Majalah Djaka Lodang Pede Bisa Ajek Nguri-uri Budaya Jawa

Majalah Djaka Lodang Pede Bisa Ajek Nguri-uri Budaya Jawa

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Minggu, 01 Jan 2023 15:09 WIB
Kantor Majalah Djaka Lodang di Patehan, Kraton, Jogja. Foto diambil Senin (26/12/2022)
Majalah Djaka Lodang di Jogja (Foto: Paradisa Nunni Megasari/detikJateng)
Yogyakarta -

Majalah berbahasa Jawa asal Jogja, Djaka Lodang yang berdiri pada 1 Juni 1971 hingga kini tetap eksis dan tetap rutin menerbitkan majalahnya. Redaksi majalah Djaka Lodang optimistis bisa tetep ajek melestarikan bahasa dan budaya Jawa.

Pimpinan Djaka Lodang, Kuswinarni mengatakan majalah yang didirikan ayahnya Kusfandi itu hingga saat ini masih yakin dan fokus untuk melestarikan budaya dan bahasa Jawa.

"Kami memang berkonsentrasi untuk nguri-uri kebudayaan Jawa dan bahasa Jawa," kata Wiwin sapaan karibnya, saat ditemui detikJateng di Kantor Djaka Lodang, Patehan, Kraton, Jogja, Senin (26/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Redaktur Djaka Lodang, Tatiek Kalingga menambahkan majalahnya saat ini menjadi referensi akademis. Majalah Djaka Lodang pun digunakan untuk pembelajaran dari tingkat SD hingga akademisi di perguruan tinggi.

"Djaka Lodang menjadi bahasa pembelajaran baik dari tingkat SD sampai akademisi di Universitas. Nah inilah yang menjadi tolak ukur mengapa Bahasa Jawa masih dipertahankan," kata Tatiek.

ADVERTISEMENT

Tatiek mengungkap Djaka Lodang telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi. Tatiek mengatakan akademisi dari beberapa perguruan tinggi tersebut mengatakan bahasa Jawa yang digunakan Djaka Lodang dapat dipertanggungjawabkan kebakuannya.

"Kita sudah kerjasama dengan UGM, UNY, UNS, dan Universitas Muhammadiyah Purworejo, karena mereka menganggap bahasa yang ada di Djaka Lodang itu sudah akademis adalah bahasa yang sudah baku, bahasanya bisa dipertanggungjawabkan kebakuannya," kata Tatiek.

Menurut Tatiek, pencapaian Djaka Lodang tersebut membuat mereka percaya diri dan tidak berkecil hati untuk terus melestarikan budaya dan bahasa Jawa.

"Terus ini yang jadi (kebanggaan), kita tidak akan berkecil hati, walaupun dianggap kuno, tetapi kami bangga karena bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang dilindungi oleh Undang-Undang," kata Tatiek.

Wiwin juga mengatakan pihaknya saat ini tengah mempersiapkan Djaka Lodang menjadi media online. Harapannya Djaka Lodang bisa menggandeng generasi milenial mencintai dan melestarikan budaya dan bahasa Jawa.

Namun, Wiwin mengaku akan tetap mempertahankan majalah Djaka Lodang untuk memfasilitasi generasi senior yang kurang melek digital.

"Kita sudah mulai mengolah (media online) yang (kanalnya) berbeda (dengan majalah), yang jelas kita fokuskan ke milenial. Tapi kalau orang sepuh (tua) itu kan masih harus (disediakan) bentuk fisik ya, makanya ini (majalah) kita pertahankan. Kalau anak muda kan kita juga punya misi, tapi kita juga harus mengikuti zaman," kata Wiwin.

Selengkapnya tentang Djaka Lodang di halaman selanjutnya.

Sementara itu, menurut Tatiek, bentuk fisik berupa majalah Djaka Lodang tersebut juga dibutuhkan oleh para akademisi. Maka, ia yakin majalah Djaka Lodang sudah memiliki pangsa pasarnya sendiri.

"Dari pihak akademisi juga membutuhkan bukti fisik, jadi kita tetap pertahankan (majalah) juga karena kita punya pangsa pasar sendiri, kita tidak berkecil hati," kata Tatiek.

Wiwin juga mengatakan, sejak berdiri hingga saat ini, Djaka Lodang tidak pernah berhenti terbit.

"Dari tahun 1971 sampai sekarang (Djaka Lodang) belum pernah berhenti sekalipun. Tidak pernah tidak terbit," tutup Wiwin.

Halaman 2 dari 2
(ams/aku)


Hide Ads