Perayaan Malam 1 Suro di Keraton Solo, dari Persiapan hingga Kirab Pusaka

Perayaan Malam 1 Suro di Keraton Solo, dari Persiapan hingga Kirab Pusaka

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 28 Jul 2022 15:14 WIB
Kirab kerbau bule di malam 1 Suro, Solo, Selasa (11/9/2018).
Kirab kebo bule di malam 1 Suro, Solo, Selasa (11/9/2018). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo -

Muharam atau Suro menjadi bulan spesial bagi masyarakat muslim Jawa, termasuk di Keraton Solo. Tak seperti tahun baru Masehi yang dirayakan dengan ingar-bingar, bulan pertama dalam kalender Hijriah dan tahun Jawa ini dirayakan dengan tradisi tirakat.

Menurut Julie Indah Rini dalam bukunya Perayaan 1 Suro di Pulau Jawa (MKS, 2010), tirakat adalah laku prihatin untuk meneguhkan iman sekaligus untuk mengatasi berbagai kesukaran hidup. Berikut tata cara perayaan malam 1 Suro di Keraton Solo.

1. Kirab Pusaka Keraton

Tiap malam 1 Muharam atau malam 1 Suro, Keraton Solo menyelenggarakan ritual jamas dan kirab pusaka. Dikutip dari buku Perayaan 1 Suro di Pulau Jawa (2010:42) pusaka-pusaka yang dikirabkan antara lain: Kanjeng Kyai Baru, Kebo Mas, Brekat, Batok, Kertaraharja, dan Kanjeng Kyai Jompong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain enam pusaka yang bergelar Kyai Kanjeng tersebut, ada juga beberapa pusaka lain yang ditunjuk langsung oleh Sri Pakubuwono. Pusaka-pusaka keraton itu disimpan di Ndalem Ageng Prabasuyasa atau kamar pusaka yang diurusi oleh beberapa abdi dalem wanita yang ditunjuk.

2. Persiapan Kirab Pusaka Keraton

Sejumlah pusaka yang akan dikirab itu dibawa ke tempat Bernama Parasdya. Kemudian, Sinuwun memutuskan beberapa bangsawan dan abdi dalem untuk mengikuti kirab sesuai rute yang telah ditentukan.

ADVERTISEMENT

Tiap pusaka yang dikirab itu dilindungi kain beludru dan diangkat oleh dua orang. Selama kirab berlangsung, semua peserta dituntut berlaku patut dan sopan. Mereka juga dilarang berbicara, makan, minum, dan merokok.

3. Pelaksanaan Kirab Pusaka

Kirab pusaka berangkat dari keraton tepat pada pukul 12 malam. Rutenya mengelilingi beberapa jalan protokol di Kota Solo dengan diiringi para punggawa dan prajurit istana.

Ada beberapa abdi dalem yang bertugas untuk mengawal pusaka-pusaka sambil terus membakar kemenyan. Tujuan kirab pusaka ini sebagai penolak bala agar keraton dan rakyatnya jauh dari marabahaya dan selalu diberi keselamatan.

Selama kirab, beberapa abdi dalem melakukan meditasi di Paningrat dan sebagian lagi berdoa di Masjid Pudyasana. Acara doa dan semedi itu berakhir sekitar pukul 03.00 WIB atau setelah rombongan kirab sudah masuk kembali ke keraton.

4. Peran Kawanan Kebo Bule

Sekawanan kebo bule atau kerbau albino berkulit putih kemerahan milik keraton memiliki peran penting dalam kirab pusaka malam 1 Suro di Solo. Sebab, kawanan kebo bule itu sebagai cucuk lampah atau pembuka jalan bagi iring-iringan kirab.

Pada zaman dulu, Julie Indah Rini menuliskan, kawanan kebo bule itu penentu waktu kapan kirab mulai dilaksanakan. Konon, tiap malam 1 Suro, kawanan kebo bule itu akan keluar sendiri dari kandangnya menuju keraton tanpa disuruh.

5. Fenomena Menarik Kebo Bule

Menurut Julie Indah Rini, ada banyak cerita menarik tentang kebo bule milik keraton Solo itu. Salah satunya ialah sebelum kirab pusaka dimulai, kebo bule itu akan menyantap makanan dan minuman kegemarannya yaitu kopi dan telur mentah.

Selain itu, banyak masyarakat pedesaan dari berbagai daerah yang rela menunggu di sepanjang jalan yang dilalui kirab demi mendapatkan kotoran kebo bule tersebut. Kotoran kebo bule itu dipercaya bisa menyuburkan tanah pertanian dan menjauhkan dari kegagalan panen.




(dil/rih)


Hide Ads