Sebanyak 13 rumah warga dan satu musala di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara rusak berat akibat tanah gerak. Bahkan hingga saat ini, tanah masih terus bergerak dan kerusakan rumah terus bertambah.
Berdasarkan pantauan detikJateng, Rabu (22/1/2025) sejumlah rumah sudah terlihat sangat miring. Bahkan sesekali terdengar suara benda jatuh lantaran tingkat kemiringan rumah bertambah.
Warga atau relawan yang terpaksa lewat di dekat rumah-rumah tersebut pun harus lari karena takut rumah tersebut roboh. Meskipun saat ini sudah dipasang garis polisi agar warga yang tidak berkepentingan untuk tidak mendekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kades Ratamba Juniawan menyebut saat ini terdapat 13 rumah warga dan 1 tempat ibadah rusak berat. Rumah-rumah tersebut sudah tidak bisa ditempati.
"Per hari ini ada 13 rumah warga yang rusak berat ditambah 1 tempat ibadah. Itu sudah tidak bisa ditempati selain rusak juga karena berbahaya," ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu (22/1/2025).
Saat ini, warga yang menempati rumah tersebut terpaksa diungsikan. Selain 13 rumah, terdapat 2 rumah yang juga diungsikan karena berada di sekitar lokasi tanah gerak.
"Saat ini warga mengungsi. Ada 2 rumah juga ikut mengungsi. Total yang mengungsi ada 17 KK atau 62 jiwa. Tempat pengungsiannya tersebar di di rumah-rumah saudaranya dan masih di Desa Ratamba," ungkapnya.
![]() |
Ia menjelaskan, tanah sampai saat ini masih terus bergerak. Kondisi kerusakan rumah pun semakin bertambah jika dibanding hari sebelumnya.
"Kondisi rumah-rumah ini kemarin belum seperti ini. Ini tambah parah setiap harinya bahkan setiap jam. Karena tanah terus bergerak," kata dia.
Sementara itu, salah satu korban pemilik rumah Rahman mengatakan, awal mula ada retakan di rumah beberapa waktu lalu. Namun mulai Senin (20/1) terdengar suara mirip ledakan dan retakan rumah semakin parah.
"Awalnya memang sudah ada retakan sedikit tetapi kami masih menempati rumah. Nah hari Senin kemari nada suara kaya ledakan, itu rekahan tanah dan terus terjadi pergerakan tanah. Setelah itu saya sudah tidak berani menempati rumah ini," ungkapnya.
Padahal, sebagian perabotan masih berada di dalam rumah. Ia mengaku takut untuk mengambilnya lantaran kondisi rumah sudah sangat miring.
"Untuk perabotan Sebagian sudah diambil tapi Sebagian masih di dalam. Kaya lemari, kursi dan diesel misalnya. Mau mengambil takut," ujarnya.
Berdasarkan penghitungannya, kerugian akibat tanah gerak yang ia alami mencapai Rp 2 miliar. Terdiri dari dua rumah lantai 2 dan 1 rumah milik anaknya.
"Ini ada tiga rumah sama punya anak saya. Kerugian itu sekitar Rp 2 miliar," sebutnya.
(afn/ahr)