Apa Artinya Malam 1 Suro? Simak Larangannya

Apa Artinya Malam 1 Suro? Simak Larangannya

Mira Rachmalia - detikJatim
Minggu, 15 Jun 2025 19:30 WIB
Kalender Jawa Juni 2025.
Kalender Jawa Juni 2025. Simak Penjelasan Tentang 1 Suro Foto: Angely Rahma/detikJatim
Surabaya -

Dalam budaya Jawa, Malam 1 Suro menempati posisi yang sangat penting. Meski zaman terus berkembang, tradisi ini tetap lestari dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sebagian Jawa Timur. Setiap tahunnya, masyarakat menyambut datangnya malam ini dengan penuh khidmat dan kehati-hatian.

Lalu apa itu malam 1 suro? apa saja larangannya? Simak rangkumannya berikut ini.

Apa Itu Malam 1 Suro?

Malam 1 Suro adalah malam yang menandai pergantian tahun dalam kalender Jawa, yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriyah (Islam). Dengan demikian, Malam 1 Suro adalah awal bulan Suro, yaitu bulan pertama dalam penanggalan Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun 2025, Malam 1 Suro jatuh pada Jumat malam, tanggal 27 Juni 2025. Tanggal ini ditetapkan berdasarkan penanggalan Jawa yang disusun oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram, pada tahun 1633 Masehi. Penanggalan ini menggabungkan sistem kalender Islam (Hijriyah), kalender Hindu, dan kalender matahari.

Dalam masyarakat Jawa, malam ini dipercaya sebagai malam yang sakral dan penuh kekuatan spiritual. Oleh karena itu, banyak yang memilih untuk menyambutnya dengan kegiatan keagamaan, perenungan, dan ritual-ritual tertentu.

ADVERTISEMENT

Sejarah Penetapan Malam 1 Suro

Asal-usul Malam 1 Suro tak bisa dilepaskan dari kebijakan Sultan Agung Hanyokrokusumo, seorang raja besar Kesultanan Mataram. Ia menetapkan kalender Jawa dengan mengadopsi sistem kalender Islam untuk menggantikan sistem Saka (kalender Hindu). Tujuannya adalah untuk menyatukan golongan abangan (kepercayaan tradisional) dan santri (umat Islam) dalam satu sistem budaya dan penanggalan yang harmonis.

Langkah ini juga dipandang sebagai strategi politik Sultan Agung untuk menyatukan rakyatnya, termasuk dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Oleh karena itu, 1 Suro memiliki nilai sejarah, spiritual, dan budaya yang sangat mendalam bagi masyarakat Jawa.

Pantangan di Malam 1 Suro

Sebagai malam yang dianggap sakral, terdapat beberapa pantangan atau larangan yang dipercaya harus dihindari selama Malam 1 Suro. Pantangan ini telah menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Berikut beberapa larangan yang umum diyakini masyarakat Jawa:

1. Dilarang Keluar Rumah

Salah satu pantangan paling populer adalah larangan keluar rumah pada Malam 1 Suro. Masyarakat percaya bahwa malam tersebut penuh dengan aura mistis dan energi gaib. Diyakini bahwa pada malam itu, makhluk halus dan roh leluhur berkeliaran di bumi. Keluar rumah tanpa keperluan yang jelas bisa mengundang kesialan atau bahkan gangguan gaib. Oleh karena itu, banyak orang memilih berdiam diri, berdoa, dan bermeditasi di rumah.

2. Larangan Mengadakan Pernikahan dan Hajatan

Malam 1 Suro juga dikenal sebagai waktu yang tidak baik untuk menyelenggarakan hajatan besar, seperti pernikahan, khitanan, atau pesta lainnya. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, melangsungkan pernikahan di bulan Suro bisa membawa ketidakbahagiaan dan keretakan rumah tangga. Karena alasan inilah banyak keluarga memilih menunda perayaan hingga bulan berikutnya yang dianggap lebih membawa berkah.

3. Dilarang Pindah Rumah

Pindahan rumah atau memulai tinggal di rumah baru saat Malam 1 Suro juga merupakan pantangan keras. Hal ini dipercaya bisa mendatangkan energi buruk bagi penghuni rumah baru tersebut. Banyak orang takut jika melanggar larangan ini, keluarga yang menempati rumah bisa mengalami kesialan seperti sakit berkepanjangan, rezeki seret, atau gangguan lainnya.

4. Tidak Boleh Bersuara Bising atau Berteriak

Dalam beberapa tradisi, seperti Tapa Bisu di Keraton Yogyakarta, kesunyian menjadi simbol penyucian diri. Masyarakat diajak untuk menghindari kegaduhan, perdebatan, apalagi pertengkaran. Mereka percaya bahwa menjaga ketenangan pada malam ini dapat membuka pintu-pintu kebijaksanaan dan kedamaian batin. Suasana yang sunyi mendukung proses introspeksi diri dan memperkuat hubungan spiritual dengan Yang Maha Kuasa.

5. Menjaga Ucapan: Tidak Boleh Berkata Kasar

Selain menjaga tindakan, masyarakat juga dianjurkan menjaga ucapan. Kata-kata kasar, makian, atau ucapan negatif lainnya dipercaya dapat menjadi kenyataan jika diucapkan pada malam tersebut. Karena itu, banyak yang lebih memilih diam atau hanya berbicara hal-hal positif saja agar tidak mengundang nasib buruk.

6. Tidak Dianjurkan Membangun Rumah

Membangun atau memulai proyek besar seperti pembangunan rumah di malam 1 Suro sangat dihindari. Menurut kepercayaan, hal ini dapat mengundang bala atau halangan besar dalam hidup. Oleh karena itu, proses pembangunan rumah biasanya dihentikan sementara atau dijadwalkan ulang untuk menghindari tanggal ini. Waktu pembangunan akan dipilih kembali berdasarkan perhitungan hari baik menurut kepercayaan Jawa.

Malam 1 Suro bukan sekadar malam biasa, tetapi sebuah momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, merenungi perjalanan hidup, dan memohon perlindungan serta keselamatan. Tradisi ini menunjukkan betapa dalamnya filosofi hidup masyarakat Jawa yang mengedepankan keseimbangan antara lahir dan batin, antara dunia nyata dan dunia spiritual. Semoga bermanfaat.




(ihc/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads