Salah seorang siswa SMKN 4 Semarang yang jadi korban penembakan Aipda Robig, inisial A (18), kini sudah sembuh. Saat ditemui wartawan di sekolahnya, A menceritakan kronologi penembakan itu yang menewaskan adik kelasnya, Gamma (17).
A mengatakan luka bekas jahitan di dada kirinya akibat tembakan Aipda Robig sudah mulai membaik. Namun, bekas luka itu masih ditutupi kain kasa.
"(Kondisi sekarang) Baik, sehat, lukanya sudah sembuh. (Trauma?) Nggak, malah nggak tak (saya) pikir, cuma ya udah masalah biasa," kata A di SMKN 4 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Senin (9/12/2024).
Penembakan itu terjadi di Jalan Candi Penataran, Semarang, Minggu (24/11) dini hari. G meninggal setelah tertembak di pinggul. Juga ada dua korban lain yang terluka, yaitu inisial A dan S. A terluka di dada karena terserempet peluru. Sedangkan S terkena peluru di tangan kiri. Mereka bertiga siswa SMKN 4 Semarang.
A mengatakan, sore sebelum kejadian, dia bersama S dan Gamma sempat latihan Paskibra. A tidak menyebut lokasi mereka berlatih. Setelah latihan, mereka bubar.
Malam harinya, mereka berkumpul lagi untuk makan dan nongkrong di sebuah warung. Total ada tujuh orang saat itu, termasuk A, S, dan Gamma. Mereka naik tiga motor. A juga menampik pernyataan polisi yang mengatakan malam itu dia hendak tawuran bersama Gamma.
"Itu kan sorenya habis melatih (Paskibra). (Setelah selesai latihan) Terus pulang dulu. Habis Isya baru keluar, main di tongkrongan, nama tempatnya nggak tahu. Di sekitar situ juga," ujar A.
Setelah nongkrong, mereka lalu hendak pulang. Dalam perjalanan pulang itu, A memboncengkan S. Sedangkan Gamma diboncengkan oleh teman yang lain.
"Pertama (motor) kita iring-iringan, terus lihat ada yang nodong, terus pada kenceng (bawa motornya). Saat itu kita mau pulang," kata A.
"Tiga motor (masing-masing berboncengan) 3, 2, 2. Gamma (ikut) motor pertama. Motor kedua temannya S. Saya (memboncengkan S) motor ketiga, posisi paling belakang," sambung dia.
Dalam perjalanan pulang itu, menurut A, tiba-tiba ada orang yang langsung menodongkan pistol ke arah mereka. Hal itu membuat mereka takut dan langsung menghindar. Orang itu belakangan diketahui bernama Aipda Robig Zaenudin, anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang.
"(Ketemu polisi di tengah jalan?) Iya, kaget itu, (polisi) langsung nodong kok. Saya posisi ketembak kan tangan satu. (Nahan sakit?) Iya. Habis ketembak, dor, langsung lemes," ucap A.
A menjelaskan, saat itu Aipda Robig berada di tengah jalan dan menodongkan pistolnya ke arah dirinya dan Gamma. Menurutnya, Aipda Robig menghadang di sisi kanan A dan teman-temannya.
"(Polisi pas nodong teriak sesuatu?) Nggak ada, nggak ada, langsung dor, dor, langsung aja. Kaget," ujar A.
A mengatakan, salah satu peluru yang ditembakkan Aipda Robig itu menyerempet dadanya lalu mengenai tangan S yang dia boncengkan.
Usai tertembak, A mengaku langsung pulang ke rumah dan tidur. Setelah itu ia mendapat jahitan di dada kirinya.
"S (juga posisinya) sadar, cuma nggak tahu kalau pelurunya masuk, dikiranya cuma efek samping. Tapi saya sadar saya kena peluru, saya mikir, masuk nggak ya (pelurunya). Pelurunya sama, nyerempet (dada saya) terus masuk ke tangan S yang saat itu di pundak saya," kata A.
"(Habis itu nggak ke RS?) Pulang dulu, ganti baju, tidur. Soalnya habis itu nganter S ke temannya. Sampai pagi nggak tahu kabar, tiba-tiba mau Maghrib tahu-tahu (Gamma) sudah meninggal," imbuhnya.
A menceritakan, pada Senin (25/11), rumahnya didatangi pihak kepolisian yang memintanya dirinya untuk bertemu di minimarket. Saat polisi datang ke rumahnya, A sedang bermain ke salah satu mal di Kota Semarang.
"Terus (saya) ditelepon adik. Adik saya itu ternyata posisi HP-nya dipegang polisi, polisi datang ke rumah. Posisi pas tidak ada orang tua itu polisi ke rumah. Adik saya kelas 3 SMP," ujar A.
"Akhirnya saya diajak ketemuan di Indomart BSB, ya sudah saya temuin. Awalnya saya mau dimintai keterangan. Terus ternyata rekonstruksi itu. Saya katanya mau dijadiin saksi," sambungnya.
Kemudian pada Selasa (26/11), saat A hendak berangkat magang, tiba-tiba dia diminta ke Mapolrestabes Semarang. Dalam posisi sudah mengenakan seragam sekolah, A pun datang ke Mapolrestabes Semarang.
"Saya tidak didampingi, sendirian saja, tidak dijemput. Jadi saya posisi mau magang, terus disuruh ke Polrestabes, saya datang. Katanya mau dimintai keterangan, sampai sana malah diajak prarekonstruksi," bebernya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(dil/apl)