebut perang Ahzab karena ada beberapa suku yang bersekutu melawan kaum muslimin. Perhatikan bahwa pasukan sekutu yang begitu menyeramkan yang sebelumnya disangka bahwa bangsa Arab tidak mungkin bersatu seperti itu. Yang bersekutu dalam perang Ahzab adalah:

1. Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, lalu ada berbagai kabilah Arab yang mengikutinya,
2. Bani Sulaim di bawah pimpinan Sufyan bin 'Abdi Syams,
3. Ghathafan di bawah pimpinan 'Uyainah bin Hishn,
4. Bani Murrah di bawah pimpinan Harits bin 'Auf,
5. Asyja' di bawah pimpinan Mas'ar bin Rukhailih.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyetujui ide membangun parit untuk menghalau pasukan musuh untuk masuk kota Madinah. Bahkan, Rasulullah dengan tangannya sendiri ikut bersama-sama membangun parit pertahanan itu.

Total pasukan Muslim mencapai tiga ribu orang, sedangkan pasukan sekutu kaum musyrik sebanyak sepuluh ribu orang. Dalam perang ini, kubu musyrik mengalami kekalahan karena diterjang angin puyuh setelah menunggu lama di luar parit.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan kebinasaan untuk pasukan gabungan seraya berdoa,

اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيعَ الْحِسَابِ اللَّهُمَّ اهْزِمُ الْأَحْزَابَ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ

"Ya Allah, yang menurunkan kitab, yang cepat dalam menghisab, hancurkanlah pasukan gabungan Ahzab! Ya Allah hancurkanlah dan luluh-lantakkanlah mereka!" (HR. Bukhari, no. 4115, Fath Al-Bari, 7:406)

Allah memberi pertolongan kepada kaum muslimin di mana disebutkan dalam ayat,

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنْ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

"Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf: 21)

Sejak perang Khandaq (Ahzab), kaum muslimin tidak lagi bertahan (defense), tetapi mereka yang akan memulai penyerbuan (attacking).

Keempat: Perang Hunain terjadi di Bulan Syawal

Perang Hunain terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah bulan Syawal. Saat itu, kaum Muslim menghadapi suku Hawazin dan suku Tsaqif, dua suku yang tinggal sebelah timur laut Makkah yang khawatir akan diserang pihak Muslim juga setelah Fathul Makkah.

Dua pekan lamanya Perang Hunain berlangsung setelah Rasulullah berhasil memimpin kaum Muslim dalam menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah. Dengan demikian, pasukan Muslim di medan Hunain cukup diuntungkan dengan kondisi mental yang penuh kegemilangan.

Dari total 12 ribu pasukan Muslim, sebanyak dua ribu diantaranya berasal dari dukungan Quraisy Makkah. Hasilnya, Perang Hunain dimenangkan kaum Muslimin.

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah,

Kelima: Anjuran Secara Lisan untuk Berpuasa Syawal

Dari Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِنَّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun." (HR. Muslim, no. 1164)

Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Baajuuri rahimahullah memberikan alasan kenapa sampai puasa enam hari Syawal mendapatkan pahala puasa setahun, "Karena puasa satu bulan Ramadhan sama dengan berpuasa selama sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal, itu sama dengan puasa selama dua bulan. Sehingga totalnya adalah berpuasa selama setahun seperti puasa fardhu. Jika tidak, maka tidak ada kekhususan untuk hal itu. Karena ingat satu kebaikan diberi ganjaran dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Yang afdhal adalah berpuasa mulai dari 2 Syawal dan berurutan (muttashilah, mutatabi'ah), walaupun tidak dimulai dari 2 Syawal dan tidak berurutan tetap meraih keutamaan." (Hasyiyah Al-Baajuuri 'ala Syarh Al-'Allamah Ibn Qasim Al-Ghazzi 'ala Matn Abi Syuja', 2:457-458).

Semoga Allah menerima amalan kita semuanya di bulan Ramadhan. Semoga Allah mudahkan kita berjumpa lagi dengan bulan penuh keberkahan, bulan Ramadhan tahun berikutnya.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II/Doa

الحمد لله رب العالمين، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجْمَعِينَ.

قيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ

قال الله تعالى في كتابه العظيم إن الله وملائكتهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيهَا".

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إبراهيم، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد وبارك على مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما باركت على إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاء مِنْهُمْ والامواتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ العجز والكسل ، والبخل والهرم ، وَعَذَاب القبر ، اللهم آن نفوسنا تقواها ، وزكها أنت خير من زكاها ، أنت وَلِيُّهَا وَمَوْلاهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا تعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ وَمِنْ قلب لا يخشع ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ : وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

اللَّهُمَّ اكفنا بحلالك عن حرامك وأغْنِنَا بِفَضلِكَ عَمَّن سواك

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زوال يعميك وتحول عافييكَ وَفُجَاءَةٍ يَقُمَتِكَ وَجَمِيع سخطك

يا مقلب القُلُوبِ ثَبِتْ قُلُوْتِنَا عَلَى طَاعَتِكَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نسألك رضاك والجنة وتعُوذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ،

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمُ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَيّا

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمُ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَيّا

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَيّا

رَبَّنَا تَقَبَّلُ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيمَنَا وَرُكُوعَنَا وَسُجُودنا ويلاوتنَا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ العليم

اللَّهُمَّ وَل عَلَيْنَا خيارنا ولا تُوَلِّ عَلَيْنا شرارنا.

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطُ عَلَيْنَا بِذُنُوبِنَا مِنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها، وأجرنا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

ربنا اينا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

عِبَادِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والإحسان وينهى عن الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى يَعْمِهِ يُرَدُّكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Format PDF Teks Khutbah Jumat: Lima Peristiwa Penting di Bulan Syawal

Sumber: Laman Rumaysho

Demikian kumpulan teks khutbah Jumat yang dapat detikers jadikan referensi. Semoga bermanfaat!




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads