Sejarah tahun baru Islam atau penetapan awal penanggalan Hijriah merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah pada 622 Masehi. Meski demikian, penanggalan Hijriah baru digunakan 17 tahun setelah hijrah Nabi. Dikutip dari laman resmi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, berikut penjelasannya.
Sejarah Tahun Baru Islam dalam Laman Muhammadiyah
Dalam artikel yang ditulis Ilham di muhammadiyah.or.id, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khaeruddin Hamsin menerangkan kalender Islam baru resmi digunakan saat sistem pemerintahan Islam dipimpin Khalifah Umar bin Khattab, 7 tahun setelah Nabi wafat atau 17 tahun setelah Nabi hijrah.
Hal ihwal kalender Islam ini diterangkan Khaeruddin dalam kutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (22/7) pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kutbahnya, Khaeruddin menjelaskan kebutuhan akan adanya sistem penanggalan berawal ketika Abu Musa Al-Asy'ari ditunjuk sebagai gubernur. Saat itu dia kebingungan karena surat yang diterimanya dari Khalifah Umar tidak dituliskan tanggal yang jelas. Abu Musa Al-Asy'ari mendapati surat itu pada bulan Sya'ban, tapi dia bingung Sya'ban saat itu tahun berapa.
Tanpa tanggal yang detail tentu akan menjadi masalah serius dalam urusan administratif kenegaraan. Sementara itu, banyak wilayah kekuasaan Islam yang memiliki sistem penanggalan sendiri. Hal itu tentu membuat proses pengarsipan menjadi rumit.
Singkat cerita, Umar mengumpulkan para Sahabat untuk membahas soal penanggalan. Dari sekian usulan yang datang, prosesi hijrah Nabi Muhammad yang akhirnya disepakati sebagai acuan tahun Islam. Sebab, hijrah Nabi tersebut merupakan tonggak pembangunan masyarakat Islami.
Kenapa Muharam dipilih sebagai awal bulan dalam kalender Hijriah? Menurut Khaerudin, hal itu karena Khalifah Umar tidak ingin ada pengkultusan yang berlebihan kepada Rasulullah.
Jika Nabi Muhammad dikultuskan, Khaerudin menambahkan, kemungkinan Rabiul Awal yang jadi bulan paling spesial. Sebab, Rabiul Awal tak hanya bulan di mana Nabi Muhammad melakukan hijrah, tapi juga bulan lahirnya Nabi SAW. Sejarah yang hampir sama juga dituliskan dalam laman resmi Nahdlatul Ulama.
Sejarah Tahun Baru Islam dalam Laman NU
Dalam artikelnya di islam.nu.or.id yang ditayangkan pada 21 Agustus 2020, Basuni Baihaqi (Mahasiswa Imam Shafie College, Mukalla-Yaman) mengutip kitab tafsir Imam Fakhruddin ar-Razi yang menyebutkan bahwa manusia telah lama mengenal hari dan bulan dalam setahun.
Bagi bangsa Arab, penghitungan tahun menggunakan metode perputaran bulan (Qamariyah). Penghitungan tahun model itu digunakan sejak zaman Nabi Ibrahim. Sedangkan bangsa Persia dan Romawi menggunakan penghitungan yang berdasarkan perputaran matahari (Syamsiyah).
Umat Muslim sendiri mengikuti tahun Hijriah, nama lain dari tahun Qamariyah, dan menetapkan 12 bulan dalam setahun sesuai firman Allah dalam Surat At Taubah ayat 36. Nama Hijriah diambil dari hijrahnya Rasulullah dari Makkah menuju Madinah.
Mengutip kitab al-Muntadham fi Tarikh al-Muluk wal Umam (4/227) karya Imam Ibnu al-Jauzi, Basuni Baihaqi menuliskan bahwa Khalifah umar bin Khattab pernah kebingungan ketika menerima sebuah dokumen yang bertuliskan Sya'ban tanpa disertai angka tahun yang jelas.
Sejak itu Umar bin Khattab mengumpulkan para Sahabat untuk menetapkan tahun yang bisa dijadikan acuan masyarakat. Ada beberapa usulan saat itu, mulai dari mengacu penanggalan kalender bangsa Romawi dan Persia. Singkat cerita, tercapailah kesepakatan untuk mencatat penanggalan kalender Islam berdasarkan awal hijrah Rasulullah.
(dil/ahr)