Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mencatat ada ratusan hewan sapi dan kerbau yang terindikasi penyakit mulut dan kuku atau PMK. Dinas Pertanian dan Pangan Kudus pun akan menutup pasar hewan mulai pekan depan selama dua minggu.
"Kita setiap hari ada pengecekan di lapangan tetap ada tersuspek. Kemudian kita lakukan penutupan pasar selama dua pekan, mulai Rabu (8/6) depan karena pasaran di Kudus mulai Kliwon ya sampai dua Kliwon kita tutup," terang Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dispertan Kabupaten Kudus, Agus Setiawan, kepada wartawan ditemui di Pendapa Kabupaten Kudus, Jumat (3/6/2022).
Kudus memiliki dua pasar hewan yakni Pasar Gulang di Kecamatan Mejobo dan Pasar Jurang di Kecamatan Gebog. Keduanya akan ditutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita informasikan kepada pedagang untuk tidak melakukan aktivitas terlebih dahulu. Ada dua pasar yang ditutup Gulang Kecamatan Mejobo dan Jurang Kecamatan Gebog," ungkap Agus.
"Aktivitas sapi sekitar 150-an ekor, kerbau sekitar seratusan kambing sekitar 300-an ekor. Hari ini belum ditutup karena ini ada penambahan risiko maka dari itu dilakukan ditutup pasar hewan," sambung dia.
Agus memerinci total kasus hewan ternak sapi dan kerbau yang terindikasi terkena PMK ada 354 ekor. Di antaranya 11 ekor positif PMK, satu ekor mati. Lalu ada 91 ekor proses penyembuhan, 76 ekor dinyatakan sembuh, dan 176 ekor suspek.
"Hampir semua di wilayah kecamatan ditemukan hewan yang terindikasi hewan ternak," jelas dia.
Terpisah, Bupati Kudus HM Hartopo meminta kepada dinas terkait untuk menyiapkan dokter hewan. Sebab menurutnya dokter hewan hanya ada dua saja. Hartopo juga meminta untuk memberikan antibodi kepada hewan ternak yang ada di Kudus.
"Kita kekurangan SDM sementara ada dua tim dan saya suruh menambah lagi, melibatkan dokter hewan swasta, dan menyuruh untuk penutupan pasar hewan. Karena ini yang terdeteksi 176 hewan ternak sapi. Sementara ini mati satu, yang sembuh ada 76 yang seratus masih dipantau," jelas Hartopo kepada wartawan ditemui di Pendapa Kudus siang ini.
"Saya suruh juga untuk melakukan penyuntikan antibiotik dan monitoring di setiap wilayah hewan masuk untuk diskrining," pungkas dia.
(sip/ams)