Deretan Peristiwa Pemicu Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Deretan Peristiwa Pemicu Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Tim DetikJatim - detikJatim
Minggu, 06 Nov 2022 07:37 WIB
Sebuah tank Sherman milik sekutu melintas di jalanan Surabaya pada 1945
Sebuah tank Sherman milik sekutu melintas di jalanan Surabaya pada 1945 (Dok. Imperial Museum War)
Surabaya -

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan perang terbesar yang pernah dialami Republik Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Perang berlangsung selama 3 minggu dengan memakan ratusan ribu korban jiwa baik dari pejuang maupun tentara sekutu.

Pertempuran 10 November ini tidak serta merta berkobar begitu saja. Namun sejumlah peristiwa sebelumnya mengiringi dan menjadi pemicu pecahnya pertempuran. Setidaknya jumlah korban diperkirakan dari pihak Indonesia sebanyak 16 ribu pejuang. Sedangkan Inggris menelan sekitar 1.500 korban jiwa.

Dalam pertempuran ini, Inggris sebenarnya menargetkan akan menguasai Kota Surabaya tiga hari dengan digempur dari laut, udara dan darat. Namun kenyataan berkata lain. Perlawanan pejuang yang sengit membuat perang berlangsung hingga tiga minggu yang membuat Inggris seperti masuk ke dalam neraka bernama Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu apa saja peristiwa yang menjadi pemicu perang tersebut? Berikut rentetan peristiwa penting sebelum pecahnya Pertempuran 10 November 1945 Surabaya.

1. Kedatangan Tentara Sekutu

Tentara sekutu mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Mereka berasal dari Brigade Infantri India ke-49 pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Pasukan dari Inggris ini berkekuatan 3000-4000 pasukan dua batalyon Mahratta dan satu batalyon Rajput.

ADVERTISEMENT

Sesaat setelah mendarat, pihak sekutu mengirim dua utusan untuk menghadap Gubernur Suryo. Mereka berniat mengundang Gubernur Suryo untuk datang ke kapal perang Inggris. Namun undangan ini ditolak oleh Gubernur Suryo.

Penolakan Gubernur Suryo bukan tanpa alasan. Sebab, sebelumnya ia mengundang pihak sekutu tapi ditolak dan malah balik mengundangnya. Penolakan ini membuat dua utusan sekutu yang semula ramah menjadi tidak hormat dan menjadi ketegangan.

Namun suasana itu kemudian cair setelah perwakilan sekutu Kolonel Pugh bersama dr Moestopo mencapai kesepakatan bahwa tentara Inggris hanya berhenti sejauh 800 meter dari garis pantai di pelabuhan Tanjung Perak. Namun nyatanya, sekutu melanggar kesepakatan tersebut.

Hal ini kemudian memicu kemarahan sejumlah pimpinan dan arek-arek Suroboyo. Isu sebelumnya yang mengatakan bahwa mereka akan diboncengi Belanda semakin kuat.

Keesokan harinya, isu itu kemudian ditepis oleh sekutu. Gubernur Suryo kemudian melakukan pertemuan dengan wakil sekutu di rumah bekas Konsul Inggris di Jalan Kayon. Dalam perundingan itu dicapai kesepakatan lagi setelah berunding lebih kurang enam jam,

Sejumlah kesepakatan itu yakni 1, Hanya tentara Jepang yang dilucuti, bukan pemuda. 2, Sekutu jamin dan bantu keamanan serta ketertiban kota. 3, Setelah dilucuti, tentara Jepang keluar Surabaya dari laut.

Namun lagi-lagi, sekutu ternyata melanggar kesepakatan tersebut. Ini setelah diketahui satu unit tentara Inggris dan India masuk ke daerah niaga dan diduduki dengan penjagaan tentara.

Sejumlah tentara Inggris dari Mahrata India bahkan membuat pertahanan di dekat jembatan Wonokromo dekat perkampungan. Jelas hal ini membuat gusar sejumlah tokoh dan pimpinan serta Arek-arek Suroboyo.

Selanjutnya, sekutu menyebar pamflet provokasi di Surabaya.

"Bagi para pejuang ini tanda bahwa sekutu tidak semata hendak membantu jaga keamanan tetapi hendak menduduki kota pula," demikian penjelasan seperti yang dikutip detikJatim dari buku Pasak Sejarah Indonesia Kekinian, Surabaya 10 November 1945 terbitan Bagian Humas Pemkot Surabaya (2018).

2. Sekutu Sebar Pamflet Ingin Kuasai Kota

Tanggal 27 Oktober 1945, sebuah pesawat militer dari Jakarta terbang di atas langit Surabaya. Pesawat itu menyebarkan ribuan pamflet dari atas. Isinya bahwa tentara sekutu akan menguasai kota. Tak hanya itu, dalam pamflet disebut dalam waktu 48 jam semua orang yang menguasai senjata harus diserahkan ke pihak sekutu.

Kurang dari tiga jam setelah pamflet disebarkan, kelompok tentara India (Inggris) memasuki jalan utama Surabaya melalui dari kantor Gubernur. Sambil lewat mereka menempelkan pamflet yang baru disebarkan dari udara.

Ini membuktikan bahwa orang Inggris telah bohong dan ingkar kesepakatan. Mereka juga menduduki bangunan strategis seperti Pangkalan Udara Perak, tempat (camp) tahanan di Darmo, Rumah Sakit di Simpang dan banyak bangunan lain.

Perbuatan gegabah ini membuat pemuda marah besar dan sekitar pukul 14.00 terjadi kontak senjata pertama antara pemuda dengan tentara sekutu. Peristiwa ini meluas ke hampir seluruh bagian kota Surabaya yang kemudian dikenal dengan pertempuran tiga hari berturut-turut.

Dalam pertempuran ini pasukan Sekutu Inggris terdesak dan hampir binasa. Ini karena mereka mendapat perlawanan yang luar biasa dari pejuang dan arek-arek Suroboyo. Karena kondisi ini, mereka kemudian menghubungi Jakarta.

"Menghadapi kenyataan terdesaknya pasukan sekutu ini (hampir kalah), buru-buru Mallaby lapor ke Jakarta dan minta Bung Karno ke Surabaya guna meredakan keadaan akibat gesekan ini," terangnya.

3. Soekarno ke Surabaya Serukan Gencatan Senjata

Bung Karno datang ke Surabaya dalam suasana desingan peluru di mana-mana. Ia tiba didampingi Moh Hatta dan Amir Syarifuddin tampak juga Mallaby. Usai perundingan yang alot, Sumarsono dan Bung Tomo sebagai perwakilan arek-arek Suroboyo sepakat untuk gencatan senjata.

Dalam perundingan itu juga disepakati sejumlah hal. Salah satunya membatalkan isi pamflet yang disebar sebelumnya. Kesepakatan itu kemudian disiarkan melalui radio pada pukul 06.30 hingga 09.00 malam.

"Perundingan sudah tidak menguntungkan kita sebab pemuda siap menyapu habis tentara sekutu yang sudah terjepit. Penundaan serangan pemuda memberi peluang kedatangan armada dan pasukan tambahan yang semula sudah disiapkan," terang dalam buku.

4. Mallaby Tewas di Jembatan Merah

Pada 30 Oktober 1945, baku tembak terjadi antara arek-arek Suroboyo dengan tentara sekutu Inggris. Baku tembak di petang hari itu terjadi di depan Gedung Internatio yang sedang digelar perundingan gencatan senjata. Perundingan dilakukan setelah Inggris kian terpojok selama pertempuran 3 hari.

Dalam insiden itu, Mallaby dinyatakan tewas. Hal ini memicu kemarahan sekutu. Meski begitu, siapa yang menembak Mallaby masih menjadi teka-teki hingga kini. Namun rupanya sekutu tak peduli dengan itu, sebab kematian Mallaby sudah cukup menjadi alasan untuk menggempur Kota Surabaya.

Halaman 2 dari 2
(abq/sun)


Hide Ads