Detik-detik Tradisi Penghormatan Suporter ke Arema Berakhir 131 Jiwa Melayang

Detik-detik Tradisi Penghormatan Suporter ke Arema Berakhir 131 Jiwa Melayang

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Jumat, 07 Okt 2022 09:00 WIB
Sabtu (1/10) malam terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan. Hingga saat ini, korban tewas akibat tragedi tersebut mencapai 174 orang berdasarkan data yang disampaikan Wagub Jatim, Emil Dardak.
Tragedi Kanjuruhan (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 menjadi duka besar bagi dunia sepakbola Indonesia. Ratusan korban jiwa yang berjatuhan usai laga Arema FC melawan Persebaya itu menjadi sorotan dunia.

Peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang itu bermula atas kekalahan Singo Edan saat menjamu Bajul Ijo dengan skor 2-3. Kekalahan Arema FC dalam laga derbi Jatim membuat Aremania yang datang kecewa.

Usai pertandingan, Manajemen Arema FC bersama para pemain menjalankan tradisi mereka dengan memberikan penghormatan. Dari lapangan, manajemen hingga pelatih meminta maaf pada suporter, kesedihan tampak dari raut mereka. Hal ini dilakukan sekitar pukul 22.04 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu Aremania, Dirham (17) mengaku melihat ada dua suporter yang pertama kali turun ke lapangan saat pemain Arema FC memberikan penghormatan. Saat itu, posisi Dirham berada di Tribun 13. Ia menyebut, suporter hanya memeluk dan memberikan motivasi kepada para punggawa Singo Edan.

"Saat itu saya pikir nggak rusuh, suporter ini ingin memeluk pemain saja. Mungkin aparatnya yang salah sangka," ujarnya, Jumat (7/10/2022).

ADVERTISEMENT

Lalu sekitar pukul 22.05 WIB, pemain dan manajemen Arema FC berjalan masuk ke arah lorong ganti pemain. Petugas keamanan baik steward, polisi dan tentara yang berada di area lapangan tampak mengamankan situasi.

Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan: Aturan FIFA dan Penjelasan PolisiGas Air Mata Tragedi Kanjuruhan Foto: AP/Yudha Prabowo

Kemudian, terlihat suporter lain ikut turun dan merangsek masuk ke lapangan. Diduga, para pemain ini terpancing dengan apa yang dilakukan suporter sebelumnya. Petugas keamanan mencoba mengamankan situasi dengan memukul mundur para suporter yang ada di dalam lapangan.

Namun, jumlah suporter yang turun ke lapangan semakin banyak. Petugas keamanan yang berada di area luar stadion langsung masuk untuk mengendalikan suporter yang ada di dalam lapangan.

Saat itu, kondisi tribun masih dipenuhi oleh suporter yang belum keluar. Sekitar pukul 22.07 WIB, petugas keamanan menggiring sedikit demi sedikit suporter yang masuk lapangan untuk kembali ke tribun.

Dua menit setelah itu, gas air mata ditembakkan beberapa kali oleh petugas keamanan. Tembakan tersebut mengarah ke lapangan dan tribun yang saat itu masih dipenuhi penonton.

"Saya tidak mengira kalau mau menembak ke atas (tribun) 11, 12 dan 13. Saya kira mau nembak (gas air mata) ke bawah (sentel ban). Ya akhirnya sama temen-temen berpencar (menyelamatkan diri)," kata Dirham.

Salah satu saksi mata lain di Tagedi Kanjuruhan, Emilia (33) warga Jalan Sumpil, Kecamatan Blimbing, Kota Malang mengaku sempat melihat gas air mata ditembakkan ke tribun 13 yang dia tempati.

Saat itu, Emilia menonton pertandingan bersama suaminya Rudi Harianto (34) dan anaknya yang masih berumur 3,5 tahun. Ia mengaku laga Arema FC melawan Persebaya ini menjadi kali ketiga mereka menonton pertandingan sepakbola secara langsung di stadion.

"Saat itu nggak tau kalau bakal ada sampai ramai-ramai. Terus pas ada tembakan gas air mata, suami saya ngajak keluar dari stadion. Suami gendong anak di belakangnya, baru saya turun tribun menuju pintu keluar," tuturnya.

Cerita menyayat hati soal malam mencekam di stadion. Baca halaman selanjutnya!

Ketika akan keluar, Emilia bersama suami dan anaknya berdesak-desakan dengan penonton lain yang ingin keluar untuk menyelamatkan diri. Dikatakan Emilia, saat itu para penonton dalam keadaan panik.

"Saat itu pintu yang dibuka di tribun 13 cuma cukup buat 1 atau 2 orang. Tapi gara-gara kedorong yang di belakang, saya terpisah sama suami. Saya nggak tau suami saya udah keluar atau keinjak atau seperti apa," terang Emilia.

Setelah terpisah itu, Emilia mengaku ditarik oleh seseorang kembali ke tribun atas. Ternyata orang yang menariknya mengira Emilia adalah adiknya. Saat berada di tribun itu, Emilia lalu bertemu dengan adik iparnya.

"Terus saya minta tolong adik ipar itu mencarikan suami dan anak saya. Saya nunggu sekitar 30 menitan di tribun sama saudara saya perempuan," katanya.

Usai tembakan gas air mata, suasana memang agak mereda. Tetapi pemandangan yang dilihatnya sangat mengenaskan. Karena banyak penonton yang tampak terkapar sekarat di tribun karena menghirup gas air mata.

"Di tribun (atas) suasananya sudah nggak mencekam seperti pertama kali. Gas air mata sudah agak hilang. Saat itu penonton sudah banyak yang sekarat, tergeletak di tribun," kenangnya.

Sekitar pukul 22.45 WIB, terlihat barang-barang seperti kursi dibakar dan sejumlah mobil polisi juga dirusak oleh suporter.

Setelah 30 menit menunggu, Emilia kemudian mendapat kabar anaknya berada di RSUD Kanjuruhan. Ia langsung bersegara ke sana. Namun apa yang dilihatnya membuat hatinya hancur, karena anaknya sudah tak bernyawa di kamar mayat.

Belum selesai melihat itu, sekitar 10 menit selanjutnya, ia kembali mendapat kabar suaminya telah ditemukan. Suaminya ditemukan di Rumah Sakit Wava Husada. Sama, nyawa suaminya juga telah tiada.

Emilia (33) yang kehilangan suami dan anaknya berusia 3,5 tahunEmilia (33) yang kehilangan suami dan anaknya berusia 3,5 tahun Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim

"Selang 30 menit ada kabar dari kakak saya. Setelah kakak saya minta foto dan ditunjukkan ke polisi itu ketemunya di RS Kanjuruhan. Posisi anak saya sudah di kamar mayat. Terus 10 menit lagi dapat kabar suami saya sudah gak ada nyawa di RS Wava Husada," tandas Emilia.

Bersama dengan anak dan suami Emilia, juga terdapat puluhan orang yang meninggal dunia di kawasan Stadion Kanjuruhan. Para jenazah tersebut tampak berjajar di dekat dua pintu masuk tribun VIP dan musala. Tak hanya itu, korban yang mengalami luka, sesak nafas dan pingsan juga mencapai ratusan.

Ambulans-ambulans pun berdatangan untuk mengevakuasi korban yang berada di kawasan stadion. Hal ini memakan waktu yang cukup lama. Mengingat, banyak korban yang berjatuhan.

Diketahui, jumlah korban luka hingga meninggal dunia akibat Tragedi Kanjuruhan mencapai 574 orang. Dari 574 korban tersebut, 420 orang mengalami luka ringan atau sedang dan 23 luka berat. Lalu sebanyak 131 korban meninggal dunia suporter Arema FC atau Aremania.

Dari data tersebut, ada 377 korban luka yang sudah dipulangkan dan masih ada 66 orang yang dirawat. Dinkes Jatim menyebut ada 25 rumah sakit yang merawat pasien korban Tragedi Kanjuruhan. Di RS dr Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang, ada 68 korban yang dirujuk usai tragedi ini.

Dari jumlah itu, 34 korban sudah pulang atau keluar rumah sakit. Lalu masih ada 34 korban yang menjalani perawatan, 7 korban di ruang ICU, 12 korban di ruang High Care dan 15 korban menjalani perawatan di ruang rawat inap.

"Update data korban Kanjuruhan di RSSA Tanggal 6 Oktober 2022 sampai pukul 09.00 WIB pagi, masih ada 34 pasien yang ditangani dari 68 rujukan saat insiden Kanjuruhan. 34 pasien itu di antaranya 7 di ICU, 12 di HCU (High care/sedang), dan 15 di ruang biasa," kata Humas RS dr Syaiful Anwar, Donny Iryan Vebry Prasetyo kepada awak media, Kamis (6/10).

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads