Tugu Soeharto di Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, tampak ramai pada malam 1 Suro atau 1 Muharam 1447 Hijriah. Puluhan orang berdatangan untuk berendam maupun mencuci keris di sungai yang dianggap keramat oleh warga setempat itu.
Pantauan detikJateng di lokasi sekitar pukul 23.00 WIB, tampak para pengunjung tengah duduk-duduk di tepi sungai. Mereka ada yang datang membawa pusaka, menyalakan dupa, ataupun hanya sekadar berbincang di tepi sungai.
Beberapa pengunjung mengaku hendak menjalankan tradisi kuno Jawa, yaitu kungkum atau berendam di air sungai untuk membersihkan diri lahir dan batin. Salah satunya Krisna (24), warga Barusari, yang mengaku rutin mengikuti ritual ini setiap malam 1 Sura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya seperti biasa, nanti pas pukul 00.00 WIB. Ada sedikit penyampaian untuk leluhur. Bukan hanya membersihkan pusaka, tapi juga membersihkan diri sendiri," kata Krisna saat ditemui detikJateng, Kamis (26/6/2025) malam.
Menurutnya, tempat ini diyakini keramat karena berada di titik pertemuan dua aliran sungai, yang dalam kepercayaan Jawa disebut sebagai titik energi.
"Kalau filosofinya saya kurang paham ya, cuma kebanyakan memang dipercaya keramat dari dulu," ungkapnya.
Tradisi kungkum ini dijalankan secara mandiri dan diam-diam. Tidak ada upacara resmi, tak ada panggung hiburan. Semua datang dalam senyap, larut dalam air dan doa.
"Kalau saya biasanya satu-dua jam berendam sambil berdoa. Yang penting fokus, jangan mikir dingin. Kalau sudah di air, justru nggak kerasa, kerasanya pas sudah keluar," jelas Krisna.
![]() |
Pengunjung lainnya, Ali (32), mengaku malam itu membawa tiga pusaka untuk dicuci. Ini kali pertama ia menjalani ritual kungkum di Tugu Soeharto. Sebelumnya, ia biasa datang ke Parangkusumo, Bantul, lokasi yang juga diyakini sakral.
"Saya bawa tiga pusaka buat dicuci. Selain itu juga bawa dupa, orang Jawa biasa menyebutnya ubo rampe," jelasnya.
Sekitar tujuh hari sebelum menjalankan ritual kungkum, ia mengaku melaksanakan puasa mutih terlebih dahulu.
"Yang paling sudah malah itu sebenarnya, menahan godaan pas puasa mutih tujuh hari," jelasnya.
Menurutnya, membersihkan pusaka dan kungkum di malam 1 Suro bukan sekadar tradisi, tapi bagian dari laku spiritual yang dipercayai membawa manfaat mulai dari keseimbangan batin, tolak bala, bahkan awet muda.
"Kalau nggak percaya ya mitos. Tapi kalau percaya ya bisa. Dulu pernah kejadian. Terus biasanya ada mbah-mbah yang mandi tiap 1 Sura, rambutnya panjang, dipercaya sesepuh sini," tuturnya.
Ia yang sudah terbiasa menjalani kungkum pun bahkan mengaku mengalami kondisi setengah sadar saat melakukan ritual kungkum.
"Pernah muntah darah juga. Itu kan kuat-kuatan batin. Waktu kungkum itu kondisi setengah sadar, tapi kalau nggak fokus ya nggak bisa," ujarnya.
Berdasarkan penuturannya, mereka yang melakukan ritual ini biasanya memilih berendam sendiri untuk menjaga kekhusyukan, sehingga memiliki spot sendiri yang jauh dari keramaian.
"Kalau bareng-bareng nanti bising, susah fokus. Meditasi juga bisa goyah," jelas Krisna.
(apu/apu)