Petani warga Dusun Bero, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Sukiman (60) alias Ponco dijuluki 'penghulu' di desanya. Namun dia ternyata bukan petugas pencatat nikah, melainkan pemilik jasa kawin kambing.
Tiap hari dia menerima kedatangan 'pasien' berupa kambing betina untuk dikawinkan dengan kambing jantan miliknya. Dia tidak pernah libur membuka praktik.
"Nggak ada musiman, nggak pernah lowong. Sebulan sekitar 30 ekor lebih lah pasiennya," kata Ponco saat ditemui, Minggu (18/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengandalkan 2 pejantan miliknya. Ada kambing jenis etawa dan jenis bligon. Semuanya kambing itu harus bekerja keras agar tidak mengecewakan pelanggan.
"Sehari bisa dua sampai tiga kali kawin bisa gantian. Bibitnya pejantan unggul tapi saya tidak pernah ikutan kontes," kata Ponco memamerkan kemampuan kambingnya.
Agar pelanggan semakin senang, dia menyiapkan kandang khusus untuk 'malam pengantin' kambing-kambing itu. Kandang berukuran 3X11 meter itu cukup bersih.
"Yang nginap kadang tiga sampai empat ekor, bisa semalam dan ada yang sampai seminggu. Tapi kalau sudah birahi ya bisa langsung kawinkan dan dibawa pulang," sebut Ponco
Meski demikian, Ponco juga tidak keberatan kambingnya dibooking langsung ke rumah pelanggan. Tentu saja dia mematok tarif lebih tinggi karena harus antar-jemput.
"Ya tidak sama tergantung jauh dekatnya, ya ada yang Rp 125.000, Rp 100.000, Rp 75.000. Ya kalau cuma dekat sini cuma Rp 50.000 lah, kan saya ambil pakai motor, nginep ya beda lagi karena ada pakan," tutur Ponco.
Soal penghasilan, lanjut Ponco, cukup menggembirakan. Kakek yang menekuni bisnis jasa kawin sapi sejak 1997 itu bisa meraup untung sampai Rp 7 juta sebulan.
"Rata-rata Rp 7 juta per bulan, itu kotor. Dipotong untuk pakan sekitar Rp 2 juta," ungkap Ponco.
Saking lamanya dia berbisnis jasa kawin kambing, pelanggannya berdatangan dari berbagai daerah di Klaten. Dia bahkan dijuluki sebagai naib atau penghulu.
"Terkenalnya Pak Ponco naib (penghulu), naib kambing," katanya sambil tertawa.
(ahr/rih)