Rombongan peserta kamping SD IT Alam Nurul Islam, Gamping, Sleman, berhasil dievakuasi dengan selamat dari area perkemahan milik Cafe Ono Kaline, Semaken, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo. Begini kesaksian peserta kamping nahas tersebut.
Yuyun Wahyuni, salah satu wali murid yang ikut dalam kamping ini mengatakan semula kegiatan yang dilangsungkan sejak Jumat (8/3) sore dan dijadwalkan selesai pada Sabtu (9/3) pagi itu berjalan lancar. Saat itu, para siswa didampingi wali murid dan guru bersuka cita mengikuti acara yang memang rutin digelar setiap tahun.
Namun, suasana hangat langsung berubah mencekam usai jembatan bambu yang membentang di atas Sungai Tinalah dan menjadi akses utama dari lokasi kemah menuju pintu keluar tiba-tiba terputus. Jembatan ini diketahui ambruk pada sekitar pukul 17.00 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi pas acara kamping sekolah, jembatannya putus. Jadi banyak yang terpisah antara orang tua dan murid karena beberapa masih ada di seberang, sehingga banyak yang panik," ucapnya saat ditemui di lokasi, Jumat (8/3) malam.
Yuyun mengatakan kepanikan makin menjadi setelah muncul kabar jika debit air dari Sungai Tinalah semakin banyak. Ini disebabkan oleh hujan yang mengguyur wilayah Kulon Progo sejak sore hingga malam hari.
"Terus dapat info kalau airnya naik, sehingga tenda di bawah (dekat Sungai Tinalah) dinaikkan ke atas. Itu posisinya sudah makin panik," ucapnya.
Yuyun mengaku saat itu dirinya hanya bisa pasrah dan berdoa agar kondisi lekas membaik. Dia juga berharap segera ada bantuan karena takut hal buruk sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Rasanya tadi sudah pasrah banget dan berharap ada pertolongan," ujarnya.
Setelah kurang lebih lima jam terjebak di sana, Yuyun bersama puluhan peserta kemah SD IT Alam Nurul Islam akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Jumat sekitar pukul 22.00 WIB. Dalam proses evakuasi tersebut, tim SAR Gabungan mengarahkan peserta kamping keluar dari lokasi lewat jalur darat yang terletak di sisi barat area perkemahan.
Jalur darat ini sebenarnya merupakan akses alternatif, tapi jarang digunakan karena medannya yang curam sekaligus licin. Selain itu juga tidak ada penerangan sama sekali.
"Untuk evakuasi dilakukan dengan memindahkan peserta lewat jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 800 meter. Untuk kendalanya mungkin lokasi yang gelap dan licin," ujar Kapolsek Kalibawang, AKP Zainuri saat ditemui di lokasi malam tadi.
Zainuri mengatakan total peserta kamping yang terdata sejumlah 84 orang. Terdiri dari siswa, wali murid dan guru SD IT Alam Nurul Islam, Gamping. Mereka datang ke lokasi ini untuk mengikuti acara family gathering.
"Jadi tadi sore dari SD IT ada sekitar 84 siswa, orang tua dan guru mengadakan family gathering di lokasi ini," ucapnya.
Namun acara itu berbuah petaka karena jembatan penghubung dari lokasi kemah dengan jalan keluar terputus. Ambruknya jembatan diduga karena diterjang derasnya arus Sungai Tinalah yang meluap imbas hujan deras.
"Kemudian jam 17.00 WIB terjadi hujan deras. Akibatnya air sungai meluap, kemudian jembatan yang jadi akses utama putus," ucap Zainuri.
Diberitakan sebelumnya rombongan peserta kemah dari salah satu SD terjebak di area perkemahan di Kulon Progo. Peristiwa ini terjadi akibat jembatan bambu yang menjadi penghubung dari lokasi kemah ke jalan keluar utama terputus.
Insiden ini menimpa peserta kemah yang terdiri dari siswa, wali murid dan guru SD IT Alam Nurul Islam, Gamping, Sleman. Lokasi kejadian berada di Cafe dan Bumi Perkemahan milik Ono Kaline, yang terletak di Semaken, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo.
"Untuk peristiwanya tadi dilaporkan pada sekitar pukul 19.00 WIB. Jembatan bambu yang tadinya menghubungkan tempat kamping ke jalan keluar tiba-tiba terputus," ujar relawan Kulon Progo, Suharyanto, saat ditemui di lokasi Jumat (8/3).
Jembatan yang terputus ini membentang di atas Sungai Tinalah. Jembatan ini menjadi akses utama bagi wisatawan yang ingin menuju lokasi kamping yang disediakan oleh pihak pengelola yakni Cafe dan Bumi Perkemahan Ono Kaline.
"Iya ini akses utama. Sebenarnya ada jalur lain juga tapi jarang dilewati karena kondisi geografisnya berupa lereng yang curam," terang Suharyanto.
Pengelola Cafe dan Bumi Perkemahan Ono Kaline, Doni menyebut jembatan itu roboh ketika dilintasi para peserta.
"Iya (roboh saat dilewati peserta kemah), makanya tadi yang melintas akhirnya dinaikan. Sekitar lima atau empat orang tadi," ujarnya.
Doni baru mengetahui jembatan itu ambruk setelah mendengar adanya suara nyaring. Ketika dicek, dia mendapati jembatan bambu yang jadi akses penghubung dari lokasi cafe ke lokasi kamping sudah dalam kondisi terputus.
"Tadi itu denger suara 'mak brak' gitu, terus saya cek ternyata (jembatan) sudah putus. Yaudah terus (peserta) dari jembatan dinaikin ke daratan gitu aja. Jadi aman mggak ada korban jiwa," ucapnya.
Doni menduga ambruknya jembatan akibat terlalu banyak orang yang melintas. Di waktu yang sama, volume Sungai Tinalah sedang meningkat imbas hujan yang mengguyur wilayah tersebut sore tadi.
"Ya mungkin muatannya terlalu banyak," ucapnya.
Terkait usia jembatan, Doni mengaku lupa. Seingatnya jembatan sudah ada sejak setahun belakangan. "Agak lupa mas, kayanya setahun terakhir ini," ujarnya.
(ahr/ahr)
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa