2 SD Negeri di Boyolali Tak Dapat Siswa Baru Tahun Ini

2 SD Negeri di Boyolali Tak Dapat Siswa Baru Tahun Ini

Jarmaji - detikJateng
Selasa, 15 Jul 2025 18:22 WIB
Sekretaris Disdikbud Boyolali, Lasno.
Sekretaris Disdikbud Boyolali, Lasno. Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali - Lebih dari separuh Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Boyolali dalam tahun ajaran baru 2025/2026 ini, mengalami kekurangan siswa. Bahkan ada dua sekolah yang sama sekali tidak mendapatkan murid baru.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Lasno, mengatakan dalam penerimaan siswa baru untuk SD di tahun ajaran baru ini, banyak SDN di Boyolali yang mengalami kekurangan murid. Dengan standar per kelas 28 siswa, dari jumlah SDN di Boyolali sebanyak 543 sekolah, diperkirakan 50 persen lebih mengalami kekurangan murid baru.

"50 persen kekurangan (siswa).Dengan standar 28 (siswa) per kelas, itu 50 persen lebih, kurang dari itu (28 siswa)," kata Lasno, ditemui para wartawan di ruang kerjanya Selasa (15/7/2025).

Ratusan sekolah tak mendapatkan 28 anak per kelas sebagaimana kuota yang tersedia. Bahkan ada 2 SDN yang sama sekali tidak mendapatkan murid baru untuk tahun ajaran 2025/2026 ini.

"Informasi yang masuk 2 sekolah (yang sama sekali tidak mendapat murid baru). Yaitu SD Sucen, (Kecamatan) Simo dan SD Tawengan, (Kecamatan) Teras. Nol siswa," ungkapnya.

Faktor banyaknya sekolah yang kekurangan murid tersebut, Lasno, mengungkapkan kemungkinan karena beberapa faktor. Pertama, kemungkinan lulusan TK di wilayah itu sedikit. Kemungkinan lainnya, anak-anak lebih tertarik sekolah di luar daerahnya.

"Seperti di Tawengan, Teras ini anak-anak lebih suka ke MI yang ada di Sawit, Tegalrejo sama SD Kadirsa (Teras)," jelasnya.

Faktor lainnya, lanjut dia, karena program Keluarga Berencana (KB) Pemerintah berhasil, sehingga tingkat kelahiran juga mengalami penurunan.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah tren dari keluarga ekonomi menengah ke atas, ini sudah mengincar ke SD-SD swasta. Seperti di di Simo misalkan ya, ada ada dua SD swasta yang besar. Ini nerima siswanya paling tidak hampir tiga kelas. Tiga kelas kalau dikalikan 28 kan hampir 90 (siswa) kan," tambah dia.

Ditanya terkait banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya ke swasta kemungkinan karena mengejar kualitas sekolah, Lasno, mengatakan hal itu sangat mungkin. Namun dimungkinkan juga pertimbangan lain karena saat ini banyak pasangan suami - istri yang bekerja semua.

"Sangat mungkin. Tapi juga ada pertimbangan lain mungkin karena sekarang ini kan banyak pasangan-pasangan yang suami istri sama-sama bekerja ya. Entah itu di sektor pemerintah maupun di di industri dalam ini pabrik-pabrik di sekitar situ. Sehingga mereka masukkan ke sekolah swasta yang mungkin jam belajarnya dari pagi sampai agak sore, sehingga ngiras-ngirus (sekalian) nitip momong," katanya.

Ditanya terkait regrouping, Lasno mengatakan hal itu sangat mungkin dilakukan. Namun hal itu masih perlu dilakukan pengkajian lagi.

SDN Tawengan Tersisa 17 Siswa

Sementara itu, Salah seorang guru di SD Tawengan, Teras, Tri Istikanah, mengemukakan bahwa untuk siswa kelas 1 di SD Tawengan sampai saat ini tidak ada muridnya. Jumlah total siswa di SD Tawengan saat ini 17 anak.

"Untuk saat ini kelas 1 itu belum ada pendaftar," kata Tri Istikanah kepada para wartawan.

Tak hanya kelas 1 yang tidak ada muridnya. Tetapi kelas 3 saat ini juga tidak memiliki siswa.

"(Yang kosong siswanya) Kelas 1 dan 3. (Total murid) Ada 17," ungkapnya.

Untuk kelas 2 ada 4 siswa. Kemudian kelas 4 ada 3 siswa. Terus kelas 5 ada 5 dan kelas 6 ada 4," terang dia.

Pihak sekolah sudah berupaya untuk mendapatkan siswa baru. Mulai dari mendatangi ke masyarakat secara door to door, hingga memberikan seragam gratis. Pihaknya berharap SD Tawengan ini seperti tahun-tahun yang lalu, memiliki siswa banyak dan sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga pihaknya sebagai guru tetap bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.

Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi, menyoroti tentang kualitas terkait banyaknya SD yang kekurangan murid ini. Pihaknya mendorong Disdikbud untuk mengadopsi kurikulum yang diberikan di sekolah swasta.

"Kenapa masyarakat sekarang menempatkan putra-putranya itu di sekolah swasta, karena mereka bicara tentang kualitas. Sehingga kami mendorong kepada dinas dalam hal Disdikbud bagaimana caranya kita setidaknya mengadopsi terkait dengan kurikulum yang sudah diberikan oleh SD swasta," kata Suyadi.


(afn/apl)


Hide Ads