Jelang Idul Adha, Perajin Besek di Klaten Kebut Stok Pesanan

Jelang Idul Adha, Perajin Besek di Klaten Kebut Stok Pesanan

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 18 Mei 2025 17:58 WIB
Para perajin besek di Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Minggu (18/5/2025).
Para perajin besek di Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Minggu (18/5/2025). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Warga perajin besek atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu di Dusun Bero, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, mulai mempersiapkan diri menjelang hari raya Idul Adha. Produksi besek mulai dikebut untuk melayani permintaan yang biasanya melonjak.

"Ini mulai digarap bareng-bareng, bersama tetangga. Untuk produksi ya bisa 100 besek sehari kalau bareng-bareng," ungkap perajin besek, Lilis Istiqomah (40) kepada wartawan di rumahnya, Dusun Bero, Minggu (18/5/2025).

Dijelaskan Lilis, di hari biasa jika tidak menghadapi pesanan paling dirinya hanya bisa membuat 20 besek tetapi jika bersama tetangga bisa 100 biji. Mendekati Idul Adha kali ini pesanan memang belum datang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini sementara belum ada pesanan, biasanya kurang satu bulan sudah ada pesanan tapi ini belum ada. Kita cuma siap-siap saja," terang Lilis.

Saat Idul Adha seperti tahun lalu, ungkap Lilis, pesanan besek bisa 400-600 biji per orang. Pesanan berasal dari berbagai daerah di Klaten.

ADVERTISEMENT

"Bisanya 400-600 besek per pesanan. Misalnya dari Delanggu itu sudah langganan, daerah lainnya juga ada," katanya.

Untuk besek yang diproduksi, kata Lilis, ada berbagai ukuran untuk berbagai keperluan masyarakat. Mulai ukuran 25x25 sentimeter sampai ukuran kecil 10x10 sentimeter.

"Untuk yang paling sering itu ukuran 25x25 sentimeter, biasanya untuk hajatan, juga Idul Adha karena lebih alami daripada wadah plastik. Untuk ukuran tanggung sampai kecil juga ada," sebut Lilis.

Lilis mengungkapkan harga ukuran besar 25 sentimeter per bijinya Rp 2.000. Sedangkan untuk yang kecil ukuran 10 sentimeter harganya Rp 1.000 per biji.

"Yang kecil ini Rp 1.000 per biji tapi jarang dipesan, yang tanggung Rp 1.700 per biji. Biasanya belinya satu ikat isinya 10 biji," lanjut Lilis.

Kerajinan besek di desanya, kata Lilis sudah ada turun-temurun sejak lama. Bahkan saat dirinya masih kecil sudah ada.

"Sejak saya kecil belum sekolah sudah ada. Di sini rata-rata rumah buat besek untuk pekerjaan sampingan ibu rumah tangga," sambung Lilis.

Sukiman, warga setempat, menceritakan kerajinan besek itu sudah ada sejak lama. Dulunya yang dibuat warga lebih banyak membuat kepang atau alas dari anyaman bambu.

"Riyin katah (dulu kebanyakan) yang buat kepang di sini. Setelah model tikar plastik, alas plastik, pindah membuat besek," kata Sukiman kepada detikJateng.

Jumlah perajin, sebut Sukiman, saat ini hanya sekitar 20 hingga 30-an orang. Menjelang Idul Adha jumlahnya bertambah karena pesanan biasanya banyak.

"Mau Idul Adha banyak yang buat karena biasanya pesanan meningkat. Bahannya bambu apus kalau di sini," katanya.




(rih/rih)


Hide Ads