Kemarau panjang berakibat kekeringan di sebagian wilayah Kabupaten Sleman. Tak terkecuali Padukuhan Sejati Desa, Kalurahan Sumberarum, Kapanewon Moyudan, Sleman.
Meski kekeringan, warga Padukuhan Sejati ini mandiri. Mereka emoh mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah dan memilih mengandalkan sumur resapan untuk menampung air dari Kali Progo.
Ketua Pengurus PAM Dusun Sejati Desa, Bandrio, mengatakan air diambil dari Kali Progo yang berjarak sekitar 100 meter dari sumur resapan. Air tidak langsung masuk ke sumur tapi dialirkan di tanah sekitar sumur selama beberapa jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bandrio bilang cara ini sudah dilakukan sejak zaman dulu. Namun, dulu warga memanfaatkan air di saluran Van der Wijck. Baru belakangan ini mereka mengambil air dari Kali Progo yang berjarak sekitar 100 meter dari sumur.
"Tradisi nenek moyang itu kalau kemarau suka lep (mengairi) sumur dari air irigasi di Van der Wijck, karena sekarang Van der Wijck nggak cukup kebetulan punya sarana diesel yang ada pompa akhirnya kita pakai buat nge-lep sumur itu," kata Bandrio saat ditemui detikJogja, Selasa (3/10/2023).
Dijelaskannya, air tidak langsung dimasukkan ke sumur. Prinsipnya yakni mengandalkan tanah sebagai media untuk menyerap dan menyaring air, sehingga nanti air di dalam sumur resapan bisa aman dikonsumsi.
"Jadi kita ambil (ambil) dari aliran Kali Progo kita alirkan ke sekitar sumur karena kebetulan tanahnya pasir jadi mudah meresapnya. Sebagai penyaring (air) lah," bebernya.
![]() |
Kegiatan nge-lep sumur ini dilakukan dengan durasi sekitar 5 jam hingga 7 jam. Bahkan menurut Bandrio ada yang sampai 8 jam. Jadwal untuk mengairi sumur dilakukan dua hari sekali. Total ada 130-an kepala keluarga di Padukuhan Sejati Desa yang menggantungkan air dari sumur tersebut.
"Minim 5 jam itu kepakai untuk 2 hari, itu untuk 135 KK di satu padukuhan," ujarnya.
Sejauh ini, kebutuhan air warga yang mencapai 21 meter kubik per hari bisa tercukupi dengan keberadaan sumur tersebut. Selama pompa tak mengalami masalah, dropping air masih belum dibutuhkan warga.
"Kalau musim hujan permukaan Kali Progo tinggi jadi membantu, kalau ini kan karena memang posisi sumur lebih tinggi dari permukaan air Progo. Tapi ini beruntung saluran Van der Wijck ditutup jadi air di Progo agak banyak," bebernya.
Kendati demikian, dia mengatakan sejak beberapa tahun terakhir, kemarau tahun ini merupakan yang terparah. Sebab, sudah sangat lama sekali tidak ada kegiatan nge-lep sumur. Tapi tahun ini mau tak mau warga harus melakukan.
Dulu saat kekeringan, masyarakat membuat belik di Kali Progo untuk diambil airnya dan dimasukkan dalam tempayan di dalam rumah. Bedanya kalau saat ini masyarakat menyedot air dengan pompa lalu dialirkan ke sekitar sumur resapan. Dari situ lalu dialirkan lagi ke rumah-rumah warga.
"Baru kali ini (nge-lep) tahun kemarau kemarin belum. Jadi dulu cukup, baru tahun ini nggak cukup," sambungnya.
Dia bilang untuk saat ini debit air di sumur mulai menurun drastis sejak dua bulan terakhir. Selama itu lah warga melakukan kegiatan nge-lep sumur. Selama semua alat dan debit air di Kali Progo cukup, Bandrio memastikan kebutuhan air bersih warga akan tercukupi.
"Rencana (nge-lep sumur) sampai musim hujan ya baru berhenti," pungkasnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi