Kepulan debu efek rusaknya jalan Banyumeneng Kidul-Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo, mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Negeri 2 Wonorejo. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat menginstruksikan perusahaan tambang yang biasa melewati jalan tersebut untuk melakukan penyiraman jalan sebagai solusi jangka pendek.
Keputusan ini muncul dalam audiensi tertutup yang digelar DLH Kulon Progo di ruang rapat Staf Ahli Bupati Kompleks Pemkab Kulon Progo, Kamis (14/9/2023). Adapun peserta audiensi meliputi perwakilan SDN 2 Wonorejo, Lurah Banyuroto, Panewu Nanggulan, PT Rahadi Suar Sinergi selaku perusahaan tambang yang beroperasi di Banyuroto, serta perwakilan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo.
"Kami sudah koordinasi dengan para pihak yang memakai jalan depan SD tersebut, tentu dalam jangka pendek debu harus diatasi. Nah untuk mengatasi tersebut kami mengharapkan para pihak yang memakai jalan tersebut yaitu dari perusahaan crasher, atau proyek yang ada di Banyuroto dan lewat jalan itu untuk bergotong royong menyimpan jalan sampai musim hujan tiba," ujar Kepala DLH Kulon Progo, Sumarsana, saat ditemui usai audiensi, siang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumarsana mengatakan tanggung jawab menyiram jalan ini juga berlaku bagi pelaksana TPA Banyuroto. Mengingat jalur pengiriman sampah menuju TPA melintasi jalan Banyumeneng Kidul-Banyuroto.
"Jadi semua pihak terkait juga ikut," ucapnya.
![]() |
Sumarsana menjelaskan langkah ini ditempuh sebagai solusi jangka pendek agar KBM di SDN 2 Wonorejo, Kelompok Bermain Citra Bangsa, serta aktivitas warga di sekitar jalan tidak terganggu paparan debu.
"Yang pasti untuk jangka pendek anak-anak PAUD dan SD selamatkan dulu dari efek debu," kata dia.
"Untuk jangka panjang ini jadi kewenangan DPUPKP untuk memikirkan jalannya. Nanti solusinya ke sana (perbaikan jalan) dan ini jadi proses perencanaan ke depan," imbuhnya.
Ditemui di lokasi yang sama, guru SDN 2 Wonorejo, Bardal Dersonolo menyebut bahwa audiensi ini belum menemui kesepakatan soal kapan jalan Banyumeneng Kidul-Banyuroto diperbaiki. Menurutnya, pemerintah minta agar perbaikan dilakukan oleh perusahaan tambang, tapi perusahaan tambang tidak bisa menyanggupinya.
"Yang dari tambang keberatan karena biaya perbaikan besar. Karena untuk perbaikan pakai aspal kisaran Rp 400 juta, sedangkan jika pakai beton bisa miliaran," ujarnya.
"Kalau untuk perbaikan oleh pemerintah katanya akan diajukan tahun 2024 atau 2025," imbuhnya.
Karena itu pihaknya diminta agar melakukan audiensi lanjutan dengan Bupati Kulon Progo untuk memastikan kapan perbaikan bisa dilakukan.
"Kesimpulannya adalah dari semua pihak belum ada titik terang. Hanya justru dari sekolah harus audiensi ke Bupati untuk segera menindaklanjuti diadakan perbaikan jalan itu," ucapnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sementara itu tokoh masyarakat Banyuroto, Bambang berharap agar audiensi ini bisa benar-benar menghasilkan efek nyata bagi warga terdampak jalan rusak di Banyuroto. Diharapkan perbaikan jalan dapat dilakukan sesegera mungkin karena imbas kerusakan telah mengganggu aktivitas warga.
"Harapan saya dan warga masyarakat dengan adanya audiensi ini bisa ada kegiatan nyata menyusul dampak TPA Banyuroto infrastruktur di wilayah Banyuroto harus betul-betul dikerjakan. Jalan rusak ini betul-betul mengganggu aktivitas masyarakat, apalagi ini jadi akses perekonomian dan pendidikan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Kalurahan Banyuroto mengeluhkan kondisi ruas jalan Banyumeneng Kidul-Banyuroto yang rusak menahun tapi tak kunjung diperbaiki. Kerusakan jalan menimbulkan debu pemicu infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan kerap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Protes dilakukan dengan cara memasang spanduk di sekitar jalan yang rusak pada Senin (4/9). Ada empat spanduk besar berisi unek-unek dan permintaan warga agar jalan tersebut segera diperbaiki.
Salah satu warga, Ngadiman (60) mengatakan protes lewat spanduk merupakan buntut dari kekesalan warga atas kerusakan jalan Banyumeneng Kidul-Banyuroto yang telah berlangsung sekitar lima tahun terakhir. Selama itu pula, belum pernah ada perbaikan dari pemerintah setempat.
"Ya sudah sekitar empat sampai lima tahun yang lalu, tapi belum pernah diperbaiki," ujar Ngadiman ditemui usai pemasangan spanduk.
Ngadiman mengungkapkan kerusakan jalan telah berdampak negatif bagi masyarakat sekitar. Salah satunya soal kemunculan debu hingga mengganggu pernapasan, di mana pihak paling terdampak adalah siswa dan guru di Kelompok Bermain Citra Bangsa dan SD Negeri 2 Wonorejo yang terletak tepat di pinggir jalan tersebut.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu