Tradisi Bradu di Balik Zona Merah Kasus Antraks di Sleman-Gunungkidul

Terpopuler Sepekan

Tradisi Bradu di Balik Zona Merah Kasus Antraks di Sleman-Gunungkidul

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 17 Mar 2024 10:54 WIB
Penyuntikan vaksin ternak di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, buntut kasus antraks di wilayah tersebut. Foto diunggah pada Senin (10/7/2023).
Ilustrasi penyuntikan vaksin ternak untuk cegah antraks. Foto: dok. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul.
Jogja -

Tradisi Bradu disebut sebagai pemicu kasus antraks yang baru-baru ini terjadi di wilayah Jogja. Tradisi Bradu adalah tradisi memotong atau menyembelih hewan ternak yang sakit atau sekarat.

Setelah disembelih, daging hewan ternak itu dibagikan kepada warga. Warga kemudian mengonsumsinya sebagai simbol pemberian atau transaksional jual beli.

"Kebiasaan dari wilayah itu apabila ada ternak mati atau tiba-tiba mati atau sakit kemudian disembelih itu untuk mengurangi apa ya kerugian dari pemilik ternak. Daging lalu dibagikan sukarela atau memberi ganti," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja Emma Rahmi Aryani ditemui di Kantor Wali Kota Jogja, Kamis (14/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Bradu Mengakar Kuat

Emma mengatakan tradisi yang telah mengakar kuat di Kabupaten Gunungkidul ini menjadi penyebab menyebarnya kasus antraks terbaru.

Diawali dengan hewan ternak sakit yang disembelih di Gayamharjo Prambanan Sleman. Dagingnya kemudian dibagikan ke Gedangsari Gunungkidul hingga Gantiwarno Klaten.

ADVERTISEMENT

"Nah ini yang masih terjadi sehingga kenapa antraks ini muncul lagi, ya karena itu. Padahal waktu itu Sleman itu udah lama ya, 2003 sudah bebas," katanya.

Menurut Aryani, penanganan antraks tak cukup dengan obat dan vaksin. Budaya yang berkembang di masyarakat juga menjadi pertimbangan lain.

Penularan Antraks

Emma menuturkan penyebab utama antraks adalah spora. Partikel ini tergolong tahan akan perubahan lingkungan. Hewan ternak yang berpotensi menularkan di antaranya sapi, kerbau, kambing, dan domba.

Lebih lanjut dijelaskan, penularan antraks bisa secara kontak langsung dari spora antraks di tanah, rumput atau berasal dari hewan sakit.

Selain itu bisa melalui kulit, daging, tulang, dan darah hewan sakit yang disembelih. Bisa juga karena mengkonsumsi daging ternak yang sakit antraks.

"Atau produk atau bahan hasil ternak yang tidak dimasak sempurna kemudian juga penularannya bisa menghirup udara yang mengandung spora antraks kemudian masuk ke paru-paru. Lalu yang bekerja di pabrik-pabrik atau industri wol atau kulit dan lain-lain," ujarnya.

Gejala Terjangkit Antraks

Tanda-tanda dari manusia yang terjangkit antraks diawali dari kulit. Berupa munculnya ulkus atau luka menyerupai koreng atau keropeng.

Hingga akhirnya koreng berubah dan menjadi berwarna hitam. Ulkus ini bisa muncul pada kulit tangan, kaki, leher, dan muka.

"Ada gangguan pencernaan, gejala demam kemudian mual muntah berdarah, sakit perut di badan di daerah ulu hati hati kemudian dapat terjadi di diare berat dan berak berdarah. Antraks paru-paru ini dengan gejala demam batuk, tiba-tiba sesak nafas disertai batuk berdarah," kata Emma.

Zona Merah

Balai Besar Veteriner (BBVet) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY menyatakan, ada dua dusun yang dikategorikan sebagai zona merah. Kedua dudun tersebut adalah Kayoman di Gunungkidul dan Kalinongko di Sleman.

Kedua dusun disorot lantaran ditemukan spora antraks. "Sebenarnya yang terkonfirmasi di dua pemilik (ternak) saja ya. Satu pemilik di Gayamharjo (Sleman), satu lagi di Serut, Gedangsari (Gunungkidul)," jelas Hendra ditemui wartawan di kantor DPKP DIY, Rabu (13/3).

"Terkonfirmasi tanahnya, tanah untuk menyembelih itu. Yang terkonfirmasi (antraks) itu satu sapi di Kayoman, kemudian yang di (Kalinongko) tanah artinya dulu pernah terjadi, sifatnya antraks kan sporanya bertahan di tanah," imbuhnya.

Hendra menjelaskan meski dua dusun tersebut berada di dua Kabupaten, namun jaraknya tidak terlampau jauh. Jadi sistem zonasi ini akan berfokus pada dua zona merah tersebut.

"Walaupun di dua kabupaten tapi jaraknya tidak jauh. Kalau kita lihat radiusnya itu tidak lebih dari 200-an meter. Jadi kalau mau melakukan zonasi ya yang harus ditangani yang zona merah itu, yang tertular. Jadi di Kalinongko Kidul, kemudian di Kayoman, jadi yang pasti masuk zona merah," jelas Hendra.

"Harus cepat-cepat ditangani, cepat-cepat dikasih antibiotik," lanjutnya.

Tanah Positif Antraks

Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mengungkap hasil pengujian sampel tanah yang diambil dari Padukuhan Kalinongko Kidul, Kalurahan Gayamharjo, Prambanan. Hasilnya, sampel tanah itu dipastikan positif antraks.

Hal itu diketahui dari hasil uji yang dilakukan Tim Balai Besar Veteriner Wates. Pada 8 Maret 2024 tim mengambil sampel tanah di Kalinongko Kidul pada lokasi penyembelihan dan pengulitan ternak yang disembelih.

"Uji lab tanahnya memang kemudian positif, nah kita di beberapa tempat kemudian kita uji coba nanti hasilnya seperti apa," kata Kepala DP3 Sleman, Suparmono kepada wartawan, Jumat (15/3/2024).

Suparmono menjelaskan, dari hasil investigasi diperoleh beberapa informasi bahwa sejak 14 Januari 2024 sampai 2 Maret 2024 terdapat 8 ekor kambing dan 1 ekor sapi yang mati.

"Ada yang mati dikubur, mati dibuang ke sungai, dan sakit disembelih. Semua kejadian pada tanggal tersebut tidak dilaporkan kepada petugas Pusat Kesehatan Hewan Prambanan maupun petugas lain di Prambanan," jelasnya.

Lebih lanjut, dinas dan Pusat Kesehatan Hewan Prambanan bersama dengan Tim Gegana Polda DIY telah memusnahkan daging hewan ternak yang disimpan oleh warga.

Penanganan Antraks

Pemerintah di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) bergerak cepat mengatasi antraks yang terdeteksi di Kabupaten Sleman dan Gunungkidul. Apalagi, sudah ada laporan warga yang terindikasi suspek.

Pemkab Gunungkidul melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) menyatakan, mereka bakal memberikan vaksin untuk ratusan ekor sapi dan kambing di padukuhan setempat. Kebijakan tersebut diambil setelah seekor sapi yang mati mendadak di Padukuhan Kayoman terkonfirmasi antraks.

Selain itu, DinkesDIY memaparkan, Pemeriksaan Epidemiologis (PE) telah diberlakukan untuk warga di DusunKayoman, Gedangsari, Gunungkidul, dan Dusun Kalinongko, Gayamharjo, Prambanan, Sleman.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul tidak hanya memperketat lalu lintas ternak namun memonitor perdagangannya. Pemkab menekankan monitoring di wilayah Bantul Timur.

Wakil Bupati Bantul, Joko B. Purnomo mengatakan, bahwa pihaknya telah melakukan pendataan terhadap kelompok-kelompok ternak di Kabupaten Bantul, khususnya ternak sapi dan kambing. Semua itu, untuk memastikan kondisi peternakan di Bumi Projotamansari dalam kondisi yang sehat.

"Kedua, kita menggandeng Dinkes (Dinas Kesehatan) dan DKUKMPP (Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan) untuk monitoring perputaran perdagangan ternak di kabupaten Bantul, terutama hewan ternak yang bisa langsung dikonsumsi artinya bisa sembelih," katanya saat dihubungi wartawan, Sabtu (16/3/2024).

Untuk monitoring perputaran perdagangan ternak, Pemkab mengaku tengah menyoroti wilayah Bantul Timur. Pasalnya, wilayah tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul.




(cln/cln)

Hide Ads