Fakta-fakta Antraks di Gunungkidul Buntut Makan Sapi yang Sudah Dikubur

Round-Up

Fakta-fakta Antraks di Gunungkidul Buntut Makan Sapi yang Sudah Dikubur

Tim detikJogja - detikJogja
Selasa, 25 Jul 2023 13:20 WIB
Petugas saat mengambil sampel tanah di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023).
Petugas saat mengambil sampel tanah di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Bakteri Antraks Bertahan Puluhan Tahun

Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul Retno Widyastuti menyebut bakteri antraks bisa menjadi spora yang bertahan puluhan tahun di tanah. Penanganannya pun harus khusus dan dengan formalin.

"Spora itu yang tahan puluhan tahun, 40-80 tahun di tanah makanya 1 meter persegi tanah yang terkontaminasi spora direndam dengan 50 liter formalin 10 persen," imbuh Retno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sultan Minta Pengawasan Ternak Diperketat

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X angkat bicara soal merebaknya kasus antraks di Gunungkidul. Sultan meminta petugas pengawas memeriksa ketat ternak-ternak yang masuk ke Jogja.

"Pengawas lalu lintas untuk hewan antar wilayah itu kan ada posnya, sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti," kata Sultan di kantornya, Rabu (5/7).

"Kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau tenaganya cukup ya bagaimana cara mengawasi. Ya tidak sekedar mengawasi tapi ya memeriksa betul sapi yang lewat," sambung Sultan.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Sultan khawatir kondisi ekonomi memaksa warga nekat mengkonsumsi sapi yang mati karena antraks.

"Saya khawatirnya itu tahu kalau sapi itu kena antrax, daripada mati rugi lebih baik dijual, biarpun harganya lebih murah," jelas Sultan.

"Nah kalau gitu ya mesti lebih ketat. Jangan menganggap semuanya yang lewat mesti sehat," lanjutnya.

Gunungkidul 'Langganan' Antraks 5 Tahun Terakhir

Dilansir detikHealth, kasus antraks di Gunungkidul sudah lima tahun dilaporkan ke Kementerian Kesehatan.

"Ini tren kasus antraks di Yogyakarta, jadi kita ada data lima tahun terakhir. Jadi hampir setiap tahun itu ada, meskipun ini belum ada kematian," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam konferensi pers virtual.

Ia menambahkan kasus antraks tertinggi di Jogja terjadi pada 2019 dengan total 31 kasus, disusul tahun 2022 dengan 23 kasus. Namun dari 2019 hingga 2022, belum ada kasus kematian.

Adapun wilayah yang terkena wabah antraks di Jogja antara lain Dukuh Grogol Desa Bejiharjo Kepanewon Kecamatan Karangmojo, Kepanewon Ponjong, Gedangsari, dan Semanu.


(ams/sip)

Hide Ads