10+ Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan Singkat dan Terbaru Beserta Judulnya

#RamadanJadiMudah by BSI

10+ Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan Singkat dan Terbaru Beserta Judulnya

Anindya Milagsita - detikJateng
Kamis, 06 Mar 2025 13:25 WIB
10+ Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan Singkat dan Terbaru Beserta Judulnya
Ilustrasi ceramah tentang Ramadhan. (Foto: pikisuperstar/Freepik)
Solo -

Bulan Ramadhan biasanya akan diwarnai dengan berbagai kajian hingga pengajian yang bertemakan tentang ibadah puasa maupun keutamaan bulan puasa itu sendiri, sehingga diperlukannya contoh teks ceramah untuk disampaikan. Berikut akan dipaparkan 10+ teks ceramah tentang puasa Ramadhan secara singkat untuk dapat dijadikan sebagai referensi bagi kaum muslim.

Mengutip dari buku 'Metode Dakwah Masyarakat Multikultur' oleh Dr H Rosidi, MA, bahwa ceramah merupakan sebuah metode dakwah tertua yang telah digunakan oleh para nabi dan rasul terdahulu. Biasanya ceramah dijadikan sebagai metode dakwah dalam menyampaikan risalah ilahi.

Melalui ceramah, seseorang akan menyampaikan pesan keagamaan kepada khalayak umum. Umumnya, seorang mubalig atau penceramah akan menyampaikan materi melalui lisan. Sementara itu, jamaah atau audiens menyimak dan mendengarkan materi yang disampaikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu waktu yang banyak disampaikannya ceramah adalah bulan Ramadhan. Topik yang disampaikan juga beragam, termasuk mengenai ibadah puasa.

Bagi detikers yang tengah mencari referensi teks ceramah tentang puasa Ramadhan, artikel ini akan merangkum sejumlah contohnya. Simak baik-baik pilihannya berikut ini, ya.

ADVERTISEMENT

10+ Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan

Dihimpun dari laman resmi Nahdlatul Ulama, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Kementerian Agama (Kemenag) RI, Muhammadiyah, hingga modul 'Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala Selama Ramadan' oleh Direktorat Jenderal Bimas Islam Kemenag RI, berikut uraian teks ceramah Ramadhan bertemakan ibadah puasa secara singkat.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #1: Ramadhan, Bulan Keutamaan dan Pengendalian Hawa Nafsu

Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan dan yang berhak mendapatkan keutamaan ramadhan adalah orang-orang beriman yang dipanggil untuk melakukan puasa. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa adalah orang yang beriman, penekanannya bukan orang Islam ataupun manusianya tetapi yang beriman.

Karena itu tidak heran kalau pada bulan Ramadhan sering kita jumpai di terminal atau di pasar masih banyak umat Islam yang merokok, makan (tidak berpuasa), mereka hanya Islam namun belum beriman. Tegasnya; Orang Islam belum tentu beriman namun orang beriman sudah pasti Islam.

Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi shallallahu „alaihi wasallam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi.

Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini," (HR. Ath Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).

Maka sambutlah bulan Ramadhan dengan gembira. Siapkan segala hal yang menunjang agar Ramadhan kita penuh arti. Lihatlah Ramadhan kita sebelumnya sebagai patokan. Lalu berusahalah agar amal ibadah kita meningkat lebih dari itu. Hal ini disebabkan keistimewaan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang pahala-Nya akan langsung diberikan balasan oleh Allah.

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."

(Oleh Saefudin Latief)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #2: Keistimewaan Bulan Ramadhan

Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai derajat taqwa. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dan Allah sendiri yang langsung mengganjarnya.

Di dalam firman Allah pada QS Al Baqarah, Allah memberikan petunjuk tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Keistimewaan tersebut yakni diturunkannya Al-Quran di dalam bulan Ramadhan sebagai pelita penerang bagi manusia dari kegelapan menuju cahaya. Al-Quran mengandung kemaslahatan (kebaikan) dan kebahagiaan (kemenangan) bagi umat manusia, serta keselamatan di dunia dan di akherat.

Keistimewaan lain bulan Ramadhan dimana pintu-pintu surga dibuka seluas-luasnya. Hal ini karena banyak amal kebaikan yang bisa dilakukan manusia selama bulan Ramadhan. Pintu-pintu neraka pun ditutup selama Ramadhan berlangsung. Allah menjamin bahwa setiap amal shaleh yang diperbuat akan dilipatgandakan.

Diriwayatkan bahwa amalan sunnah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang sama dengan amal wajib. Satu amal wajib yang dikerjakan di bulan ini setara dengan 70 amal wajib. Siapa pun yang memberi buka puasa untuk seorang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka, dan baginya pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala oarang yang berpuasa tersebut sedikit pun.

(Oleh H Mudhori)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #3: Puasa dan Media Sosial

Ramadhan, bulan suci yang penuh berkah, merupakan waktu yang tepat untuk diisi dengan ibadah, introspeksi, dan refleksi. Namun, seiring perkembangan teknologi modern saat ini, kemudahan akses internet dan media sosial membawa tantangan baru bagi kita untuk tetap mempertahankan kualitas puasa.

Meskipun teknologi memberikan manfaat besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam memperluas pengetahuan dan komunikasi, namun penggunaan yang tidak bijaksana dapat membawa dampak negatif yang serius terhadap kualitas puasa Ramadhan.

Kita harus mengingat hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwatha':

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya: "Puasa itu adalah perisai, jika salah satu dari kalian sedang berpuasa, maka jangan sampai berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil (sombong, suka mengejek, atau bertengkar). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan: aku sedang puasa, aku sedang puasa," (HR. Imam Malik).

Salah satu dampak negatif dari kemudahan teknologi di internet dan media sosial adalah meningkatnya paparan terhadap konten-konten negatif dan kemaksiatan. Di dunia maya, akses tak terbatas ke berbagai jenis konten membuat orang rentan terhadap godaan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, termasuk selama bulan suci Ramadhan.

Misalnya, mudahnya akses ke situs-situs web yang berisi konten pornografi atau kekerasan yang dapat menggoda seseorang untuk melanggar aturan-aturan puasa dengan melakukan hal-hal terlarang tersebut.

Selain itu, media sosial juga menjadi platform yang memudahkan penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Konten-konten negatif seperti fitnah, gosip, dan pemikiran yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam dapat dengan mudah tersebar luas. Hal ini tentu bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku kita, terutama selama bulan Ramadhan ketika spiritualitas diri sedang ditingkatkan.

Dalam dunia media sosial yang luas, peluang untuk adu argumen yang mengarah kepada saling menyerang dan mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang tidak patut juga semakin tinggi. Orang dengan mudahnya mengumpat, menulis kata-kata kotor tanpa etika kepada siapapun termasuk kepada orang-orang yang lebih tua yang seharusnya kia hormati. Dalam Al-Quran surat Qaf ayat 28:

قَالَ لَا تَخْتَصِمُوْا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ اِلَيْكُمْ بِالْوَعِيْدِ

Artinya: "(Allah) berfirman, 'Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu'."

Selain kemaksiatan, kemudahan teknologi juga dapat menyebabkan perilaku bermalas-malasan dan pemborosan waktu yang merugikan dalam menjalankan ibadah selama Ramadhan. Akses yang mudah ke berbagai aplikasi dan platform media sosial dapat menghabiskan waktu yang berharga yang seharusnya dialokasikan untuk ibadah dan introspeksi diri.

Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menghindari godaan yang dapat menghalangi kita dari mencapai tujuan tersebut. Mari raih 'obral' pahala di bulan Ramadhan dan hindari dosa besar akibat kelalaian kita.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

Artinya: "Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)" (QS. Al-An'am: 160)

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menjalani ibadah dengan penuh keikhlasan dan keteguhan hati selama bulan yang suci ini. Aamiin.

(Oleh Muhammad Faizin)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #4: Meraih Keberkahan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.

"Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan," (HR. Ahmad)

Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan. Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia."

Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barakah adalah

وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ

"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."

Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya.

Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lamu.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #5: Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ibadah puasa harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Sebagai bentuk ketulusan tersebut, kita harus mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan ini dapat berarti persiapan sebelum memasuki bulan puasa. Atau ketika sudah berada di bulan puasa.

Islam mengajarkan agar kita menyiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa dengan melakukan makan sahur. Makan sahur tidak hanya merupakan persiapan yang bersifat lahiriah, untuk menyimpan energi selama menjalankan puasa. Tetapi, ada nilai keutamaan tersendiri di luar manfaat jasadiyah. Nilai nilai itu telah dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi SAW dan penjelasan para ulama terhadap hadis tersebut. Dalam konteks menjelaskan nilai keutamaan sahur ini, Rasulullah SAW menyabdakan:

"Makan sahurlah. Karena, dalam makan sahur terdapat keberkahan." (HR. al-Bukhari)

Berdasarkan perintah dalam hadis tersebut, para ulama bersepakat disunnahkannya makan sahur. Imam al-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, jilid 7 halaman 206, mengatakan:

"Para ulama bersepakat akan kesunnahan makan sahur, dan bahwa makan sahur bukan perkara yang diwajibkan."

Amalan menyiapkan makan sahur untuk orang lain sering dianggap remeh. Padahal, ia merupakan amalan sosial yang utama. Karena, amalan tersebut merupakan ibadah sosial yang dilakukan di bulan Ramadhan untuk membantu orang yang akan menjalankan kewajiban agama.

Artinya, ibadah yang dapat bermanfaat untuk orang lain lebih utama dibanding ibadah yang hanya kembali kepada pelakunya. Menyiapkan makan sahur adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan.

Tidak diragukan lagi bahwa menolong orang lain yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, afdhalu as-shadaqah shadaqah fi Ramadhan.

Artinya, sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Berbagi makan sahur atau menyiapkan makan sahur merupakan bentuk sedekah di bulan Ramadhan.

Sampai di sini, dapat kita pahami bahwa makan sahur memiliki banyak kebaikan. Salah satu kebaikan itu adalah memberi kesempatan orang berbuat baik kepada orang lain dengan cara berbagi atau menyiapkan makan sahur.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #6: Tetap Produktif Bekerja Saat Berpuasa

Jamaah yang dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja. Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.

Lantas mengapa Puasa Tidak Menghambat Produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban. Pada Surat at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].

Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;

"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri, dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #7: Korelasi Puasa dengan Hidup Sehat

Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudari,

Bagaimana puasa hari ini?
Semoga selalu lancar Amiin ya Rabbal Alamiin

Seperti yang kita ketahui, salah satu perintah utama di bulan Ramadhan adalah berpuasa. Ibadah ini menjadi bagian dari rukun Islam yang sebenarnya sejak lama dipraktikkan oleh umat-umat terdahulu, tentu dengan tatacara dan syariatnya berbeda. Dalam bahasa ushul fiqih, syariat seperti ini disebut sebagai syar'u man qablana.

Sebagaimana QS. Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Momentum puasa sebenarnya adalah momentum yang tepat untuk mengatur pola makan. Islam adalah agama yang memiliki panduan sempurna melalui dalil-dalil teks, hingga praktik secara praktis oleh Rasulullah SAW Kaitannya dengan pola makan, puasa mengajarkan agar manusia teratur dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan QS. Al-A'raf ayat 31:

"Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf: 31).

Puasa memang melatih kita untuk peka dengan kekebalan tubuh kita. Dalam berbagai penelitian, puasa bisa meningkatkan sistem imun tubuh namun terkadang juga bisa menurunkannya. Artinya terkait kekebalan tubuh ini manusia sangat beragam dampaknya jika berpuasa, sistem imun manusia yang bertugas melawan berbagai penyakit ini harus diperhatikan betul. Maka, penelitian itu menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mampu meningkatkan fungsi sistem imun seperti semangka, bayam, teh hijau, ubi jalar, dan brokoli.

Terakhir, saya berpesan bahwa dalam keadaan berpuasa, kita masih tetap beraktivitas seperti biasa. Tentunya, kita yang mengetahui kondisi tubuh kita sendiri. Siapapun yang sebelumnya punya penyakit, lebih baik dikonsultasikan dengan dokter agar selama puasa aman-aman saja. Begitu pun bagi yang kondisinya sehat, jangan sampai ketika berpuasa malah menjadi orang yang kalap makan apa pun.

Semoga kita mendapatkan keberkahan dari Ramadhan ini,

Amiiin ya rabbal Alamiin.
Akhir kalam, mohon maaf dari segala kekurangan.
Wasalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #8: Adab Bagi Orang yang Tidak Berpuasa di Bulan Ramadhan

Berpuasa Ramadhan merupakan kewajiban pokok dalam agama Islam. Kewajiban puasa Ramadhan didasarkan kepada perintah Al-Quran, keterangan As-Sunnah, dan kesepakatan para ulama. Sebagai sebuah kewajiban, meninggalkan kewajiban itu sendiri adalah perbuatan dosa. Meninggalkan puasa Ramadhan merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Kecuali jika seseorang meninggalkan puasa karena suatu alasan yang diizinkan dalam syariat Islam.

Mereka digambarkan Al-Quran sebagai orang-orang yang sedang sakit atau sedang melakukan perjalanan. Selain itu, perempuan yang sedang haid atau nifas, juga tidak wajib berpuasa. Bahkan, haram hukumnya bagi keduanya berpuasa.

Mengingat banyaknya golongan orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, baik karena uzur atau tidak, bagi mereka ada adab-adab yang harus diperhatikan. Apa saja adab-adab bagi orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan?

Adab pertama ketika seseorang tidak dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah menyesalkan hal itu. Puasa Ramadhan adalah ibadah yang penuh keutamaan. Tidak dapat menjalankan ibadah yang penuh keutamaan itu adalah perkara yang dianjurkan untuk disesalkan. Terutama bagi orang yang tidak ada uzur meninggalkan puasa. Artinya, ketika dia tidak berpuasa, ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Penyesalan adalah salah satu rukun taubat yang disebut an-nadam. Berkaitan dengan rasa penyesalan ini, Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Abdullah bin Ma'qil, yang berkata, ayahku berada di sisi Abdullah Ibnu Mas'ud, yang berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Penyesalan adalah bentuk taubat" (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

Ada kedua, ketika tidak dapat menjalankan ibadah puasa adalah beristighfar. Istighfar adalah meminta ampunan kepada Allah dengan ucapan-ucapan yang menunjukkan rasa bersalah dan permohonan kepada Allah agar diampuninya sebuah dosa. Rasulullah SAW. pernah bersabda kepada Sayyidah Aisyah:

Bila engkau melakukan suatu dosa, maka mintalah ampunan kepada Allah. Karena, taubat dari dosa adalah dengan cara menyesalinya dan meminta ampunan Allah." (HR. Ahmad).

Bagi kita yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa karena sakit, haid, nifas atau dalam safar, atau uzur-uzur lainnya, hendaknya kita bersedih hati karena tidak dapat melaksanakan ibadah yang agung ini.

Demikian adab bagi orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #9: Bulan Puasa dan Zakat

Ramadhan merupakan bulan mulia yang di dalamnya banyak ragam ibadah spesial, seperti puasa dan shalat tarawih. Keistimewaan lainnya terdapat pada balasan pahala ibadah yang akan didapat secara berlipat.

Namun demikian, ibadah di bulan Ramadhan dinilai belum sempurna jika tidak melaksanakan zakat, dalam hal ini adalah zakat fitrah. Mengingat hal tersebut, selain disebut sebagai bulan puasa, Ramadhan juga bisa disebut sebagai bulan zakat karena di dalam bulan tersebut ada ibadah khusus, yaitu zakat fitrah.

Berbeda dengan zakat mal yang hanya diwajibkan untuk kalangan tertentu, di bulan Ramadhan ini semua umat Islam wajib melaksanakan zakat fitrah, kecuali dari kalangan tidak mampu yang tidak memiliki harta lebih untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok di hari raya.

Berkaitan dengan kewajiban zakat, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 43:

وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Artinya: "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku."

Mengenai perintah zakat fitrah, Rasulullah secara rinci lebih menekankan pada zakat fitrah yang harus dilaksanakan paling telat sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Ketentuan ini berdasarkan pada hadits Rasulullah sebagaimana berikut:

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ تَمَرٍ، أوْصَاعاً مِنْ شَعِيْرٍ، عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأمَرَ بِهَا أنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ الناَّسِ إلى الصَّلَاةِ

Artinya: "Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurma atau gandum kepada semua Islam. Baik hamba sahaya maupun orang merdeka, laki-laki maupun wanita, anak-anak maupun dewasa. Beliau kemudian memerintahkan agar membayar zakat fitrah sebelum berangkat shalat (Idul Fitri)," (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, ibadah di bulan Ramadhan terlihat sempurna dengan puasa dan zakat, karena terjalin hubungan vertikal dan horizontal. Puasa menjadi ibadah vertikal yang menjadi urusan seorang hamba dengan Allah. Sementara zakat menjadi ibadah horizontal yang tidak hanya menjadi urusan hamba dengan Allah, tetapi juga terjalin hubungan erat antara sesama manusia. Wallahu a'lam.

(Oleh Muhammad Aiz Luthfi)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #10: Puasa dan Menahan Diri dari Penggunaan Sampah Plastik

Puasa adalah sebuah ibadah yang tidak hanya melibatkan dalam menahan diri dari makan dan minum selama waktu tertentu, tetapi juga mencakup pengendalian diri dari perilaku buruk dan dapat mengurangi pahala puasa.

Sebagaimana yang kita ketahui, pada bulan puasa penjualan makanan pembuka atau takjil sangat tinggi. Sayangnya tingginya angka pemasaran takjil diiringi dengan sampah plastik yang berpotensi dibuang secara sembarangan tidak pada tempatnya.

Padahal menjaga lingkungan dari sampah plastik juga merupakan bagian dari perbuatan yang menyempurnakan amalan puasa. Dalam artian, apabila ketika berpuasa kita melakukan tindakan pencemaran lingkungan, semisal membuang sampah plastik, maka boleh jadi puasa kita kurang sempurna.

Dengan menjaga lingkungan dari sampah plastik, maka otomatis kita telah mengamalkan ajaran kebersihan yang telah dianjurkan oleh Islam melalui lisan Rasulullah SAW. Dalam satu hadits disebutkan:

تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ

Artinya: "Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta'ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih". (HR Ath-Thabrani).

Dalam riwayat lain, Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya mencantumkan sabda Rasulullah yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ فَنَظِّفُوا

Artinya: "Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan menyukai kepada yang baik, Maha Bersih dan menyukai kepada yang bersih, Maha Pemurah, dan menyukai kemurahan, dan Maha Mulia dan menyukai kemuliaan, karena itu bersihkanlah diri kalian." (HR. At-Tirmizi).

Hadits di atas meskipun tidak secara langsung menyebutkan larangan terhadap pencemaran lingkungan akibat sampah plastik, akan tetapi secara global mengandung arahan supaya kita menjaga kebersihan, dan yang paling relevan saat ini adalah menghindari penggunaan sampah plastik.

Dalam Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 41 Allah berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar-Rum: 41).

Sebagai umat muslim yang menjalankan ibadah puasa, kita diberikan kesempatan untuk merenungkan perilaku kita dalam menggunakan plastik. Kita dapat memulai dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, botol air minum plastik, dan barang-barang plastik lainnya yang hanya digunakan sekali lalu dibuang.

Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan, seperti botol air minum stainless steel atau kantong belanja kain yang bisa digunakan berulang kali. Dengan memanfaatkan kesempatan puasa ini untuk mengubah perilaku kita dalam menggunakan plastik, kita dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian alam yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Semoga puasa kita kali ini menjadi langkah awal menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Aamiin.

(Oleh Amien Nurhakim)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #11: Keutamaan Puasa Ramadan

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Sebagai salah satu rukun Islam, puasa Ramadhan memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW telah menjelaskan banyak keutamaan puasa di bulan ini dalam berbagai hadis sahih.

Hari ini, kita akan mengingat enam keutamaan utama puasa Ramadhan agar kita semakin bersemangat dalam menyambut dan menjalankan ibadah ini dengan penuh keimanan dan pengharapan.

Pertama, puasa Ramadhan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa yang telah lalu.

Keterangan ini berdasarkan hadis Nabi SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)

"Dari Abū Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan (terhadap Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR al-Bukhārī dan Muslim).

Hadis ini diperkuat dengan hadis yang lain, sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih Muslim:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيٌّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدَودَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ فِيهِ كَفَرَ مَا قَبْلَهُ
( رواه أحمد وابن حبان والبيهقي، وحسنه الأرنؤوط)

"Dari Abū Sa'id al-Khudrī (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengetahui batasnya- batasnya serta memelihara diri dari apa yang seharusnya dia memelihara diri dan menjauhi dosa-dosa besar, niscaya Allah menghapus dosa-dosanya yang terdahulu." (HR Muslim).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Keistimewaan lainnya ialah orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat bertemu dengan Allah.

Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
(رواه أحمد)

"Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW (bahwa) beliau bersabda: Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka puasa dan kegembiraan ketika menghadap Tuhannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung." (HR Ahmad).

Keistimewaan terakhir dari puasa di bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتَّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
(رواه البخاري)

"Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Al-Bukhari)

Marilah kita menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kebahagiaan dan kesiapan. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Jadikan puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas iman serta amal ibadah kita. Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang mendapatkan keberkahan dan keutamaan Ramadhan. Amin.

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #12: Hindari Perbuatan Ini, Supaya Puasa Tidak Batal

Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Muslim adalah puasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]:183-184:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَّعۡدُودَاتٍۚ فَمَن ْكَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِينٍۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٌ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ.

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Penting bagi kita untuk menjaga ibadah puasa di bulan Ramadhan agar tetap sah dan tidak batal. Apabila puasa batal atau tidak sah sebagaimana ketentuan fiqih, maka puasa tersebut akan dihitung sebagai utang yang harus di-qadha' (diganti) pada hari lain di luar bulan Ramadhan.

Menurut Imam ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib juz 5 halaman 248, Surat Al-Baqarah ayat 183 menegaskan kewajiban puasa Ramadhan pada hari-hari yang telah ditentukan, yaitu selama bulan Ramadhan.

Ayat ini diikuti oleh ayat 184, yang menjelaskan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai uzur, sehingga seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, termasuk mereka yang tidak mampu berpuasa sama sekali dan mereka yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan puasa. Namun, puasa yang ditinggalkan tersebut harus diganti pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.

Hal ini menunjukkan kewajiban puasa Ramadhan yang tidak boleh ditinggalkan. Meskipun ada beberapa kondisi yang memperbolehkan tidak berpuasa, akan tetapi puasa yang ditinggalkan tersebut tetap wajib untuk di-qadha'.

Selain sengaja meninggalkan puasa, terdapat kondisi atau perbuatan lain yang dapat menyebabkan puasa kita menjadi tidak sah atau batal, sehingga mengharuskan kita untuk meng-qadhanya. Hal ini dijelaskan oleh Syekh Abu Syuja' dalam Matan Taqrib halaman 19:

وَالَّذِيْ يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ أَوِ الرَّأْسِ وَاْلحُقْنَةُ فِيْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ وَالْقَيْءُ عَمْدًا وَالْوَطْءُ عَمْدًا فِيْ الْفَرْجِ وَالْإِنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ وَالْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْجُنُوْنُ وَالْإِغْمَاءُ كُلَّ الْيَوْمِ وَالرِّدَّةُ

Artinya, "Perkara yang membatalkan puasa ada 10 yaitu, sesuatu yang sampai ke lambung atau kepala dengan sengaja, suntik di qubul atau dubur, muntah dengan sengaja, bersenggama di farji dengan sengaja, inzal secara langsung, haid, nifas, gila dan pingsan sepanjang hari, dan murtad."

Oleh karena itu, ketika berpuasa, kita harus menghindari 10 hal ini agar puasa kita tidak batal. Namun, perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa perbuatan yang sekilas tidak membatalkan puasa, namun hakikatnya dapat menghilangkan pahala puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

خمَسٌ يُفْطِرنَ الصَّائِمُ: الْغِيْبَةُ، واَلنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظَرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ

Artinya, "Terdapat 5 hal yang bisa membatalkan (pahala) puasa. Yaitu ghibah, adu domba, berbohong, melihat dengan syahwat dan sumpah palsu." (HR. Ad-Dailami)

Demikianlah beberapa kondisi dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan membatalkan pahala puasa. Semoga pada Ramadhan kali ini, kita bisa menjalani ibadah puasa dengan sempurna dengan terhindar dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa kita ataupun membatalkan pahala puasa kita.

(Oleh Siti Amiratul Adibah)

Teks Ceramah tentang Puasa Ramadhan #13: Puasa, Menahan Diri dari Berkomentar Negatif di Media Sosial

Puasa menuntut kita untuk menghindari tindak serta tutur kata yang buruk. Perkataan buruk yang dilontarkan kepada orang lain saat berpuasa akan membuat puasa kita berkurang kesempurnaannya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :(قَالَ الله ُعَزَّ وَجَلَّ : وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ.

Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman, 'Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor dan menghina. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR Muslim).

Hadits di atas secara umum menjelaskan larangan berkata-kata yang tidak baik dan merendahkan seseorang saat berpuasa, meskipun dirinya merupakan korban dari perilaku negatif tersebut (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Beirut: Darul Kutub al-'Ilmiyyah, 1994], jilid IV, hal. 618).

Di zaman yang serba digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, seringkali kita melihat bahwa media sosial juga menjadi tempat yang penuh dengan komentar negatif dan adu argumen diiringi kata-kata merendahkan.

Islam mengajarkan kita untuk memperhatikan setiap perkataan dan tindakan yang kita lakukan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan tanda keimanan seseorang terhadap hari akhir adalah perkataannya yang baik. Andai ia tidak dapat mengucap kata-kata baik, maka sebaiknya diam. Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: "Siapapun yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR Al-Bukhari).

Puasa Ramadhan memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan kembali perilaku kita di dunia maya, khususnya dalam hal berkomentar di media sosial. Apakah kata-kata yang kita tulis di sana membawa manfaat atau justru menyebabkan fitnah dan kebencian?

Komentar negatif di media sosial tidak hanya merugikan bagi orang yang menjadi sasaran, tetapi juga bagi diri kita sendiri. Makian dan celaan yang kita sebarkan dapat menciptakan ketidakharmonisan di antara sesama. Selain itu, komentar negatif juga dapat merusak reputasi seseorang, bahkan mengganggu stabilitas emosionalnya.

Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga perkataan yang kita tuturkan melalui ketikan-ketikan dalam kolom komentar. Mari gunakan media sosial ini dengan bijak, untuk hal-hal yang bermanfaat dan berbagi pesan-pesan positif.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita semua dalam menjalankan puasa dan mengendalikan diri, termasuk dalam beraktivitas di media sosial. Aamiin.

Demikian kumpulan teks ceramah tentang puasa Ramadhan yang memaparkan topik menarik tentang bulan suci yang dipenuhi dengan keutamaan dan juga keberkahan ini. Semoga membantu.




(sto/aku)


Hide Ads