Jembatan penghubung Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo ke Dusun Mandilis, Desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo, Jember, yang putus akibat banjir belum diperbaiki. Hal ini mengganggu aktivitas warga, terutama siswa yang hendak berangkat dan pulang sekolah. Mereka terpaksa menyeberangi sungai naik perahu dan rakit.
"Jembatan itu putus akibat banjir bandang yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2024 lalu. Sebenarnya sudah 4 kali dibangun secara swadaya oleh masyarakat sebelum pada akhirnya jembatan itu putus dan terhanyut," kata AKP Heri Supadmo Kapolsek Tempurejo, Rabu (15/01/2025).
Lebih lanjut, kata Heri, dampak dari tidak adanya jembatan tersebut, aktivitas masyarakat sangat terganggu. Terutama para pelajar yang harus belajar ke sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampaknya, aktivitas warga sangat terganggu. Khususnya anak-anak sekolah, jadi supaya tidak telat berangkat sekolah kami seberangkan duluan," ujarnya.
Menurut Heri, pelajar yang setiap harinya harus diseberangkan dari Desa Sanenrejo ke Desa Mulyorejo sekitar 30 pelajar. Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Mulai dari masih PAUD, SD dan SMP dari Desa Sanenrejo, kurang lebih berjumlah 30 anak," ucapnya.
Heri menambahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember. Anggota DPRD ternyata bersedia untuk menyiapkan perahu karet untuk membantu warga dan pelajar melintasi sungai tersebut.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan anggota dewan. Ternyata mereka bersedia menyiapkan perahu karet sebagai sarana untuk melintasi sungai tersebut," terangnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Fraksi Nasdem, David Handoko Seto yang juga merupakan Ketua Baret Rescue menyatakan, pihaknya mengirimkan bantuan perahu karet setelah melihat video penyeberangan menggunakan perahu seadanya.
"Kami terinspirasi dari Polsek Tempurejo. Kami kemudian mengirimkan perahu karet setelah melihat video penyeberangan menggunakan perahu seadanya," jelasnya.
David menegaskan, perahu karet tersebut akan tetap menjadi sarana masyarakat hingga perahu tersebut sudah tidak dibutuhkan.
"Perahu karet itu akan tetap disana sampai masyarakat bisa mandiri dan perahu karet tersebut sudah tidak dibutuhkan. Jika masih dibutuhkan perahu itu kami tinggalkan di sana," tegasnya
(hil/iwd)