Sanggahan Pemeran Film Dirty Vote Dituding Bentuk Propaganda-Berpihak

Sanggahan Pemeran Film Dirty Vote Dituding Bentuk Propaganda-Berpihak

Tim detikJogja - detikJogja
Rabu, 14 Feb 2024 06:00 WIB
Film Dirty Vote.
Foto: Film Dirty Vote. (Istimewa)
Jogja -

Film dokumenter Dirty Vote, yang rilis pada 11 Februari 2024, menjadi perbincangan publik Indonesia. Sebabnya, dalam film ini diulas berbagai instrumen kekuasaan yang telah digunakan untuk memenangkan pemilu dan merusak demokrasi.

Film ini kemudian mendapatkan berbagai tanggapan. Salah satunya adalah tudingan film itu merupakan bentuk propaganda.

Salah satu pemeran Dirty Vote, Zainal Arifin Mochtar pun memberikan tanggapan. Ketua Departemen Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menegaskan jika kemunculan dokumenter tersebut bukan merupakan propaganda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini bukan propaganda, nggak ada kaitan mau milih siapa. Tapi saya kira teman-teman bisa melihat isu terkini berkaitan dengan soal hukum tata negara," kata pria yang akrab disapa Uceng itu, Selasa (13/2/2024).

Banyak Angkat Isu Tata Negara

Uceng menuturkan, film yang menampilkan dirinya, Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas Feri Amsari, dan pengajar Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera itu banyak menampilkan isu-isu ketatanegaraan. Karena itu, kaca mata yang dipakai harusnya seseorang yang mau belajar tata negara.

ADVERTISEMENT

"Pakailah baju ketika melihat film ini adalah sebagai seorang pembelajar, orang yang sedang mau belajar tata negara. Karena sebenarnya tadi banyak sekali isu tata negara yang berseliweran," ujar dia.

"Mulai dari soal sistem presidensiil, sistem pengawasan, keuangan negara, kelembagaan negara, bahkan ada soal mahkamah konstitusi, hukum acara Mahkamah Konstitusi," imbuhnya.

Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fisipol UGM Zainal Arifin Mochtar menjelaskan detail film Dirty Vote saat Diskusi Film Kecurangan Pemilu di Kampus Fisipol UGM Yogyakarta, Selasa (13/2/2024).Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fisipol UGM Zainal Arifin Mochtar menjelaskan detail film Dirty Vote saat Diskusi Film Kecurangan Pemilu di Kampus Fisipol UGM Yogyakarta, Selasa (13/2/2024). Foto: Agus Septiawan/detikJogja

Proses Produksi Bak 'Bandung Bondowoso'

Uceng kemudian mengungkapkan proses produksi Dirty Vote tergolong singkat. Bahkan, dia mengibaratkannya laksana kisah 'Bandung Bondowoso'.

"'Bandung Bondowoso' memang, dihubunginnya untuk bangun seribu candi dalam satu malam. Saya kasih cerita saja praktis dua hari dibahas substansi, satu hari latihan karena kami bukan aktor dan aktris jadi latihan ngomong di depan kamera. Terus satu hari langsung seharian itu syutingnya dari pagi sampai malam," ungkapnya.

Tepis Isu Berpihak ke Paslon Lain

Uceng kemudian menanggapi tudingan bahwa dokumenter tersebut cenderung menyudutkan pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan berpihak ke paslon baik 01 maupun 03. Dia dengan tegas mengatakan bahwa tayangan itu hadir berdasarkan realitas.

Konsep utama adalah menyibak dugaan kecurangan Pemilu yang masif dan terstruktur. Khususnya Presiden Joko Widodo yang memanfaatkan jabatan, kebijakan dan fasilitas negara.

"Kebetulan yang kami tembak ini yang dekat ke salah satu paslon. Kami tembak Presidennya, Presiden persis berdiri di salah satu paslon. Makanya di situ kenanya banyak, tapi apakah 03 tidak? Bisa dilihat 03 kita kasih 01 kita kasih, sepanjang data kita dapatkan," jelasnya dalam Diskusi Film Kecurangan Pemilu Dirty Vote di Kampus Fisipol UGM.

Uceng membantah bahwa film Dirty Vote tendensius. Menurutnya, saat ini secara tegas dan jelas Presiden Joko Widodo berdiri di paslon capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Kondisi inilah yang membuat seakan film berat ke salah satu sisi.

"Dibilang tidak berimbang karena Pak Jokowinya di situ. Kalau Pak Jokowi istiqomah di 03, kritik itu akan lain. Ini kan karena tiba-tiba Pak Jokowi belok tanpa sein," katanya.

Alasan Rilis di Masa Tenang

Feri Amsari lantas menerangkan kenapa Dirty Vote tayang pada Minggu (11/2/2024), yang notabene merupakan masa tenang. Dia menyebut kesibukan dua pemeran lain menjadi salah satu faktor.

"Saya mau sampaikan yang jujur faktanya saja bahwa tidak ada alasan tertentu itu, tidak karena Bang Uceng (Zainal Arifin Mochtar), Mbak Bibip (Bivitri Susanti), sibuk lalu sempatnya minggu-minggu tenang karena tidak ada undangan ke TV, tidak gitu ya. Tidak juga karena seminar, tidak, faktornya ya mepet," kata Feri.

Feri menjelaskan, sutradara Dandhy Laksono mengontak setelah membaca hasil penelitian ketiganya pada akhir Januari. Mereka kemudian sepakat bertemu di awal Februari.

Dia melanjutkan, sebenarnya film tersebut diharapkan rilis pada 10 Februari 2024. Namun harus tertunda sehingga baru dirilis sehari setelahnya.

"Nah tidak ada alasan dan memang selesainya itu dekat, harapannya sih tanggal 10 (Februari), waktu itu saya ingat tetapi mundur karena berbagai perdebatan," cetusnya.

"Film ini diperdebatkan dengan berbagai hal, kami aja bertiga kalau ketemu berdebat apalagi bahas film ini. Jadi ada perdebatan berdebat di antara itu. Jadi panjang akhirnya molor satu hari," pungkasnya.




(apu/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads