Di Dusun Mojo Pereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten terdapat sebuah bangunan kecil yang dikenal dengan sebutan omah dhemit alias rumah hantu oleh warga sekitar. Bangunan itu mendapat julukan seram karena letaknya yang memang tidak lazim.
Omah dhemit bukan rumah di perkampungan pada umumnya. Bangunan yang ukurannya hanya sekitar 3x3 meter itu berdiri di atas batu kapur yang menjulang tinggi.
Batu kapur putih itu tingginya sekitar 30-40 meter. Letaknya bangunan yang berada di ketinggian membuat omah dhemit terlihat jelas dari kejauhan, baik dari jalan raya ke arah Rawa Jombor maupun desa sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kanan kiri bukit adalah jurang menganga dan tidak ada tangga menuju ke puncaknya. Di sisi selatan sekitar 10 meter terdapat perbukitan kapur yang dulu menjadi objek wisata Bukit Patrum.
Jika dari kejauhan, sekilas omah dhemit dan bukit Patrum terlihat seperti kura-kura dengan kepala mendongak. Bukit Patrum sebagai tubuh kura-kura, sedangkan omah dhemit seperti kepalanya.
Karena letaknya dikelilingi rimbun pepohonan, dari kejauhan omah demit terkesan mistis dan menyeramkan. Benarkah banyak dhemit ?
"Karena letaknya begitu diarani akeh dhemite (disangka banyak hantunya), yang viral juga nyebut omah dhemit. Yang di sini padahal biasa saja," ungkap warga yang tinggal di dekat omah dhemit, Saiman Hartono (55) kepada detikJateng, Rabu (26/3/2025) siang.
Diceritakan Saiman, omah dhemit itu sebenarnya bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang pada waktu itu fungsinya untuk gudang dinamit. Dinamit itu digunakan untuk tambang batu kapur.
"Itu rumah kan gudang dinamit, maka bukit di sebelahnya disebut bukit Patrum (dinamit/peledak) untuk nambang batu kapur. Batu kapur itu dibawa ke PG Gondang," tutur Saiman.
Dulu, kata Saiman, di sekitar bukit ada rel lori kereta yang digunakan untuk mengangkut batu kapur ke PG Gondang (di Kecamatan Kebonarum berdiri 1860). Pengambilan batu kapur sampai tahun 1995.
"Tahun 1995 batu kapur mulai berhenti diambil, sempat untuk tambang batu gamping (bahan bangunan). Sejak dulu bentuk omah dhemit ya begitu, bukan dibuat-buat, kawit mbah (sejak nenek) saya juga begitu," terang Saiman.
Konon, sebut Saiman, ada cerita ada orang yang mau merobohkan omah dhemit tapi tidak bisa. Untuk naik ke omah demit tidak ada akses berupa jalan atau tangga.
![]() |
"Naik ke situ tidak ada tangganya, jika manjat licin. Yang pernah naik dulu karena ada pohon tinggi di dekatnya sehingga lewatnya dahan pohon," sambung Saiman.
Rumah itu, kata Saiman, dibangun sudah konstruksi tembok dan tidak ada isinya. Dibangun tentu saat bukitnya masih utuh belum terisolasi seperti sekarang.
"Dibuatnya dulu ya mungkin saat bukitnya masih utuh, kalau sudah seperti sekarang ya tidak mungkin bisa. Mau naik saja tidak bisa, apalagi membangun, sebelum ada COVID untuk wisata ramai sekali,'' imbuh Saiman.
Sugiyanto, warga Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes mengatakan sejak dulu disebut omah dhemit karena terkesan seram. Di lokasi banyak pohon, bukitnya terjal dan berlumut.
"Sebelum dibangun (wisata) itu jalannya sulit, lumutan, terjal, ya akhirnya disebut omah dhemit. Warga sekitar ya tahunya bukit Patrum, Patrum itu dinamit karena rumah itu dulu jaman Belanda untuk nyimpen peledak," papar Sugiyanto kepada detikJateng.
Bukit di omah dhemit itu, sebut Sugiyanto, dulu tambang batu kapur Belanda untuk pabrik gula (PG). Bahkan sampai tahun 1995-2000 masih diambil.
"Sampai tahun 2000 masih diambil, tapi terus berhenti, lalu diambil untuk bahan bangunan. Sebelum COVID sempat jadi bagian desapolitan bersama desa sekitar tapi sekarang sepi," katanya.
Terpisah, Sekdes Krakitan, Kecamatan Bayat, Warsono membenarkan omah dhemit itu peninggalan era kolonial Belanda tempat tambang batu kapur untuk PG. Rumah digunakan untuk penyimpanan peledak.
"Fungsinya untuk menyimpan peledak untuk tambang batu kapur untuk PG Gondang. Pernah jadi objek wisata desa yang ramai sebelum Covid," jelas Warsono.
"Konon cerita mbah saya, di jaman dulu pernah ada orang angon (gembala) kambing hilang, dicari tidak ketemu berhari-hari. Ternyata ditemukan di rumah itu,'' imbuhnya.
(apu/ahr)