Berjubel! Warga Ngropoh Temanggung Nyadran di Makam Pangeran Donorojo

Berjubel! Warga Ngropoh Temanggung Nyadran di Makam Pangeran Donorojo

Eko Susanto - detikJateng
Jumat, 15 Sep 2023 13:19 WIB
Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023).
Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Temanggung -

Warga empat dusun di Desa Ngropoh, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung menggelar nyadran. Warga berdatangan menuju makam dengan membawa tenong yang berisi ingkung, makanan, maupun jajan pasar.

Nyadran ini dilangsungkan pada bulan Safar tepatnya pada hari Jumat Wage. Warga berdatangan menuju makam dengan membawa tenong yang berisi ingkung, nasi, sayur, maupun jajan pasar.

Untuk acara ini dimulai pukul 07.30 WIB yang berlangsung di kompleks makam Ki Ageng Pangeran Donorojo. Ki Ageng Pangeran Donorojo dipercaya warga setempat sebagai cikal bakal keberadaan dusun tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah doa bersama, kemudian makanan yang berada di tenong tersebut diberikan kepada warga yang membutuhkan. Kebetulan tiap nyadran ini, ada beberapa orang dari luar daerah yang meminta nasi maupun makanan dalam tenong tersebut.

"Tradisi nyadran Ngropoh dilaksanakan tiap tahun pada bulan Safar. Itu merti dusun, haul dusun Simbah Kiai Donorojo. Dilaksanakan tiap Jumat Wage, kalau tidak ada Jumat Wage dilaksanakan di Jumat Legi," kata Pj Kadus Dukuh, Desa Ngropoh, Waluyo kepada wartawan, Jumat (15/9/2023).

ADVERTISEMENT
Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023).Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Nyadran ini, katanya, diikuti semua warga masyarakat dari empat dusun meliputi Dukuh, Sentul, Kauman, dan Mirikerep. Untuk tiap kepala keluarga (KK) datang dengan membawa tenong.

"Bawa tenong, isinya ingkung, nasi, lauk pauk dan jajan pasar. Kami mempertahankan dengan tenong karena tradisi," ujarnya.

Kiai Donorojo, katanya, dipercaya warga merupakan cikal bakal yang membuka dusun ini. Hal ini sudah turun-temurun dipercaya warga.

Terkait dengan warga yang meminta nasi, kata dia, mereka datang dari luar desa. Mereka datang dengan membawa tempat sendiri untuk tempat nasi maupun lauk-pauk tersebut.

"Mereka minta untuk dibawa pulang. Warga menyedekahkan. Tenong yang saya bawa, saya berikan semua. Pokoknya disedekahkan," kata dia.

Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023).Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Baca selengkapnya di halaman berikutnya....

Sementara itu, tokoh masyarakat Dukuh, Kabul menambahkan, Kiai Donorojo dulu merupakan pendatang. Untuk asal-usulnya Kiai Donorojo hingga sekarang masih simpang siur.

"Asal-usulnya (Kiai Donorojo) simpang siur. Ada yang mengatakan dari Jawa Barat, ada yang mengatakan dari Solo, ada yang mengatakan Raden Santri yang dimakamkan di Gunungpring (Muntilan) ke sini mencari Pangeran Donorojo, terus berhenti di Ngropoh tidak ketemu dan pulang ke Jogja, meninggal di Gunungpring. Kan ada tiga versi, tapi Mbah Donorojo dulunya punya prajurit," ujarnya.

Kabul mengatakan, Kiai Donorojo dipercaya warga sebagai cikal bakal dusun Dukuh. "Untuk di wilayah Ngropoh, Dukuh merupakan dusun yang tertua," katanya.

Salah satu warga Kopen, Pringsurat, Sulimah mengatakan datang untuk meminta nasi untuk dimakan. Setiap dilangsungkan nyadran selalu datang untuk meminta nasi.

"Kalau nggak dimakan, ya dibuat gendar. Nanti gendar dijual untuk beli beras. Terus kalau lauk pauk ini tidak kami makan sendiri, tapi dibagi-bagi tetangga yang mau," ujarnya.

Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023).Suasana nyadran di makam Kiai Donorojo di Ngropoh, Kranggan, Temanggung, Jumat (15/9/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Halaman 2 dari 2
(apl/rih)


Hide Ads