Candi Palah atau Candi Penataran merupakan candi utama untuk ibadah di masa kerajaan Kadiri hingga Majapahit. Ada beberapa legenda terkait keberadaan candi ini, termasuk lele putih penunggu kolam atau patirtan di bagian belakang candi.
Kolam kecil itu merupakan satu bagian di areal candi megah yang berdiri di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Letaknya di bagian belakang selatan dengan dataran lebih rendah daripada dataran candi.
Pijakan berundak batu andesit yang tertata rapi, akan membawa kita menuju sebuah kolam dengan panjang sekitar 2 meter dan lebar 1 meter. Saat detikJatim mendekat dan memasukkan galah bambu panjang hingga menyentuh dasar kolam, kedalaman kolam itu mencapai 175 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airnya sangat jernih. Hingga tampak jelas beberapa ekor ikan berenang dengan tenang. Di sinilah, legenda lele sang penunggu kolam beredar luas dan diyakini tetap ada sampai sekarang.
Namun lele di kolam itu bukanlah ikan lele sembarangan. Jika ikan lele jamak berwarna hitam, sang penunggu kolam di sini adalah lele berwarna putih. Siapapun yang melihat sendiri penampakan lele putih itu dipercaya akan mengalami keberuntungan.
"Beberapa pengunjung masih meyakini legenda itu benar. Jadi banyak di antara mereka sampai menjalani ritual sesaji bahkan tirakat di sini untuk menyaksikan munculnya lele putih ini," kata warga setempat yang rumahnya dekat dengan kolam, Sujarwo, Kamis (23/3/2023).
Menurut cerita pengunjung yang mengaku melihat penampakan lele putih itu, mereka memang mendapatkan keberuntungan. Entah naik pangkat, dapat rejeki besar hingga dagangannya menjadi laris.
"Biasanya mereka yang merasakan dapat keberuntungan itu balik lagi ke sini. Selamatan bawa tumpeng," ungkapnya.
Menurut Jarwo, di dalam kolam ini dulu memang ada lele lokal. Namun punah setelah berulang kali dasaran kolam terisi abu vulkanik erupsi Gunung Kelud. Lalu para pengunjung yang kerap melakukan ritual di kolam, sengaja menebar benih ikan koi agar pemandangan kolam bertambah asri.
"Ikan-ikan di dalam kolam itu dilarang diambil. Ora ilok. Mitosnya bisa menjadi bencana bagi yang mengambilnya. Tapi bagi saya, soal rejeki jodoh dan mati itu sudah diatur Allah. Orang ke sini berikhtiar monggo tapi semua dikembalikan kepada Allah saja," pungkasnya.
Air Kolam Patirtan Candi Penataran Blitar Dipercaya Bertuah dan Berkhasiat
Kolam ikan Candi Penataran (Foto: Erliana Riady)
|
Kolam candi di Kecamatan Nglegok iniberada di bagian paling belakang. Karena di situlah letak kolam yang posisinya berada di bawah sisi kanan areal candi utama.
Pijakan berundak batu andesit yang tertata rapi, akan membawa kita menuju sebuah kolam dengan panjang sekitar 2 meter dan lebar 1 meter. Saat detikcom mendekat memasukkan galah bambu panjang hingga menyentuh dasar kolam, kedalaman kolam itu 175 cm.
Karena airnya sangat jernih, tampak jelas beragam ikan koi beraneka warna dengan riang berenang. Menurut warga setempat yang lahir dan besar di dekat kolam, Sujarwo, dulu kolam ini berisi ikan lele lokal dan Wader.
"Ikan Lele lokal itu mulai punah sekitar tahun 1980-an. Lalu orang-orang yang mensucikan diri di sini mulai membawa benih-benih ikan koi dan berkembang sampai sekarang," kata Sujarwo kepada detikcom saat utu, Senin (31/5/2021).
Karena dipercaya sebagai tempat suci, tak sedikit pengunjung memanfaatkan air kolam untuk membasuh muka agar awet muda. Mereka juga banyak yang membawa pulang untuk dipercikkan ke barang-barang dagangan agar lebih laris. Ada juga yang membawa pulang dan meyakini berkhasiat mengobati beragam penyakit.
Seperti pengunjung asal Gresik, Mujiono yang datang bersama keluarganya. Pria ini sengaja membawa jeriken ukuran sedang untuk diisi air dari kolam Penataran. Pedagang ikan warga asli Blitar ini selalu menyempatkan mampir ke destinasi wisata candi untuk mengambil air di sini.
"Saya asli Blitar. Rasanya kurang sreg kalau balik Gresik ndak bawa air dari sini. Ya biar dagangan saya laris, bisa buat obat kalau capek, pegel-pegel. Dan saya percaya, kalau air di sini bertuah," tuturnya.
Cerita Koin dan Larangan Ambil Ikan di Kolam Patirtan Candi Penataran Blitar
Kolam ikan Candi Penataran (Foto: Erliana Riady)
|
Legenda lele putih menyebut bahwa siapa yang melihat penampakan lele tersebut di kolam akan mendapatkan keberuntungan.
"Beberapa pengunjung masih meyakini legenda itu benar. Jadi banyak di antara mereka sampai menjalani ritual sesaji bahkan tirakat di sini untuk menyaksikan munculnya lele putih ini," kata warga setempat yang rumahnya dekat dengan kolam, Sujarwo, Kamis (23/3/2023).
Menurut cerita pengunjung yang mengaku melihat penampakan lele putih itu, mereka memang mendapatkan keberuntungan. Entah naik pangkat, dapat rejeki besar hingga dagangannya menjadi laris. Karena itu mereka yang mendapatkan keberuntungan biasanya akan kembali lagi ke kolam itu.
"Biasanya mereka yang merasakan dapat keberuntungan itu balik lagi ke sini. Selamatan bawa tumpeng. Nanti melempar uang receh itu katanya sebagai bentuk terima kasih," ungkapnya.
Ada juga yang berulang kali datang dan melempar koin ke dalam kolam. Mereka berharap, koin itu mengenai kepala lele putih sehingga terkabul apa yang mereka inginkan. Karena itu tak heran di dasar kolam banyak bertumpuk uang koin yang merupakan lemparan dari pengunjung yang merasa mendapatkan keberuntungan dari legenda tersebut.
Selain lele, ikan yang ada di kolam itu adalah koi. Karena airnya sangat jernih, tampak jelas beragam ikan koi beraneka warna dengan riang berenang. Menurut warga setempat yang lahir dan besar di dekat kolam, Sujarwo, dulu kolam ini berisi ikan lele lokal dan Wader.
"Ikan Lele lokal itu mulai punah sekitar tahun 1980-an. Lalu orang-orang yang mensucikan diri di sini mulai membawa benih-benih ikan koi dan berkembang sampai sekarang," kata Sujarwo.
Meski ikan yang hidup sekarang bukan habitat asli, namun tak seorangpun berani mengambil apalagi memasaknya. Karena lokasi Patirtan Candi Penataran ini masih dipercaya sebagai tempat suci, untuk mensucikan diri sebelum beribadah di Candi Palah.
"Pernah ada pendekar asli sini yang mencoba mengambil lele, kena musibah juga. Jadi di sini (Kolam Penataran), Kolam Sumber Monte Krisik dan Ngujang itu tidak boleh diambil ikannya, kalau tidak pingin kena bencana," tandas Sujarwo.