Lebih dari separuh Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Boyolali mengalami kekurangan murid baru dalam tahun ajaran 2025/2026 ini. Bahkan, ada dua SD yang sama sekali tidak mendapatkan murid baru. Lalu bagaimana dengan guru-guru di sana?
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Lasno, mengatakan untuk sekolah yang tidak mendapatkan siswa baru itu tidak lantas menganggur. Karena di Boyolali sendiri saat ini juga mengalami kekurangan guru. Disdikbud melakukan subsidi silang para guru SD tersebut.
"Hampir di semua wilayah di kita itu pasti ada kekurangan guru. Karena dengan adanya larangan tidak boleh mengangkat guru honorer, ini kita memang agak kerepotan. Namun demikian kita menggunakan prinsip subsidi silang waktu itu dengan adanya regrouping, beberapa guru SD bisa kita kita arahkan ke distribusi ke sekolah-sekolah," kata Lasno, Jumat (18/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah guru yang pensiun setiap tahunnya, tutur Lasno, mencapai 300-350 orang. Dalam 4 tahun terakhir ini, sejak ada larangan mengangkat guru tidak tetap (GTT), sehingga sejak tahun 2021 sampai sekarang sudah kekurangan sekitar 1.200 guru.
"Belum dikurangi guru yang menjadi kepala sekolah, pengawas, guru yang mungkin pindah keluar daerah," jelasnya.
Untuk mengatasi kekurangan guru itu, maka dilakukan subsidi silang. Guru yang jam mengajarnya kurang, diarahkan untuk mengajar di sekolah lain. Termasuk yang di SD Tawengan, Teras yang di tahun ajaran baru ini tidak mendapat siswa baru.
"Ternyata itu kelas 3 juga tidak ada siswanya. Nah guru yang di sana genap 6, yang (guru) kelas 3 sudah kita (berikan) surat perintah untuk mengajar di sekolah lain," ujar Lasno.
Untuk regrouping SD, menurut Lasno, sangat mungkin dilakukan. Namun hal itu masih perlu kajian lagi. Karena banyak sekali SD yang jumlah siswanya sedikit sekali.
"Banyak SD. Saya baru punya data di dua kecamatan, ini (SD) dapat 5, dapat 4, dapat 3 (siswa) itu banyak. Sangat mungkin SD yang dapat 2, dapat 3 ini kita lihat, di desa itu ada berapa SD. Kalau memang ada 2 atau 3 SD, sangat mungkin ini kita lakukan regrouping. Karena jelas sudah tidak efektif. Satu sekolah ada yang muridnya hanya 16 anak," katanya.
Pihaknya akan melakukan kajian. Sepanjang regrouping di wilayah itu memungkinkan dilakukan dan Bupati mengizinkan, maka akan lakukan regrouping. Hal itu untuk efektivitas dan mengatasi kekurangan guru. Guru-gurunya dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah lain di wilayah tersebut.
(apu/afn)