Persoalan tanah gerak di Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, masih belum terurai. Saat ini terdapat 14 rumah warga yang rusak akibat tanah gerak dan masih ditempati.
Pantauan detikJateng di Desa Sembawa, Kamis (5/6/2025), sejumlah rumah warga masih terlihat retak pada dinding. Beberapa dinding terlihat menganga hingga 10 sentimeter.
Beberapa rumah warga lantainya juga ambles dan sebagian rumah tampak miring. Warga yang masih menempati rumahnya mengaku ketakutan saat turun hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu warga, Timah (70), mengaku tidak berani ke rumah bagian belakang saat turun hujan. Mengingat kondisi lantainya sudah ambles dan dindingnya sudah retak-retak.
"Kalau hujan takut jadi saya tidak berani ke belakang karena sudah ambles dan retak-retak. Jadi hanya di depan saja," ujar Timah saat ditemui di rumahnya, siang ini.
Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak empat tahun lalu. Ia berharap ada penanganan. Mengingat hingga saat ini intensitas hujan masih cukup tinggi.
"(Rumah retak dan ambles) Sudah lama, ya sudah ada sekitar 4 tahun. Harapannya ada penanganan biar tidak takut lagi," kata dia.
Warga Desa Sembawa lainnya, Tarbini (80), mengaku hampir seluruh rumahnya sudah rusak. Bahkan, kondisi rumahnya saat ini sudah miring akibat tanah gerak.
"Retak semua, tembok depan, hampir semuanya rusak, karena juga rumahnya sudah miring," ungkapnya.
![]() |
Sementara itu, Kepala Desa Sembawa, Aditya Yoga menyebut ada 17 rumah yang terdampak tanah gerak di wilayahnya. Dari jumlah tersebut, tiga rumah sudah direlokasi.
"Total sebenarnya ada 17 rumah, tetapi yang 3 rumah sudah direlokasi, kami menyediakan tempatnya saja menggunakan tanah milik desa. Jadi sekarang masih ada 14 rumah warga yang rusak akibat tanah gerak," terang Yoga.
Dari 14 rumah tersebut, dua rumah di antaranya rusak berat. Kondisinya dinding retak, lantai ambles, dan bangunan sudah miring.
"Ada 2 rumah sebenarnya yang rusak berat. Kondisinya sudah miring bangunannya. Dari data terakhir ada 5 jiwa yang tinggal di 2 rumah itu," sebutnya.
Yoga mengaku sudah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait hal ini. Selain itu, juga sudah dibuatkan drainase untuk mencegah bertambahnya pergerakan tanah.
"Koordinasi dengan dinas-dinas terkait sudah kami lakukan, termasuk saya saat itu juga ikut dalam perumusan proposal untuk pengajuan bantuan. Sedangkan dari desa, kami sudah membuat drainase-drainase untuk mengurangi debit air yang ke selatan, karena kebetulan di bagian selatan desa kami," kata dia.
Yoga berharap Pemerintah Kabupaten Banjarnegara berkomunikasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Mengingat pergerakan tanah tersebut dipicu erosi dari sungai yang berada tidak jauh dari permukiman warga.
"Ada beberapa kendala pertama berkait kewenangan, karena sungai itu masuk Serayu Opak. Jadi saya harap bisa dibantu dari Kabupaten. Karena ini dipicu dari erosi sungai. Jarak sungai ke rumah warga itu sekitar 40 meter," jelasnya.
(ams/rih)