Sosok Sarip Tambak Oso, Dikenal Yatim Sejak Kecil hingga Diburu Kompeni

Sosok Sarip Tambak Oso, Dikenal Yatim Sejak Kecil hingga Diburu Kompeni

Tim DetikJatim - detikJatim
Minggu, 28 Agu 2022 20:05 WIB
Ilustrasi Sarip Tambak Oso
Ilustrasi Sarip Tambak Oso (Foto ilustrasi: Edi Wahyono)
Sidoarjo -

Keberadaan Makam Sarip Tambak Oso menemui titik terang. Tim penelusuran Sarip Tambak Oso mengklaim menemukan lokasi makam di tempat pemakaman umum (TPU) Kwadengan, Lemah Putro, Sidoarjo.

Tim ini yang dipimpin budayawan M Wildan berhasil menemukan makam tersebut setelah mendapatkan dokumen arsip surat kabar Belanda. Dalam surat kabar itu, Sarip ditembak pada tahun 1912.

Lalu siapa dan bagaimana sosok Sarip, sehingga surat kabar Belanda hingga memberitakannya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menelusuri Sarip bukan perkara mudah. Ini karena minimnya catatan sejarah mengenai dirinya. Sarip selama ini lebih dikenal sebagai lakon ludruk daripada tokoh sejarah dengan berbagai versi yang beredar.

Dari cerita lisan yang beredar dan saksi yang pernah berjumpa, Sarip diketahui merupakan anak yatim. Ayahnya meninggal saat Sarip masih di dalam kandungan.

ADVERTISEMENT

Dadang Ari Murtono dalam artikelnya "Sarip Tambok Oso" (2020) menyebut Sarip diperkirakan lahir pada abad ke-19. Sarip kemudian tumbuh sebagai anak hingga remaja di bawah pengasuhan ibunya. Sarip menghabiskan masa kecilnya di sekitar kali Sedati.

"Kalangan akademisi yang berbicara berdasarkan bukti-bukti empiris, menyebut ia berasal dari awal abad ke-19, lahir dari rahim seorang perempuan biasa," jelas Dadang dalam artikelnya.

Ayah Sarip, lanjut Dadang, diyakini merupakan salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro. Saat meninggal, ayah Sarip mewariskan hamparan sawah yang luas. Namun karena luasnya itu, sawah itu kemudian dititipkan untuk dikelola paman Sarip bernama Ridwan.

Namun rupanya, Sarip dan ibunya tak pernah mendapatkan hasil sawah yang dikelola pamannya itu. Ini karena pamannya terlalu rakus untuk membagikan kepada Sarip dan ibunya.

Hidup di garis kemiskinan ini, Sarip remaja tumbuh sebagai sosok yang nekat. Ia tak segan untuk melakukan pencurian di rumah-rumah tuan tanah yang tamak dan rakus.

Aksi Sarip ini sempat membuat Kompeni berang. Karena kerap mendapat laporan pencurian. Namun, Sarip mendapat perlindungan dari Kepala Desa Tambak Oso waktu itu.

Sebab apa yang dilakukan Sarip tak lebih karena motif ekonomi dan dibagikan ke orang lain yang membutuhkan. Ia selama ini memang hidup miskin dengan ibunya.

Namun Kompeni Belanda menyebut pencurian adalah pencurian. Tapi karena dilindungi, kompeni memilih menahan diri.

Menurut Dadang, Sarip mulai diburu kompeni Belanda tak kala membunuh asisten Wedana Gedangan dan serdadu kompeni. Pembunuhan ini dilakukan karena Sarip tak terima ibunya dihajar oleh lurah karena dituding tak membayar pajak sawah peninggalan ayahnya.

Karena pembunuhan yang dilakukan Sarip itu, Lurah Tambak Oso tak lagi kuasa lagi membelanya. Sebab apa yang dilakukan Sarip sudah termasuk tindakan pidana berat.

M Wildan, Ketua Tim Penelusuran mengatakan, butuh waktu hingga 7 tahun kompeni mencari Sarip Tambak Oso. Perburuan Sarip diawali sejak tahun 1905 dan berakhir pada 1912.

"Sarip Tambak Oso ini kita ketahui dari dokumen-dokumen koran-koran Belanda yang terbit di tahun 1905 sampai 1912, beliau digambarkan di sebagai sosok yang kriminal," kata pria yang juga menjabat Plt Diskominfo Pemkab Sidoarjo itu.

Wildan lantas menegaskan bahwa kesaktian Sarip yang mampu hidup lagi meski telah tewas merupakan mitos. Sebab berdasarkan dokumen-dokumen Belanda, Sarip ditembak saat penyergapan pada tahun 1912.

"Kalau kita berangkat dari literasi, dokumen-dokumen yang menulis sosok Sarip ini ditembak dari jarak 25 meter. Saat itu Sarip melakukan perlawanan dengan menggunakan sebilah celurit, akhirnya jatuh tersungkur dan wafat, bukan bangun lagi seperti cerita Ludruk," tandas Wildan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kisah Tasripan 19 Tahun Hidup di Gubuk Pinggir Tanggul Lumpur Lapindo"
[Gambas:Video 20detik]
(abq/fat)


Hide Ads