Kala 2 SD Negeri di Boyolali Nol Siswa Baru Tahun Ini

Round-Up

Kala 2 SD Negeri di Boyolali Nol Siswa Baru Tahun Ini

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 16 Jul 2025 07:01 WIB
Ilustrasi Anak Sekolah
Ilustrasi Anak Sekolah. Foto: iStockphoto/Getty Images/Riza Azhari.
Solo - Sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Boyolali dalam tahun ajaran baru 2025/2026 ini, mengalami kekurangan siswa. Lebih parah lagi, ada dua sekolah yang sama sekali tidak mendapatkan murid baru atau nol siswa baru.

Hal itu sebagaimana diungkapkan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Lasno. Lasno mengatakan dalam penerimaan siswa baru untuk SD di tahun ajaran baru ini, banyak SDN di Boyolali yang mengalami kekurangan murid. Dengan standar per kelas 28 siswa, dari jumlah SDN di Boyolali sebanyak 543 sekolah, diperkirakan 50 persen lebih mengalami kekurangan murid baru.

"50 persen kekurangan (siswa).Dengan standar 28 (siswa) per kelas, itu 50 persen lebih, kurang dari itu (28 siswa)," urai Lasno, ditemui para wartawan di ruang kerjanya Selasa (15/7/2025).

Ratusan sekolah tak mendapatkan 28 anak per kelas sebagaimana kuota yang tersedia. Bahkan ada 2 SDN yang sama sekali tidak mendapatkan murid baru untuk tahun ajaran 2025/2026 ini.

"Informasi yang masuk 2 sekolah (yang sama sekali tidak mendapat murid baru). Yaitu SDSucen, (Kecamatan)Simo dan SDTawengan, (Kecamatan) Teras. Nol siswa,"ungkapnya.

Faktor Penyebab

Lasno menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab banyaknya sekolah yang kekurangan murid. Yang pertama, kemungkinan lulusan TK di wilayah itu sedikit. Kemungkinan lainnya, anak-anak lebih tertarik sekolah di luar daerahnya.

"Seperti di Tawengan, Teras ini anak-anak lebih suka ke MI yang ada di Sawit, Tegalrejo sama SD Kadirsa (Teras)," tuturnya.

Selain itu, faktor lainnya yakni program Keluarga Berencana (KB) Pemerintah berhasil. Keberhasilan program tersebut membuat tingkat kelahiran juga mengalami penurunan.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah tren dari keluarga ekonomi menengah ke atas, ini sudah mengincar ke SD-SD swasta. Seperti di di Simo misalkan ya, ada ada dua SD swasta yang besar. Ini nerima siswanya paling tidak hampir tiga kelas. Tiga kelas kalau dikalikan 28 kan hampir 90 (siswa) kan," terang dia.

Alasan Pilih Swasta

Saat disinggung perihal kualitas sekolah yang menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah siswa baru, Lasno, mengatakan hal itu sangat mungkin. Kendati begitu, Lasno juga mengungkap adanya kemungkinan lain kala mencari sekolah untuk anak. Yakni pertimbangan karena saat ini banyak pasangan suami - istri yang bekerja semua.

"Sangat mungkin. Tapi juga ada pertimbangan lain mungkin karena sekarang ini kan banyak pasangan-pasangan yang suami istri sama-sama bekerja ya. Entah itu di sektor pemerintah maupun di di industri dalam ini pabrik-pabrik di sekitar situ. Sehingga mereka masukkan ke sekolah swasta yang mungkin jam belajarnya dari pagi sampai agak sore, sehingga ngiras-ngirus (sekalian) nitip momong," katanya.

Ditanya terkait regrouping, Lasno mengatakan hal itu sangat mungkin dilakukan. Namun hal itu masih perlu dilakukan pengkajian lagi.

SDN Tawengan Tersisa 17 Siswa

Salah seorang guru di SD Tawengan, Teras, Tri Istikanah, mengemukakan bahwa untuk siswa kelas 1 di SD Tawengan sampai saat ini tidak ada muridnya. Jumlah total siswa di SD Tawengan saat ini 17 anak.

"Untuk saat ini kelas 1 itu belum ada pendaftar," kata Tri Istikanah kepada para wartawan.

Tak hanya kelas 1 yang tidak ada muridnya. Tetapi kelas 3 saat ini juga tidak memiliki siswa.

"(Yang kosong siswanya) Kelas 1 dan 3. (Total murid) Ada 17," ungkapnya.

Untuk kelas 2 ada 4 siswa. Kemudian kelas 4 ada 3 siswa. Terus kelas 5 ada 5 dan kelas 6 ada 4," terang dia.

Jaring Siswa Door to Door

Pihak sekolah sudah berupaya untuk mendapatkan siswa baru. Mulai dari mendatangi ke masyarakat secara door to door, hingga memberikan seragam gratis. Pihaknya berharap SD Tawengan ini seperti tahun-tahun yang lalu, memiliki siswa banyak dan sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga pihaknya sebagai guru tetap bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mencerdaskan anak bangsa.

Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Suyadi, menyoroti tentang kualitas terkait banyaknya SD yang kekurangan murid ini. Pihaknya mendorong Disdikbud untuk mengadopsi kurikulum yang diberikan di sekolah swasta.

"Kenapa masyarakat sekarang menempatkan putra-putranya itu di sekolah swasta, karena mereka bicara tentang kualitas. Sehingga kami mendorong kepada dinas dalam hal Disdikbud bagaimana caranya kita setidaknya mengadopsi terkait dengan kurikulum yang sudah diberikan oleh SD swasta," kata Suyadi.


(apl/apl)


Hide Ads