Cerita Benteng Kedung Cowek Jadi Saksi Bisu Pertempuran 10 November 1945

Urban Legend

Cerita Benteng Kedung Cowek Jadi Saksi Bisu Pertempuran 10 November 1945

Firtian Ramadhani - detikJatim
Kamis, 10 Okt 2024 15:35 WIB
Benteng Kedung Cowek
Benteng Kedung Cowek Surabaya (Foto: Firtian Ramadhani)
Surabaya -

Benteng Kedung Cowek di Kenjeran Surabaya merupakan benteng pertahanan pantai atau laut Belanda. Benteng dibangun memanjang di sisi Madura dan sisi Surabaya sehingga untuk masuk ke Selat Madura harus melewati deretan benteng-benteng yang sudah dibangun.

"Fungsi pertama dibangun ya untuk pertahanan pantai. Selain itu, menjadi saksi perang 10 November 1945 dipakai pasukan bekas Heiho Indonesia. Mereka menggunakan benteng itu untuk pertahanan, karena orang Heiho ini orang yang berpengalaman perang menggunakan meriam besar," ujar Sejarawan Komunitas Roodebrug Soerabaia Ady Setyawan kepada detikJatim, Kamis (10/10/2024).

Benteng Kedung Cowek direbut oleh Jepang setelah Belanda menyerah pada 1942. Lalu, pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang resmi menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu yang kala itu dipimpin oleh Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai resmi memproklamasikan kemerdekaan RI, Benteng Kedung Cowek digunakan sebagai markas pertahanan Pasukan Sriwijaya yang terdiri dari sekelompok pemuda, sebagian besar berasal dari Tapanuli, Aceh, Deli, dan beberapa daerah di Sumatera.

Benteng Kedung CowekBenteng Kedung Cowek di Surabaya (Foto: Firtian Ramadhani)

Awalnya, kelompok ini hanya berniat singgah di Surabaya, tetapi setelah bertemu dengan pemimpin Arek-Arek Surabaya, Wiliater Hutagalung, mereka membentuk pasukan untuk mempertahankan kemerdekaan yang terancam oleh sekutu.

ADVERTISEMENT

Saat pertempuran 10 November 1945, TKR dan Pasukan Sriwidjaja menyerang tentara sekutu dari sisi Benteng Kedung Cowek. Beberapa tokoh penting pasukan Sriwidjaja di antaranya adalah Jansen Rambe, Abel Pasaribu, dan Gumbreg.

Benteng Kedung Cowek menjadi saksi perang antara Pasukan Heiho Benteng melawan pasukan Inggris. Menurut informasi yang dihimpun detikJatim melalui buku Autobiografi Letkol TNI (Purn) dr Wiliater Hutagalung, Kolonel Wiliater Hutagalung mengumpulkan pasukan Heiho yang telah kalah perang di front timur Indonesia untuk mengoperasikan meriam-meriam di pantai Benteng Kedung Cowek. Sekitar tiga batalyon gugur ditempat tanpa sempat dievakuasi.

"Tahun 1960 itu, meriam-meriam disana sudah dicopot, sampai kini sering disebut oleh masyarakat itu sebagai gudang peluru, bukan benteng," terangnya.

Benteng Kedung Cowek merupakan salah satu bangunan peninggalan pada masa Hindia Belanda. Benteng ini terletak di Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya tepatnya di dekat Jembatan Suramadu.

Benteng yang terletak tak jauh dari Jembatan Suramadu ini didirikan pada 15 Januari 1900. Informasi ini berdasarkan pada tetenger yang kala itu ditandatangani oleh Kapten Zeni J C Proper.

Benteng Kedung Cowek ini termasuk rangkaian benteng terbesar yang pada saat itu dibangun di sepanjang pantai dari Surabaya sampai Gresik. Benteng peninggalan Belanda ini memiliki luas sekitar 71.876 m2.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads