Pertempuran 10 November 1945 Surabaya merupakan perang terdahsyat yang pernah dialami Indonesia. Perang dahsyat ini berlangsung selama 21 hari saat RI masih berusia 2 bulan memproklamasikan kemerdekaannya.
Tentara sekutu menyebut perang tersebut sebagai inferno atau neraka. Ini karena banyaknya korban tewas dari kedua belah pihak, terutama dari pejuang Surabaya. Jasad-jasad korban perang tersebut digambarkan banyak tergeletak di jalanan dan dikubur seadanya.
Maka tak heran, jauh setelah perang, kisah-kisah penemuan tak sengaja kuburan dan kerangka para pejuang kerap ditemui. Salah satu kisah penemuan yang menyedot perhatian yakni pada November 1992.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu tiga kerangka manusia ditemukan terkubur bersama enam senjata karaben beserta ratusan amunisinya di Lapangan Golf, Gunungsari. Ketiga kerangka itu diyakini sebagai Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang gugur bertempur.
Penemuan ini sempat dimuat di media massa Bhirawa yang terbit, Sabtu 7 November 1992. Dalam berita disebutkan penemu kerangka tersebut adalah Sardjo seorang pekerja yang melakukan penggalian untuk saluran pipa air di Lapangan golf.
Kliping koran tersebut itu kemudian disimpan menjadi salah satu koleksi di Museum Bhirawa, Malang. Tak hanya itu enam senjata karaben jenis STEYR buatan Jerman juga masih dirawat dan disimpan di museum itu.
"Secara tidak sengaja Sardjo pemuda asal Bandung kemarin menemukan tiga kerangka manusia saat melakukan penggalian," demikian naskah berita Bhirawa yang dilihat detikJatim.
Penemuan itu bermula saat Sardjo menggali pada kedalaman 0,5 meter. Saat itu cangkulnya terantuk sebuah peluru. Awalnya ia kaget. Namun ia memilih melanjutkan penggalian dan mengira hanya penemuan biasa.
Saat menggali lagi, itu, rupanya Sardjo kembali menemukan peluru yang jumlahnya semakin banyak. Tak hanya itu, ia juga menemukan tiga kerangka manusia dan enam senjata laras panjang beserta satu buah granat.
Kaget dan takut, pria yang baru bekerja sebulan di Surabaya itu kemudian melaporkan ke mandornya. Seluruh temuan itu kemudian diamankan dan melaporkan ke pihak berwenang.
"Mandor kerja di situ lantas memerintahkan agar penemuan dikumpulkan jadi satu supaya tidak diganggu oleh orang lain," terang naskah berita itu.
Tak lama, pihak Golf Yani kemudian langsung menghubungi ke Koordinator Mastrip Jatim Brigjen Pol (Purn) A Hartawan. Selanjutnya Hartawan bersama teman-temannya langsung merapat ke lokasi penemuan.
Dalam keterangannya, Hartawan menyebut ketiga kerangka itu dipastikan anggota TRIP yang gugur saat pertempuran di Gunungsari. Saat pertempuran 10 November 1945, Gunungsari merupakan garis pertahanan terakhir para pejuang.
Keterangan itu kemudian ditegaskan oleh Soebardi, saksi mata dan pelaku sejarah yang masih hidup saat pertempuran. Ia menyakini kerangka itu adalah rekannya yang gugur.
Soebardi mengisahkan dalam pertempuran di Gunungsari itu ada enam laskar TRIP yang tersisa. Saat itu tentara sekutu memborbardir mereka. Empat di antaranya gugur karena diberondong dengan peluru. Sedangkan seorang lainnya berhasil ditangkap tentara sekutu dan tak diketahui nasibnya.
Keempat rekannya yang gugur itu bernama Soewondo, Samsoedin, Soetojo dan Soewardjo. Soebardi sendiri selamat karena saat bombardir itu karena bertiarap.
"Saya tahu persis mereka tertembak, tapi saya tidak bisa menolong karena posisi saya sendiri sulit. Saya selamat karena terus tiarap," tutur Soebardi saat itu.
Atas dasar itu, Soebardi berkeyakinan tiga kerangka manusia itu adalah sebagian dari empat temannya yang gugur saat itu. Ketiga kerangka itu kemudian diminta agar dimakamkan di Makam Taman Pahlawan.