BPBD Sleman Ungkap Alasan Warga Padukuhan Sejati Tolak Bantuan Air

BPBD Sleman Ungkap Alasan Warga Padukuhan Sejati Tolak Bantuan Air

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Senin, 02 Okt 2023 17:51 WIB
Ilustrasi aliran air.
Ilustrasi aliran air. Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Sleman -

Kemarau panjang berakibat kekeringan di sebagian wilayah Kabupaten Sleman. BPBD Sleman mencatat, hingga September 2023 ada ratusan keluarga yang kesulitan mendapatkan air bersih.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengatakan wilayah yang kekurangan air yakni di Padukuhan Kaliurang Timur, Kapanewon Pakem, dan di Padukuhan Sejati, Kapanewon Moyudan.

"Kaliurang Timur ada 70 KK (kepala keluarga), Padukuhan Sejati ada 132 KK yang terdampak kekurangan air bersih," kata Bambang Senin (2/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bambang menjelaskan, untuk warga Kaliurang Timur, BPBD Sleman melakukan dropping air sebanyak 3 tangki dengan kapasitas 6.000 liter per hari.

"Kaliurang Timur mengalami kekeringan sejak awal September karena mata air Kletak yang biasanya (dimanfaatkan warga) berkurang debitnya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Untuk Padukuhan Sejati, Bambang mengatakan warga di sana menolak diberikan dropping air. Menurut Bambang, warga Padukuhan Sejati punya cara sendiri untuk mendapatkan air.

"Mereka (warga Padukuhan Sejati) nggak mau di-dropping. Mereka punya tradisi mengangkat air dari Kali Progo terus dialirkan di sekitar sumur resapan," terangnya.

Dikatakan Bambang, warga menyedot air dari Kali Progo dengan mesin diesel. Lalu airnya dialirkan ke samping sumur resapan. Setelah 7 jam dialirkan ke sekitar sumur resapan, baru air dialirkan ke rumah warga.

"Nyedot air Kali Progo, air dialirkan di sekitar sumur resapan selama 7 jam biar nanti difilterisasi tanah. Setelah 7 jam baru dibuka untuk dialirkan ke warga," ucapnya.

Lebih lanjut, Bambang memastikan anggaran untuk penanganan kekeringan masih tersedia. Dia menyebut pihak swasta juga turut andil mengatasi masalah kekeringan di Sleman.

"Kita punya siaga darurat kekeringan, sampai kapan kita berupaya untuk cukup anggaran. Cukup untuk dropping air, semoga cukup. Kita juga sudah koordinasi dengan instansi lain yang sering kerja sama," ujarnya.

Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jogja, Reni Kraningtyas mengatakan dari hasil pemantauan curah hujan hingga 30 September 2023, telah terjadi potensi kekeringan meteorologis.

"Berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga tanggal 30 September 2023 dan prakiraan peluang curah hujan 2 dasarian ke depan, maka terdapat potensi kekeringan meteorologis," kata Reni.

Reni menjabarkan, 4 Kabupaten di Jogja kini berstatus Awas Kekeringan. Kategorinya yakni telah mengalami 61 hari tanpa hujan dan prakiraan curah hujan rendah kurang 20 mm/dasarian dengan peluang terjadi di atas 70 persen. Berikut daftarnya.

Status Awas Kekeringan di 4 Kabupaten DIY

Kabupaten Bantul:

  • Banguntapan
  • Bantul
  • Dlingo
  • Imogiri
  • Kasihan
  • Pundong
  • Sedayu
  • Sewon

Kabupaten Gunungkidul:

  • Gedangsari
  • Girisubo
  • Karangmojo
  • Ngawen
  • Playen
  • Ponjong
  • Tepus
  • Wonosari

Kabupaten Kulon Progo:

  • Girimulyo

Kabupaten Sleman:

  • Berbah
  • Cangkringan
  • Depok
  • Gamping
  • Kalasan
  • Ngemplak
  • Pakem
  • Sleman
  • Turi



(dil/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads