Fenomena Kabut Tebal Selimuti Pantai di Gunungkidul yang Bikin Heboh

Fenomena Kabut Tebal Selimuti Pantai di Gunungkidul yang Bikin Heboh

Muhammad Iqbal Al - detikJogja
Senin, 23 Okt 2023 06:05 WIB
Suasana Pantai Dadap Ayam Gunungkidul saat diselimuti kabut tebal, Minggu (22/10/2023)
Pantai Dadap Ayam Gunungkidul saat diselimuti kabut tebal, Minggu (22/10/2023) Foto: dok. pengunjung Pantai Dadap/Salsabila
Gunungkidul -

Fenomena kabut tebal yang menyelimuti pantai selatan Gunungkidul menjadi atensi di media sosial. Fenomena kabut ini terjadi di beberapa pantai di wilayah Gunungkidul.

Akun @merapi_uncover turut mengunggah fenomena itu. Fenomena tersebut dilaporkan terjadi di Pantai Slili Gunungkidul. Ternyata, kabut tebal juga menyelimuti Pantai Dadap Ayam juga.

Hal itu disampaikan seorang warga Kapanewon Wonosari, Salsabila. Dia menyaksikan langsung fenomena itu saat dirinya berkunjung ke Pantai Dadap Ayam di Kalurahan Kanirogo pada pukul 08.00 WIB kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tadi dari rumah berangkat jam 07.30 WIB dan sampai di Pantai Dadap Ayam jam 08.00 WIB. Sepanjang jalan memang mendung dan saat sampai ternyata kabut semua air laut juga surut," cerita Salsabila kepada detikJogja, Minggu (22/10/2023).

Salsabila menuturkan, di pantai tersebut hanya terdapat warga sekitar yang mencari rumput laut. Selain itu, tidak ada warung sekitar yang buka. Kabut itu pun dilaporkan masih menyelimuti pantai meski matahari mulai meninggi.

ADVERTISEMENT

"Sudah pulang jam 09.30 WIB. (Kabut) Masih kak, tapi matahari sudah terlihat," jelasnya.

Petugas TRC Tanjungsari, Rudhy, mengamini fenomena tersebut. Rudhy mengatakan, fenomena tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir selatan Gunungkidul.

"Dari siang tadi kabut lumayan tebal hampir semua wilayah pantai selatan diselimuti kabut mas," kata Rudhy.

Penjelasan BMKG soal Fenomena Kabut

Sementara itu, Analisis Cuaca Stasiun Meteorologi Yogyakarta, M.Nurhadi, menerangkan kabut tebal itu disebabkan oleh udara yang relatif hangat juga lembap yang mengalir di atas permukaan yang lebih dingin.

"Sehingga memicu terjadinya kondensasi dan terbentuknya kabut, di mana fenomena ini kerap terjadi di sepanjang pantai atau di atas lautan," ujar Nurhadi kepada detikJogja, Minggu (22/10).

Fenomena kabut telah itu diduga terjadi akibat matahari memanaskan permukaan air di wilayah perairan dengan cukup intens. Akibatnya, air menguap cukup optimal dan menghasilkan massa udara lembap di atas permukaan air.

"Massa udara lembap di atas permukaan air ini kemudian terbawa oleh angin sehingga bergerak ke wilayah lain yang sifat suhunya lebih dingin, sehingga terjadi interaksi antara massa udara lembap atau basah dan hangat dengan massa udara yang lebih dingin suhunya di wilayah tertentu," jelasnya.

Selengkapnya di halaman berikut.

Nurhadi mengungkapkan, dua massa udara yang berinteraksi itu dapat menyebabkan proses kondensasi. Selanjutnya, massa dingin saat bertemu dengan yang lembap cenderung akan naik dan mengalami pendinginan.

Akibatnya, lanjut Nurhadi, terjadi proses kondensasi itu dan terbentuklah fenomena kabut di permukaan. Penyebab lain terbentuknya kabut tersebut juga bisa berkaitan dengan stabilitas atmosfer.

Nurhadi menjelaskan, jika terjadi peningkatan suhu terhadap ketinggian di atas permukaan air, maka hal ini dapat membatasi pergerakan udara secara vertikal ke atas di lapisan atmosfer rendah dan memungkinkan kabut untuk terakumulasi secara meluas.

"Penting untuk diingat bahwa kabut yang terbentuk di wilayah perairan pada siang hari seringkali bersifat sementara dan dapat hilang/buyar dengan cepat setelah matahari semakin tinggi dan memanaskan udara di atas permukaan air. Kabut ini juga dapat membawa pengaruh terbatas terhadap navigasi dan aktivitas di perairan," urainya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Viral Lurah di Gunungkidul Disiram, Disebut Karena Masalah Utang"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

Hide Ads