15+ Ceramah Ramadhan Singkat Berbagai Tema untuk Kultum Tarawih

15+ Ceramah Ramadhan Singkat Berbagai Tema untuk Kultum Tarawih

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 04 Mar 2025 14:23 WIB
Ceramah Ramadhan
Ceramah Ramadhan .(Foto: storyset/Freepik)
Solo -

Dalam penyelenggaraan sholat tarawih pada malam-malam Ramadhan, khatib akan menyampaikan kultum atau ceramah singkat. Butuh contohnya? Berikut ini 15+ ceramah Ramadhan singkat berbagai tema sebagai referensi!

Menurut penjelasan dari laman resmi Muhammadiyah, banyak masjid maupun mushola di Indonesia yang menyelipkan kajian kultum setelah sholat subuh, sebelum berbuka, dan antara sholat isya dan tarawih pada bulan Ramadhan. Tentunya, ceramah-ceramah ringan ini harus dibuat semenarik mungkin.

Tujuannya sudah jelas: agar hadirin tidak bosan dan mendengarkan secara saksama materi yang dibawakan. Salah satu caranya adalah dengan membuat ceramah yang singkat dengan bahasa mudah dipahami. Di samping itu, variasi tema juga diperlukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah detikers mendapat amanah untuk mengisi salah satu momen ceramah tersebut dan butuh contoh teksnya? Tenang, simak 15+ ceramah Ramadhan singkat berbagai tema yang bisa disampaikan saat tarawih di bawah ini, yuk!

Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat Berbagai Tema

Dikutip dari laman resmi NU, Muhammadiyah, Masjid Istiqlal, buku Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan terbitan Kementerian Agama, buku Kultum Ramadhan dengan Pribahasa Sehari-hari karya Lucky Juniardi Abu Yusuf al-id al-Ma'muri, dan buku Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan yang dirilis oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, di bawah ini lebih dari 15 ceramah Ramadhan singkat berbagai tema:

ADVERTISEMENT

Ceramah Ramadhan Singkat #1: Ramadhan Bulan Turunnya Al-Quran

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Jumhur ulama berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW pada tanggal 17 Ramadhan, umat Islam pada umumnya mengenal peristiwa ini dengan istilah peringatan Nuzulul Qur'an. Peristiwa tersebut terjadi pada saat Nabi Muhamad SAW berada di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, berada di kawasan Hijaz berjarak 7 KM dari Masjidil Haram arah timur laut.

Allah SWT Berfirman dalam Al-Quran surat Al- Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝١

"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS. Al Baqarah: 185).

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Surat dan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara malaikat jibril adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ۝٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ۝٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ۝٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ۝٥

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani saat pertama ayat ini turun sembari mendekap Nabi Muhamad SAW, malaikat jibril mengulang kalimat اِقْرَأْ sampai dengan 3 Tiga kali. Sehingga diceritakan pada saat pembacaan kata اِقْرَأْ Bacalah! kemudian Nabi Muhamad SAW menjawab "Ma ana bi qari " yang menurut sebagain ulama maksudnya adalah apa yang harus saya baca. Kemudian Malaikat Jibril tetap berkata اِقْرَأْ Bacalah! Kemudian Nabi Muhamad menjawab "Ana Ummi ( Aku tidak bisa membaca) hingga kemudian ayat ini turun secara utuh"

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

Menaggapi peristiwa ini para ulama berpendapat ayat tersebut memiliki korelasi ayat (Hubungan antar ayat) dalam Al-Quran seperti hanya dalam surah Alfatihah ayat pertama yaitu kalimat Basmalah.

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Yang mana dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan maksudnya adalah saya memulai membaca Basmalah dalam (al-Fatihah) ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya.

Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Inilah yang kemudian menjadi salah satu dasar kalimat basmalah masuk kedalam permulaan ayat dalam surah Al- Fatihah. Inilah yang kemudian menjadikan kalimat basmalah memiliki tempat dan kedudukan yang sangat agung dan mulia.

Inilah yang kemudian dianjurkan dan disunnahkan membaca basmalah dalam setiap kegiatan pekerjaan yang baik seperti halnya dalam mengawali risalah kenabian Rasulullah Muhamad SAW pun membaca Basmalah terlebih dahulu.

Allah SWT memilih bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya sebagai bulan diturunkannya Al-Quran yang agung sebagaimana Allah SWT menurunkan Kitab lainnya dibulan Ramadhan jua. Sebagaimana Ibnu Abbas mengatakan:

"Sesungguhnya Al-Quran diturunkan dimalam yang penuh kemulian yaitu malam Lailatul Qodar diturunkan dari Lauhil Mahfudzh secara sekaligus dan diletakan di Baitul Izzah dilangit Dunia dan diturunkan kepada Nabi Muhamad secara berangsur - angsur dalam bulan dan hari yang berbeda beda."

Hal ini merupakan keistimewaan Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk untuk hamba-hambanya yang beriman, yang membenarkan dan mengikutinya. Disamping itu pada bulan Ramadhan inilah orang yang beriman diperintahkan untuk melaksanakan ibadah Puasa. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu."

Hukum wajib ini merupakan suatu keharusan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah Ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Setelah puasa tuntas ketetapannya, maka disebutkan kembali keringanan bagi orang orang yang udzur diantaranya adalah orang sakit dan bepergian keduanya diperbolehkan berpuasa dengan syarat kelak harus mengqadhanya di hari hari yang lain.

Hadirin yang dimuliakan Allah. Jadikan diri kita menjadi mulia disisi Allah SWT dengan mengerjakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan dan bertadarus Al-Quran. Memperbaiki diri dengan terus meningkatkan Kualitas dan Kuantitas ibadah kita dihadapan Allah. Meningkatkan dan mengerjakan kebaikan. Jadilah orang orang yang senantiasa dirindukan oleh penduduk langit dengan mentadaburi Al-Quran.

Ceramah Ramadhan Singkat #2: Mengawali Ramadhan dengan Senyuman

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Dalam Islam, ketika kita bertemu atau bersama orang lain, maka kita sangat dianjurkan untuk menampakkan wajah ceria dan senantiasa tersenyum. Sebaliknya, kita dilarang menampakkan wajah cemberut. Hal ini tentu juga berlaku saat kita menyambut dan bertemu kembali dengan Ramadhan. Senyum merupakan simbol kebahagiaan.

Saat mengawali Ramadhan sudah seyogianya seorang muslim dan muslimah bahagia bertemu dengannya. Kita dapat membayangkan bahwa Ramadhan itu bagaikan tamu agung yang akan berkunjung ke rumah kita. Laiknya tamu agung, kita pun perlu mempersiapkan jamuan yang pantas atas kedatangan tamu agung yang ditunggu-tunggu itu. Jamuan yang pantas kita sajikan untuk Ramadhan berupa amal-amal ibadah, baik yang individual maupun sosial.

Bapak Ibu yang Dimuliakan Allah

Ibadah individual dapat dilakukan dengan cara konsisten menjalankan shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an, melakukan ibadah umrah pada bulan Ramadhan bila memungkinkan, dan terus berupaya memperbaiki diri. Sementara itu, ibadah sosial selama Ramadhan dapat ditingkatkan dengan cara menyiapkan takjil untuk masyarakat yang membutuhkan, berderma kepada yang tidak mampu, dan menyantuni anak yatim, duafa, dan para janda.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Saat Ramadhan sudah dipastikan karena sudah terlihatnya hilal, sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia, Rasulullah SAW. pun memanjatkan doa kepada Allah sebagaimana riwayat dari Thalhah bin Ubaidillah.

عن طلحةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الهلال قَالَ: «اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، رَبِّي وَرَبُّكَ الله» : «هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ»

"Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW. itu ketika telah melihat hilal Ramadhan, beliau berdoa; Allahumma ahillahu 'alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah (Ya Allah jadikanlah hilal (bulan) ini bagi kami dengan membawa keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Hadis ini merupakan hadis hasan Gharib (HR Tirmidzi).

Jamaah rahimakumullah

Saking banyak keberkahan di bulan Ramadhan terdapat sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ مَسْعُود لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُونَ رمضان السَّنَة كُلَّهَا

"Kalau para hamba Allah tahu (secara kasat mata) keberkahan dalam bulan Ramadhan, pasti umatku akan berharap supaya setahun penuh itu bulan Ramadhan semua." (HR Ibn Abi al-Dunya, nomor 22)

Jamaah yahfazhukumllah

Rasulullah selalu mengabarkan kepada para sahabatnya mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana riwayat Abu Hurairah berikut:

عن أبي هريرة، قَالَ: لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم -: "قدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانَ، شَهْرٌ مُبارك، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ المنح فيه أبواب الجنة، ويُعلق فيه أبواب الجَحِيمِ، وَتُغَلُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ في ليلة خير من ألف شهر، من حرم خيرها فقد لحرم". (رواه أحمد)

"Dari Abu Hurairah yang menyampaikan bahwa Rasulullah SAW. pernah berpesan, "Ramadhan itu sungguh telah datang. Ia merupakan bulan berkah. Allah mewajibkan puasa Ramadhan kepada kalian. Saat Ramadhan tiba, pintu surga terbuka, pintu neraka tertutup, dan para setan pun terikat. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tak memperoleh kebaikannya itu tak memperoleh apa-apa." (HR Ahmad; Nomor 7148)

Hadirin yang dimuliakan Allah

Ibn Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaif al-Ma'arif mengatakan:

وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمٍ رَمَضَانَ

Nabi Muhammad SAW. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya dengan datangnya bulan Ramadhan

قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: هَذَا الْحَدِيثُ أَصْلٌ فِي تَهْنِئَةِ النَّاسِ بَعْضَهُمْ بَعْضًا بشهر رمضان

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis ini (hadis yang ketiga dalam tulisan ini) menjadi dasar dalam mengucapkan "selamat menyambut kedatangan bulan Ramadhan" di antara satu sama lain ketika menjelang bulan Ramadhan.

Di Indonesia tahniah tersebut biasanya diungkapkan dengan kalimat "ahlan wa sahlan ya Ramadhan". Kegembiraan dan kebahagiaan dalam menyambut bulan Ramadhan harus ditampakkan satu sama lain.

Semoga kita dapat mengawali Ramadhan dengan penuh senyum, suka-cita dan kegembiraan sehingga kita dapat melaksanakan anjuran-anjuran Nabi dan para ulama mengenai memperbanyak ibadah bulan Ramadhan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Ceramah Ramadhan Singkat #3: Memaksimalkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ اللهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ I وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia

Kedermawanan sudah seharusnya menjadi ciri khas orang-orang bertakwa. Orang dermawan disukai oleh siapa saja, terutama disukai oleh Allah. Banyak sekali perintah dalam Al-Qur'an atau hadis agar kaum muslimin gemar berinfak dan bersedekah. Selain ganjaran pahala melimpah, orang yang dermawan memperoleh rahmat Allah dan rezeki yang tidak pernah surut.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat di bulan Ramadhan. Saking takjubnya para sahabat dengan kedermawanan Rasulullah, maka kedermawanan beliau di bulan Ramadhan dikiaskan melebihi lembutnya angin yang berhembus, masyaAllah!

Jika kita berinfak atau bersedekah setiap hari selama bulan Ramadhan, maka kebiasaan tersebut akan membekas dan menjadi kebiasaan permanen yang sangat positif. Jangan dilihat besar atau kecilnya jumlah uang yang kita sedekahkan. Yang sangat mahal adalah keberhasilan kita menjadi dermawan setiap hari.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an mengenai orang-orang yang dermawan:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَلَهُم بِأَلَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Q.S. Al-Baqarah: 274).

Selain itu, dalam firman-Nya, Allah juga mengingatkan betapa besar pahala infak dan sedekah sangat berlimpah. Allah berfirman:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنُبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضْعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَسِعٌ علِيمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah: 261).

Jamaah yang dimuliakan Allah

Oleh karena itu, anjuran meneladani kedermawanan Rasulullah, terlebih di bulan Ramadhan, tercantum dalam hadisnya.

إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِحْ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامِ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Sesungguhnya Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau.

Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus". (Muttafaq Alaih).

Maksud dari kedermawanan Rasululullah SAW melebihi lembutnya angin yang berhembus adalah:

أَشَارَ بِهِ إِلَى أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْإِسْرَاعِ بِالْجُودِ أَسْرَعَ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ، وَإِلَى عُمُومِ النَّفْعِ بِجُودِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا تَعْمُ الرِّيحُ الْمُرْسَلَة جَمِيعَ تَهُبُ عَلَيْهِ.

"Menunjukkan sangat cepat dalam hal kedermawanan melebihi cepatnya angin ketika berhembus. Kedermawanan Nabi SAW juga memberikan manfaat yang menyeluruh seperti hembusan angin yang memberikan manfaat pada apa yang dilewatinya."

Jamaah yang dimuliakan Allah

Orang dermawan dijamin tidak akan merasa takut dan sedih, terutama di akhirat. Al Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib menulis sebagai berikut:

إِنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ أَهْلَ الثَّوَابِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُتَأَكَّدُ بِذَلِكَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى (لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ).

"Sesungguhnya (ayat 274 Al-Baqarah) menunjukkan bahwa orang yang mendapat ganjaran sedekah tidak merasa ketakutan pada hari kiamat, hal ini dikuatkan dengan ayat Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar pada (hari kiamat), (Q,S. Al-Anbiya: 103)"

Jamaah yang dimuliakan Allah

Jangan lewatkan kesempatan di bulan Ramadhan untuk meningkatkan kedermawanan dengan cara bersedekah atau berinfak serajin mungkin agar kita tetap menjadi dermawan setiap hari walaupun Ramadhan telah pergi.

Ceramah Ramadhan Singkat #4: Meraih Keberkahan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik.

Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.

"Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)

Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan.

Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia."Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barakah adalah

وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ

"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."

Dari pengertian ini saja, setidaknya ada tiga indikator bahwa sesuatu itu diberkahi. Pertama, sesuatu yang sedikit jika barakah akan terasa banyak. Umur pendek yang diberkahi adalah umur yang diisi dengan berbagai kebaikan dan menghasilkan banyak karya dan amal saleh. Imam An-Nawawi hanya berusia 43 tahun, tetapi karya-karyanya ratusan judul dan dikaji hingga sekarang oleh banyak ilmuwan dan ulama.

Harta sedikit yang penuh berkah adalah harta yang cukup dimanfaatkan untuk berbagai keperluan layaknya harta yang banyak. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang sedikit tapi diamalkan dalam keseharian.

Ramadhan disebut bulan penuh berkah karena di bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Amalan yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa nilainya di hadapan Allah bagi yang menjalankannya. Amalan sunnah diganjar sebagaimana layaknya amalan wajib. Di bulan ini kebaikan bertambah dan bertumbuh menjadi kebaikan yang berkesinambungan.

Kedua, sesuatu yang berkah adalah sesuatu yang membuahkan manfaat luar biasa. Ilmu agama yang banyak dan berkah akan memberi manfaat yang mendunia dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Umur panjang dan berkah akan membuahkan karya-karya (amal saleh) yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas.

Dalam hal ini, jika amalan di bulan Ramadhan dimaksimalkan, maka ia akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pelakunya. Hatinya akan tertata kembali. Pikirannya dibersihkan dari berbagai prasangka dan negative thinking.

Ia akan lebih optimis dalam menghadapi problematika hidupnya. Karenanya, ketika Hari Raya tiba, ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan (al-faizin)

Ketiga, dikatakan berkah karena sesuatu atau keadaan itu bisa mengantarkan seseorang pada kebaikan dan menambah kebaikan atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan yang diberkahi adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan suami dan istri.

Bukan hanya pada saat senang dan dalam limpahan nikmat-Nya. Namun, pada saat susah dan berkekurangan pun bisa menjadi berkah, manakala kesusahan itu menjadikan keduanya sadar dan bertaubat atas kesalahan diri mereka.

Setidaknya, hal itu akan menghindarkan keduanya dari jurang kenistaan dan kemadharatan. Keluarga penuh berkah adalah keluarga yang selalu mendorong semua warga rumah tersebut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya.

Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lam.

Ceramah Ramadhan Singkat #5: Manajemen Emosi saat Berpuasa

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَعَزَّنَا بِالْإِيمَانِ بِهِ، وَهَدَانَا إِلَى عَظِيمِ شَرِيعَتِهِ، وَأَسْعَدَنَا بِاتِّبَاعِ أَفْضَلِ رُسُلِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، في الُوهِيَّتِهِ وَرُبُوْبِيَّتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

Hadirin rahimakumullah

Saat ini, kita tengah menjalani ibadah yang kita nanti-nanti, yakni berpuasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana yang diketahui bahwa puasa merupakan salah satu ibadah wajib yang telah disyariatkan Allah dalam Al-Qur'an, sebagaimana Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah ayat 183:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat tersebut menyebutkan bahwa salah satu tujuan berpuasa adalah untuk menjadikan kita sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah. Sebab orang yang bertakwa senantiasa menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan seluruh perintah-Nya.

Dalam ajaran agama, puasa yang dilakukan selama sebulan penuh ini merupakan sarana untuk dapat menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Tak hanya menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa, orang yang berpuasa juga hendaknya menahan diri dari marah.

Sadar atau tidak, ketika berpuasa seseorang cenderung lebih sensitif dan mudah marah. Bahkan terhadap hal yang kecil permasalahannya dapat menyebabkan seseorang tersulut emosi. Misalnya, ketika hendak mengambil barang di atas lemari, tiba-tiba saja barang tersebut jatuh ke lantai, kita bisa saja menjadi sangat kesal. Mungkin saja tanpa disadari kita memaki diri sendiri yang kurang hati-hati. Ini adalah tantangan terbesar bagi sebagian orang selama berpuasa untuk dapat mengelola emosi dan menjaga ketenangan diri.

Jika dilihat dari kaca mata medis, perut yang tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman lebih dari 12 jam ketika berpuasa dapat menyebabkan kadar gula darah menurun. Kadar gula darah yang terlalu rendah memicu pelepasan hormon kortisol dan hormon adrenalin yang bertujuan untuk membantu metabolisme agar kadar gula darah tetap stabil.

Meskipun pada dasarnya pelepasan kedua hormon tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan, ada efek lain yang bisa timbul, yaitu sikap lebih agresif dan emosi yang sedikit meluap-luap. Selain itu, kadar gula darah yang cenderung menurun saat berpuasa dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan suasana hati. Inilah mengapa ketika berpuasa seseorang menjadi lebih sensitif dan mudah marah.

Hadirin yang berbahagia

Meski ada alasan di balik marahnya seseorang saat berpuasa, bukan berarti kita dengan leluasa melampiaskan semua emosi dan kemarahan kepada orang lain. Sekali lagi. berpuasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menahan hawa nafsu. Sejatinya, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan. Oleh karenanya, janganlah kita menodai keberkahan berpuasa dengan amarah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ : إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُتُ وَلَا يَصْحَبُ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda: Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.

Normalnya, orang yang dihina atau dicela akan terpancing emosinya. Tetapi, ketika seseorang sedang berpuasa ia harus tetap menahan marah dan menyatakan bahwa dirinya sedang berpuasa. Penyataan tersebut merupakan upaya seseorang dalam menenangkan dirinya sendiri dan menghalau rasa marah yang bergejolak. Anjuran dalam menahan marah bukan hanya berlaku ketika sedang berpuasa. Nabi Muhammad SAW. telah menganjurkan kepada kita untuk tidak marah. Bahkan anjuran agar tidak marah diulang sebanyak tiga kali.

Jama'ah yang dirahmati Allah

Lalu, bagaimanakah cara mengelola emosi ketika sedang berpuasa?

1. Diam

Diam adalah salah satu cara yang efektif dalam meredam amarah. Dengan diam, seseorang dapat terhindar dari perkataan-perkataan kotor yang keluar dari lisan ketika sedang marah. Ada yang marahnya mengeluarkan kata-kata kufur, ada pula yang mencaci-maki, bahkan sampai keluar kalimat talak. Oleh karenanya ketika seseorang memaksa dirinya untuk tetap diam ketika marah, hal-hal yang rusak tidak akan terjadi. Hal ini sejalan dengan hadir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: عَلِمُوا، وَيَسَرُوا، وَلَا تُعَبِّرُوا، وَإِذَا I غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتُ

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata; Rasulullah SAW. bersabda: "Ajarilah, permudahlah, jangan engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan kau beri ancaman. Jika salah seorang di antara kalian sedang marah, maka diamlah. (HR. Ahmad, hadis ini sahih lighairih).

2. Membaca Taawuz

Ketika kita sadar akan terpancing oleh kemarahan yang disebabkan oleh ucapan atau perbuatan yang menyulut emosi, maka bacalah taawuz seperti yang dianjurkan dalam hadis Nabi SAW.:

عَنْ عَدِي بْنِ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ صُرَدٍ قَالَ اسْتَبْ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوسٌ وَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ مُغْضَبًا قد احمر وجْهُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لذهب عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ

Dari 'Adi bin Tsabit, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Shurd dia berkata: "Ada dua orang yang saling mencerca di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sementara kami duduk-duduk di samping beliau, salah seorang darinya mencerca temannya sambil marah, hingga wajahnya memerah, maka Nabi SAW. bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang apabila ia membacanya, niscaya kemarahannya akan hilang, sekiranya ia mengatakan "A'udzu billâhi mina-sysyaytânirrajîm." (HR. Bukhari)

3. Berwudu

Dalam hadis nabi disebutkan bahwa rasa marah berasal dari setan, sedangkan setan diciptakan dari api. Oleh karena itu ketika seseorang marah hendaknya ia segera berwudu agar rasa marah lekas padam.

حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِي عَطِيَّةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّا

Telah menceritakan kepadaku, dari kakekku Athiyah. la mengatakan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api, sementara api akan mati dengan air, maka jika salah seorang dari kalian marah hendaklah berwudhu." (HR. Abu Daud)

4. Mempelajari dan menerapkan anger management

Anger management atau pengelolaan emosi merupakan suatu tindakan yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau mengontrol keadaan. Kemampuan mengelola emosi meliputi sikap tenang dalam menghadapi masalah, menghilangkan rasa gelisah dan sedih atau sesuatu yang menjengkelkan. Anger management bertujuan agar seseorang dapat mengenali rasa marah dan berdamai dengan rasa tersebut. Kita harus menyadari bahwa marah dapat memperburuk kesehatan dan merusak kehidupan. Oleh karena itu kita harus mengenali diri kita sendiri dan memahami apa yang harus ditaklukkan sehingga dapat mengendalikan amarah.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Semoga kita dapat mengikuti Ramadhan dengan khidmat dan ikhlas, terjaga dari sifat marah, serta dihindarkan dari dampak sifat marah. Sedikit banyaknya yang disampaikan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ceramah Ramadhan Singkat #6: Ibadah-Ibadah Ringan di Bulan Ramadhan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

الحمدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ بَعْدَ الشِّدَّةِ فرحاً، وَمِنَ الصَّيْق سِعَة ومخرجاً، وَأَصَلَّى وَأَسَلَّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَاء أَشْهَدُ أن لا إله إلا الله وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan pahala berlimpah. Makanya, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Namun sering kali di kepala kita sudah terbayang bahwa ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan harus ibadah yang berat dan menguras tenaga, seperti shalat tarawih, shalat malam, membaca Al-Qur'an hingga khatam, dan lain sebagainya.

Padahal dalam menjalankan ibadan di bulan Ramadhan, tidak selalu harus melakukan amalan yang berat dan memakan waktu lama. Allah Swt juga telah menyiapkan amalan-amalan ringan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kesusahan dan berat dalam menjalankan ibadah-ibadah biasa.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Berikut beberapa amalan ringan namun tetap dihitung sebagai ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Swt pada bulan Ramadhan.

Pertama, mengerjakan amalan-amalan yang ringan namun konsisten. Misalnya shalat rawatib. Shalat ini ringan sekali, karena bisa dilakukan di waktu yang sama sebelum/setelah shalat fardu, tanpa harus menyediakan waktu lain.

Amalan ringan lain yang bisa dilakukan secara konsisten adalah membaca Al-Qur'an di setiap shalat fardu. Tak perlu banyak-banyak, berjuz-juz, cukup setiap shalat fardu satu lembar, asalkan konsisten, kita bisa khatam 30 juz selama bulan Ramadhan.

Allah SWT mencintai setiap amalan yang konsisten, sekalipun itu adalah amalan yang ringan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

أحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَ إِنْ قَلَّ

"Perbuatan yang paling disuka oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut, kita bisa memahami bahwa Allah Swt lebih menghargai konsistensi dalam ibadah meskipun dalam jumlah yang sedikit. Yang paling penting saat beribadah di bulan Ramadhan adalah istiqamah, maka insyaAllah Allah akan mencatatnya sebagai bagian dari menghidupkan bulan Ramadhan.

Rasul SAW bersabda yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah RA,

مَن قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَه مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.

"Orang yang menghidupkan bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt., maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. al-Bukhari)

Dalam Hadis lain dijelaskan,

إن الله فرض صيام رمضان، وسننتُ لكم قيامه ، فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.

"Sesungguhnya Allah Swt. mewajibkan puasa Ramadhan dan aku men-sunnahkan untuk menghidupkan malamnya. "Orang yang puasa dan menghidupkan bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah Swt. maka ia akan diampuni dosanya seperti ada hari ia dilahirkan." (HR an-Nasai)

Para ulama menyebutkan bahwa ibadah apapun yang dilakukan pada bulan Ramadhan, baik itu puasa, shalat sunnah, termasuk shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, maka dihitung sebagai amalan yang termasuk dalam hadis tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Kedua, adalah bekerja seperti biasa pada bulan Ramadhan, tentu disertai dengan puasa di siang harinya bagi yang mampu.

Beberapa orang menganggap bahwa ibadah Ramadhan perlu dilaksanakan dengan giat, jika perlu dengan begadang semalaman dan libur bekerja. Hal ini tentu anggapan yang kurang tepat. Karena ibadah di malam hari hukumnya sunnah, sedangkan bekerja adalah suatu kewajiban. Sebuah kewajiban tidak boleh dikalahkan oleh sunnah.

Dalam sebuah kaedah fikih disebutkan,

الواجب لا يترك لسنة

"Suatu perkara yang wajib tidak bisa ditinggalkan karena perkara sunnah."

Bahkan ada salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang turun untuk memperingatkan umat Nabi Muhammad SAW. terkait hal ini. Saat itu Nabi dan para sahabat beribadah pada malam hari, namun pada paginya para sahabat letih. sehingga tidak bekerja, ada sebagian yang sakit pula. Maka Allah SWT menurunkan sebuah ayat:

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِن ثلثي اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ : وَاللهُ يُقدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ، عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ، عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى ، وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللهِ ، وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَبَسَّرَ مِنْهُ ، وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًاء وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًاء واسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Muzammil: 20)

Maasyiral Muslimin,

Maka dari itu, bekerja saat bulan Ramadhan masih dihitung ibadah, jika diniatkan untuk menghidupi keluarga dan mengharap ridha Allah Swt, serta mengharap pahala darinya. Jangan salah, bekerja juga bagian dari kewajiban karena itu berkaitan dengan hifz nafs, menjaga nyawa, apalagi jika kita bekerja untuk menjadi tumpuan keluarga. Jika kita tidak bekerja, ibadah kita dan keluarga tidak akan tenang karena kelaparan.

Rasul SAW bahkan menganjurkan agar kita makan dari hasil jerih payah kita. Rasul bersabda,

عنِ الْمِقْدَامِ، عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالَ : مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أن يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya, Dari Miqdam Ra., dari Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak ada makanan yang lebih baik dimakan oleh seseorang kecuali makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud As., makan dari jerih payahnya sendiri." (HR. al-Bukhari)

Mari kita niatkan untuk menjadikan pekerjaan kita wasilah beribadah kepada Allah Swt. dengan memperbaharui niat tersebut, insya Allah, akan dihitung sebagai ibadah dan dicatat sebagai bagian dari amalan untuk menghidupkan bulan Ramadhan. Amin, ya Rabbal Alamin.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Sekian yang bisa kami sampaikan. Mohon maaf jika terdapat kekurangan.

Hadanallahu wa iyyakum ajmain.
Wallahul muwaffiq ila aqwamiththariq
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ceramah Ramadhan Singkat #7: Tetap Produktif Bekerja saat Berpuasa

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Jamaah yang Dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja. Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.

Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga. Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.

Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.

Jamaah yang Berbahagia,

Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَلِمٍ الْغَيْبِ وَالشَّهْدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Jamaah yang Berbahagia,

Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَو يمنعه

"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].

Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini juga menganjurkan umat Islam untuk memakan hasil kerja sendiri, bukan hasil mencuri atau menipu. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah, karena hal ini dianggap sebagai bentuk ibadah.

Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh dengan berusaha dan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dirinya serta keluarganya.

Jamaah yang Berbahagia,

Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.

Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;

إِنَّ فِي الْحَدِيثِ حَنَّا عَلَى الصَّدَقَةِ وَالأَكْلِ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَالاكْتِسَابِ بِالْمَبَاحَاتِ.

"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

Ceramah Ramadhan Singkat #8: Menggapai Lailatul Qadar

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Hadirin Rahimakumullah!

Sejak kecil, ada satu kalimat yang tidak ang dan selalu terdengar di bulan Ramadhan, terutama di penghujung bulan tersebut.. Ya, tentunya kita tidak asing dengan kata Lailatul Qadar. Malam yang mulia ini hanya ada di bulan Ramadhan, Satu malam yang sangat diidamkan oleh seluruh umat Islam di dunia.

Betapa tidak? Malam Qadar adalah satu malam yang lebih dari seribu bulan, setara dengan 83 tahun lamanya. Ada satu surah yang tentu sangat kita hafal sejak kecil, Q.S. Al-Qadr: 3-5 sebagai berikut:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (۳) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (۵)

"(3). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4). Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (5). Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Mengenai ayat 3 ini, As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menulis dalam kitabnya, Tafsir Al-Wajiz sebagai berikut: "Malam lailatul qadar yaitu malam dimana amal shalih ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain lailatul qadar.

Jarir mengatakan dari Mujahid yang berkata: "Salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan shalat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan, kemudian Allah menurunkan ayat (Lailatul Qadari khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu."

Dan pada malam tersebut, bumi disesaki oleh para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Para malaikat mendoakan orang- orang yang beribadah di malam tersebut.

Masih dalam kitab yang sama, Asy-Syaikh Wahbah melanjutkan penafsiran ayat 4 dan 5 sebagai berikut: "Malaikat berbondong- bondong turun ke bumi beserta Jibril di antaranya pada malam ini atas perintah Tuhan mereka untuk menunaikan setiap perkara yang hendak dipenuhi oleh Allah di tahun berikutnya, dan memberikan kebaikan untuk orang-orang yang taat, di antaranya adalah ada yang mendoakan keselamatan mereka, memohonkan ampun dan mendoakan mereka. Malam ini adalah malam (yang penuh) kesejahteraan dan penuh kebaikan mulai permulaannya sampai terbitnya fajar."

Hadirin Rahimakumullah!

Menurut hadis sahih, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menggapai malam tersebut pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. (رواه البخاري ومسلم والترمذى و احمد).

"Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". (HR. Al- Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Lalu bagaimana cara memnggapai malam terbaik tersebut? Ya tentu banyak caranya. Diantaranya adalah dengan memperbanyak iktikaf di 10 malam terakhir. Bangunkan anak dan istri kita untuk memperbanyak ibadah sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

عَنْ عَلِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوقِظُ أَهْلَهُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. (رواه الترمذي).

"Dari Ali bahwa Nabi SAW biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan." (HR. At-Tirmidzi Sekalipun tidak bisa iktikaf sepanjang malam, kita bisa memperbanyak membaca Al-Quran atau berzikir di rumah kita. Jangan sampai karena alasan tidak iktikaf, kita habiskan malam kita dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Perbanyak pula membaca doa berikut ini, terutama di 10 malam terakhir sebagimana hadis berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي. (رواه الترمذي).

"Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah Lailatul Qadar, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; Allaahumma innaka 'afuwwun kariimun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku). (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin Rahimakumullah!

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memang harus bekerja di malam hari dan tidak sempat ber'itikaf seperti para sekuriti, sopir bis malam, atau pegawai yang mendapatkan jadwal piket malam hari? Apakah mereka bisa mendapatkan lalilatul qadar?

Ya tentu bisa, selagi pada malam itu mereka beribadah. Jika mereka tidak sempat qiyamullail, mereka bisa bekerja sambil memperbanyak zikir. Zikir apa? Banyak, bisa dengan salawat. Tahlil, tasbih, tahmid atau istighfar.

Jangan sampai mengabaikan begitu saja hanya karena alasan pekerjaan. Dan terlebih lagi, jangan sampai bermaksiat di malam lailatul qadar. Ingatlah bahwa pada malam itu para malaikat berdesakan turun ke bumi untuk mendoakan hamba-hamba Allah.

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian mauizah singkat yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah memperkenankan kita untuk memperoleh lailatul qadar, malam yang nilaimya lebih baik dari beribadah selama 83 tahun atau seribu bulan.

Wal'afwu minkum. Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Ceramah Ramadhan Singkat #9: Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ibadah puasa harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Sebagai bentuk ketulusan tersebut, kita harus mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan ini dapat berarti persiapan sebelum memasuki bulan puasa. Atau ketika sudah berada di bulan puasa.

Islam mengajarkan agar kita menyiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa dengan melakukan makan sahur. Makan sahur tidak hanya merupakan persiapan yang bersifat lahiriah, untuk menyimpan energi selama menjalankan puasa. Tetapi, ada nilai keutamaan tersendiri di luar manfaat jasadiyah. Nilai-nilai itu telah dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi SAW dan penjelasan para ulama terhadap hadis tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Dalam konteks menjelaskan nilai keutamaan sahur ini, Rasulullah SAW menyabdakan:

تَسَخَّرُوا؛ فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

"Makan sahurlah. Karena, dalam makan sahur terdapat keberkahan." (HR. al-Bukhari).

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari. Karenanya, kesahihan hadis tersebut tidak perlu dipertanyakan. Berdasarkan perintah dalam hadis tersebut, para ulama bersepakat disunnahkannya makan sahur. Imam al-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, jilid 7 halaman 206, mengatakan;

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ وَأَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ

"Para ulama bersepakat akan kesunnahan makan sahur, dan bahwa makan sahur bukan perkara yang diwajibkan."

Bapak Ibu yang Dirahmati Allah,

Arti keberkahan dalam hadis adalah ia mengandung banyak sekali kebaikan. Di antara bentuk kebaikan makan sahur adalah ia dapat membuat orang kuat menjalankan ibadah puasa dan membuat lebih bersemangat. Dengan seperti itu, berpuasa menjadi terasa lebih ringan dijalankan.

Ketika puasa terasa ringan, ada keinginan untuk berpuasa lagi. Berbeda dengan orang yang tidak makan sahur, ia akan merasa berat menjalankan puasa. Mungkin ia akan menganggapnya sebagai ibadah yang berat. Demikian penjelasan Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim.

Jamaah Hafidzakumullah,

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis beragam bentuk keberkahan makan sahur:

الْبَرَكَةَ فِي السُّحُورٍ تَحْصُلُ بِجَهَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ ، وَهِيَ : اتَّبَاعُ السُّنَّةِ ، وَمُخَالَفَةُ أَهْلِ الْكِتَابِ ، وَالتَّقَوِي بِهِ عَلَى الْعِبَادَةِ ، وَالرِّيَادَةُ فِي النَّشَاطِ ، وَمُدَافَعَةُ سُوءِ الْخُلُقِ الَّذِي يُثِيرُهُ اللهُ عُ ، وَالتَّسَبُّبُ بِالصَّدَقَةِ عَلَى مَنْ يَسْأَلُ إِذْ ذَاكَ ، أَوْ يَجْتَمِعُ مَعَهُ عَلَى الْأَكْلِ ، وَالتَّسَبُّبُ لِلذِكْرِ وَالدُّعَاءِ وَقْتَ مَظِنَّةِ الْإِجَابَةِ ، وَتَدَارُكُ نِيَّةِ الصَّوْمِ لِمَنْ أَغْفَلَهَا قَبْلَ أَنْ يَنَامَ

"Berkah dalam sahur dapat diperoleh dengan beberapa bentuk; mengikuti sunnah Nabi, menyelisihi ahli kitab, mengambil kekuatan untuk ibadah, menambah semangat, menolak perilaku buruk yang timbul akibat rasa lapar, mendorong sedekah kepada orang yang meminta sahur pada waktu sahur, berkumpul untuk makan sahur bersama, mendorong dilaksanakannya zikir dan doa pada waktu yang mustajab, membaca niat bagi orang yang lupa membaca niat sebelum tidur." (Fath al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 4, halaman 140)

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ada poin yang menarik dalam penjelasan Imam Ibnu Hajar di atas. Yaitu, sahur menjadi sebab kita berbagi sedekah kepada orang lain yang membutuhkan makan sahur pada waktu sahur. Poin ini penting, tidak hanya bagi orang yang bersahur, tetapi bagi orang yang mau menyediakan makan sahur bagi orang lain. Poin ini sering dilupakan masyarakat kita. Memberi atau menyiapkan makan sahur untuk orang lain adalah suatu amalan yang utama.

Amalan menyiapkan makan sahur untuk orang lain sering dianggap remeh. Padahal, ia merupakan amalan sosial yang utama. Karena, amalan tersebut merupakan ibadah sosial yang dilakukan di bulan Ramadhan untuk membantu orang yang akan menjalankan kewajiban agama.

Dalam sebuah kaidah fikih dikatakan, al-muta'addi afdhalu min al-qashir. Artinya, ibadah yang dapat bermanfaat untuk orang lain lebih utama dibanding ibadah yang hanya kembali kepada pelakunya.

Menyiapkan makan sahur adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Al-Qur'an mengatakan, wa ta'awanu 'ala al-birri wa at-taqwa (saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan). Tidak diragukan lagi bahwa menolong orang lain yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, afdhalu ash-shadaqah shadaqah di Ramadhan. Artinya, sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Berbagi makan sahur atau menyiapkan makan sahur merupakan bentuk sedekah di bulan Ramadhan.

Sampai di sini, dapat kita pahami bahwa makan sahur memiliki banyak kebaikan. Salah satu kebaikan itu adalah memberi kesempatan orang berbuat baik kepada orang lain dengan cara berbagi atau menyiapkan makan sahur.

Ceramah Ramadhan Singkat #10: Teladan Rasulullah SAW di Bulan Ramadhan

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwasanya Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah. Di dalamnya terlimpah fasilitas dari Allah SWT yang diberikan kepada kita untuk mencapai ridha-Nya.

Ketika Ramadhan, terdapat momentum puasa sebagai wujud komunikasi vertikal yang intensif dengan Allah SWT. Selain berdimensi vertikal, puasa juga berdimensi sosial horizontal. Oleh karena itu banyak sekali jalan yang Allah SWT ciptakan agar dapat kita tempuh menuju keridhaan-Nya.

Sebagai seorang muslim yang memiliki sosok tauladan sepanjang hayat, Rasulullah SAW, kita bisa mengetahui panduan kebaikan darinya SAW, tentang apa yang beliau lakukan selama Ramadhan berlangsung. Di antaranya sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur'an

Hal pertama yang bisa kita teladani dari Rasulullah SAW ketika Ramadhan ialah membaca Al-Qur'an.

Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril AS menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR. Bukhari)

Pada setiap malam di bulan Ramadhan, Jibril AS mendatangi Rasulullah SAW dan menemuinya untuk mendengarkan Rasulullah SAW membaca Al-Qur'an.

Membaca Al-Qur'an adalah hal paling intensif yang dilakukan Rasulullah SAW ketika Ramadhan, membaca Al-Qur'an juga merupakan salah satu fitur atau instrumen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, guna mencapai ridha-Nya, serta memasuki pintu-pintu rahmat-Nya.

Membaca Al-Qur'an tentu bukan hanya membacanya semata, namun ketika membacanya, hati kita menjadi tenang, peka, sensitif terhadap diri kita sendiri, terhadap hubungan kita kepada Allah SWT, ataupun sesama manusia.

Misalnya hati kita menjadi sensitif terhadap realitas yang sedang kita hadapi, sehingga dapat mengambil langkah-langkah produktif untuk mendatangkan kebaikan bagi umat Islam, masyarakat, bangsa dan negara.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 2,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ - ٢

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal," (QS. Al-Anfal [8]: 2)

Semakin kita membaca Al-Qur'an, kita bisa semakin bertransformasi menjadi umat yang bertakwa, yang diridai oleh Allah SWT.

Mari kita membaca Al-Qur'an, menghayati maknanya, menjadikan Al-Qur'an sebagai perspektif dalam setiap langkah, aktivitas kita, maupun setiap kebijakan yang diambil. Al-Qur'an merupakan rujukan, referensi, penjaga yang dapat terus menunjukkan kebaikan sehingga bisa mendatangkan kemaslahatan.

2. Menjadi Semakin Dermawan

Berikutnya, hal yang patut diambil dan ditiru kebaikannya dari Rasulullah SAW ialah tentang kedermawanan diri. Tertera dalam hadits bahwasanya Rasulullah SAW merupakan seorang yang dermawan, dan dia semakin dermawan ketika Ramadhan tiba.

"Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم orang yang paling dermawan dalam kebaikan dan sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu transformasi yang bisa kita pahami dari puasa ialah membentuk pribadi manusia yang dermawan. Pada saat Ramadhan, kita melatih untuk ikut merasakan penderitaan orang-orang miskin, merasakan laparnya orang-orang yang setiap hari merasakan lapar.

Bulan Ramadhan juga menjadi kesempatan bagi kita menjadi orang yang bertakwa, yaitu dengan melakukan sesuatu untuk memitigasi (membantu) orang-orang yang lapar.

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada kita untuk menjadi orang yang dermawan, terlebih ketika Ramadhan tiba. Beliau SAW mengajarkan kita untuk senang berderma, berinfaq, dan bershadaqah.

Mari kita jadikan Bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk merefleksikan diri sebagai pribadi yang bertakwa, berderma, berbakti dan membantu orang-orang tidak mampu.

3. Memberikan Iftar

Hal ketiga yang bisa kita teladani dari sosok Rasulullah SAW adalah memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa.

Dalam sabda Rasulullah SAW, bahwasanya, "barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu," (HR. Nasa'i dan Tirmidzi).

Memberi makanan berbuka kepada orang berpuasa ialah refleksi transformasi kepribadian yang dibentuk selama Ramadhan. Jadi marilah kita berlomba-lomba berderma, memberi makanan untuk berbuka puasa bagi mereka yang berpuasa.

4. Berdoa

Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa berdoa. "Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu; doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir." (HR. Baihaqi)

Bulan Ramadhan merupakan bulan maghfirah, bulan dikabulkannya segala doa, mari kita intensifkan komunikasi vertikal kepada Allah SWT dengan berdoa.

5. Qiyamul Lail

Hal berikutnya yang terus Rasulullah SAW lakukan selama bulan Ramadhan ialah shalat malam (Qiyamul Lail), seperti tarawih, witir, tahajjud.

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا - ٧٩

"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra [17]: 79)

Mari kita jadikan puasa pada tahun ini lebih berkualitas daripada tahun lalu. Puasa berkualitas ialah puasa yang mampu mentransformasikan diri kita menjadi pribadi yang bertakwa, menjadi perisai terhadap diri, dan mampu memproteksi diri dari hal-hal yang tidak dikehendaki Allah SWT.

Marilah kita bersyukur karena masih diperkenankan oleh-Nya untuk menjalani ibadah pada Ramadhan tahun ini.

Ceramah Ramadhan Singkat #11: Bukber Semangat, Tapi Shalat Magrib Lewat

Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudari, bagaimana puasa hari ini? Semoga selalu lancar Aamiin ya Rabbal alamiin.

Tema ceramah hari ini sangat menarik yakni, Bukber semangat, tapi shalat Maghrib terlewat. Ada di sini orang yang pernah seperti itu? Orangnya datang? Jangan diulangi lagi ya. Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita baca bersama-sama QS. Al-Ma'un ayat 4-7.

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُوْنَ (٦) وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ (۷)

"4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat; 5. (yaitu) yang lalai terhadap shalatnya; 6. Yang berbuat riya; 7. Dan enggan (memberi) bantuan."

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Baca ayat ini jangan hanya sepotong ya Pak, Bu. Jangan hanya fawailul lil mushollin. Jika hanya sepotong, ini bahaya, masak orang yang melaksanakan shalat kok celaka. Kita lihat ayat setelahnya, yaitu orang yang lalai terhadap shalatnya.

Maksud dari lalai itu apa sih? Ini yang mesti dijelaskan. Syekh Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya Atahrir wa At- Tanwir menekankan betul bahwa kata sahûn itu bukan lalai karena lupa tidak melakukan sunnah ab'ad dalam shalat, seperti lupa tidak tasyahud awal misalnya, atau karena ragu dengan jumlah rakaat shalat. Bukan itu maksudnya. Kalau itu kan kita diminta untuk melakukan sujud sahwi.

Ibnu Asyur menyebutkan bahwa orang lalai itu adalah orang yang melakukan shalat karena riya', tidak ikhlas dan tanpa ada niat yang tulus. Orang ini pun mudah meninggalkan shalat. Ini yang dimaksud sebagai orang yang lalai itu.

Imam Jajaluddin As-Suyuthi mengumpulkan beberapa riwayat yang menafsirkan ayat ini. Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, salah satu riwayat itu adalah:

وأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ مَرْدُويَة عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ الَّذِينَ هُم عَنْ صَلَاتِهِمْ ساهُونَ قَالَ: هُمُ المَنافِقُونَ يَتْرُكُونَ الصَّلاةَ في السر ويُصَلُّونَ في العلانية

"Ibnu Jarir dan Ibnu Marduwiyah dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang meninggalkan shalat saat tidak ada orang dan shalat saat di keramaian."

Dari sini, istilah munafik itu sangat luas artinya. Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah dalam kondisi apapun jangan pernah menyepelekan shalat. Wajib is wajib, no debat!!

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Buka bersama pada dasarnya adalah aktivitas yang boleh dan baik. Karena hadis Nabi sebenarnya menyebutkan bahwa kebahagiaan bagi orang yang berpuasa itu salah satunya karena berbuka.

Rasulullah SAW bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

"Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya," (HR Muslim).

Saya membayangkan betapa nikmatnya berbuka puasa bersama. Di momen tersebut, kita bisa silaturahim mengumpulkan sanak famili, kerabat, tetangga, bahkan kawan lama. Kebahagiaan itu memang sudah Rasulullah SAW. sampaikan.

Tetapi, problemnya bukan di buka bersama ya Pak, Bu. Problemnya adalah jika orang-orang yang berbuka puasa itu melewatkan shalat maghrib. Allah SWT, memperingati betul, bahwa orang yang melewatkan puasa ini disebut akan celaka lho. Jadi, kita perlu berhati- hati.

Lantas, bagaimana kita agar tetap tidak melewatkan shalat maghrib. Berikut tipsnya:

  1. Kita menyusun agenda shalat berjamaah. Maksudnya, ketika azan maghrib kita hanya membatalkan puasa saja dengan sajian iftar secukupnya.
  2. Setelah itu kita shalat berjamaah, baru kemudian kita makan besar.
  3. Acara dimulai dari siang atau setelah ashar, bukan dimulai ketika maghrib. Ini menjadi perhatian, karena biasanya bukber ini kemepetan. Sehingga, rata-rata meskipun shalat maghribnya aman tapi shalat tarawihnya bablas.
  4. Mencari tempat yang kondusif. Ini sangat penting, kalau buka bersama di tempat umum yang tidak kondusif, maka kemungkinan agenda shalat akan terganggu. Bisa jadi ada rombongan lain yang pada akhirnya gantian dulu untuk bisa shalat.
  5. Kepanitiaan dibentuk dengan maksimal. Ini untuk menjaga-jaga, karena shalat maghrib itu waktunya sangat pendek.

Terakhir, izinkan saya berpantun:

Pak camat beli tomat
Yang beli harus hormat
Boleh saja buka bersama semangat
Tapi ingat, shalat Maghrib jangan lewat

Terima kasih saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Ceramah Ramadhan Singkat #12: Sedia Payung Sebelum Hujan

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَمَّا بَعْدُ

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah berkahi kita semua, tema kita pada saat ini adalah "Sedia payung sebelum hujan." Kira-kira apa makna pribahasa tersebut di atas?

Maknanya adalah sebelum sesuatu tiba atau datang maka kita sudah bersiap-siap menghadapinya. Menyiapkan untuk apa?

Bukankah sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang istimewa? Dan tamu itu adalah bulan suci Ramadhan. Nah, sebelum tamu agung itu datang, hendaknya kita siapkan untuk menyambutnya, kita sediakan/siapkan payungnya sebelum hujan benar-benar turun.

Apa saja yang kita siapkan? Hadirin kaum muslim dan muslimat, yang perlu kita siapkan sebelum Ramadhan tiba, di antaranya adalah:

1. Ilmu

Semuanya pasti perlu ilmu. Kalau kita hendak ke suatu kota yang belum pernah kita datangi, maka selayaknya bagi kita terlebih dahulu mengetahui ilmunya. Bagaimana supaya bisa sampai ke kota yang mau kita tuju dan jalan yang mana yang harus dilalui supaya tidak salah haluan.

Begitu pula dalam masalah agama, khususnya masalah ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi kita mengetahui ilmu yang berkaitan dengannya.

Imam Bukhori rahimahullah mengatakan,

الْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ

"Berilmu dahulu sebelum berkata dan beramal" (Shohih Bukhori, pembahasan kitabul ilmu, bab ke 10)

Harusnya kita mengetahui ilmu seputar bulan Ramadhan, rukun-rukun puasa, sunnah-sunnah puasa, pembatal-pembatal puasa, adab-adab puasa, keutamaannya, tentang shalat tarawih dan lain sebagainya.

2. Latihan

Apa saja yang berat akan terasa ringan kalau sering latihan. Seorang atletik lari jarak jauh tidak mampu kalau dia tidak pernah latihan lari dimulai dari jarak yang pendek.

Begitu pula ibadah di bulan Ramadhan, perlu adanya latihan untuk pemanasan seperti memperbanyak membaca al-Qur'an, shalat malam, sedekah, berdo'a dan amalan kebaik-an lainnya. Nah, diantaranya pula adalah puasa sunnah di bu-lan Sya'ban, sebagaimana yang dikatakan Aisyah Ummul Muk-minim radiyallahu 'anha,

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَكْمَلَ صِيَامَ رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَن أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا في رَمَضَانَ وَمَا قط إلا شَعْبَانَ

"Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya'ban" (HR. Bukhari: 1969 dan Muslim: 1156)

3. Semangat

Tentunya semangat yang kuat adalah bekal untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Dengan semangat kita bisa mengatur jadwal, menyusun agenda-agenda kegiatan yang positif, sehingga di bulan tersebut kita bisa beribadah dengan maksimal dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

4. Mengganti puasa yang tertinggal

Bagi yang tahun lalu puasanya tertinggal (ada hari yang tidak puasa) karena ada udzur syar'i sehingga tidak bisa puasa, dan belum di qodho' (ganti), maka bulan Sya'ban inilah kesem-patan untuk menggantinya.

Aisyah radiyallahu 'anha berkata, "Aku dahulu punya kewa-jiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar hutang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari: 1950 dan Muslim: 1146)

5. Berdoa

Persiapan yang tidak kalah pentingnya untuk kita siapkan dalam rangka menyambut bulan yang mulia adalah bedo'a ke-pada Allah, supaya Allah mempertemukan lagi antara kita dengan bulan Ramadhan, memudahkah kita semua untuk meng-isi hari-harinya dengan amal sholeh, menyehatkan badan kita dan memberikan kita kekuatan supaya senantiasa istiqomah di atas jalan yang haq.

Sebagaimana yang dilakukan oleh para salaf zaman dahulu, mereka (para salaf) berdo'a kepada Allah ta'ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepadaNya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Allah menerima (amal-amal sholeh) yang mereka kerjakan" (Lihat "Lathaiful Ma'arif: 1/232 karya Ibnu Rajab)

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah berkahi kita semua, dengan menyiapkan bekal-bekal di atas, semoga di tahun ini kita bisa memaksimalkan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan yang banyak keberkahannya.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ceramah Ramadhan Singkat #13: Puasa dari Fitnah dan Berita Bohong

Tindakan intoleransi kepada kelompok lain, karena perbedaan agama, politik, keyakinan, etnis, budaya dan lain-lain, kini semakin marak terjadi di tengah masyarakat. Akibat dari tindakan ini, membuat munculnya suasana disharmoni, dan bahkan konflik antara kelompok satu dengan kelompok lain.

Tindakan saling hujat, pengerahan demo, saling caci, saling fitnah, mengaku paling Pancasilais dan kelompok lain anti Pancasila, kini semakin merajalela. Banyaknya fitnah dan berita bohong di media sosial, kini semakin menambah tajamnya permusuhan antar kelompok yang berbeda kepentingan.

Padahal, sejatinya masyarakat harus bisa lebih cerdas melihat kualitas berita (informasi), agar jangan sampai terjebak pada permusuhan dan konflik. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأَ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Q.S. al-Hujurat [49]: 6)

Demikian pula dalam konteks bernegara betapa pentingnya kita menjaga ucapan dan menyebarkan berita untuk menjaga kerukunan di tengah masyarakat. Ucapan kebencian dan permusuhan kini begitu mudah muncul yang membuat kegalauan dan ketakutan luar biasa di tengah masyarakat.

Ucapan makar, anti Pancasila, radikal, melepaskan diri dari NKRI begitu banyak muncul dalam pemberitaan media. Apa sesungguhnya yang salah dalam cara pikir dan budaya masyarakat saat ini sehingga begitu mudah tersulut kebencian dan saling fitnah.

Padahal selama ini masyarakat Indonesia terkenal sangat toleran, rukun, pemaaf, dan saling menghargai di tengah perbedaan yang ada. Mengapa kini muncul fanatisme politik yang berlebihan, semangat kedaerahan yang berlebihan, dan perdebatan yang cukup melelahkan karena perbedaan warna politik.

Padahal dalam Al-Quran sudah dijelaskan bagaimana cara berdebat yang baik dan bagaimana cara mengajak masyarakat pada jalan kebaikan. Allah SWT berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. an nahl [16]: 125).

Kalau tokoh-tokoh politik dan tokoh-tokoh agama mampu menerapkan cara yang santun dalam berdebat dan menyikapi perbedaan pendapat tentu tidak akan muncul tindakan intoleransi di tengah masyarakat.

Kasus-kasus intoleransi yang terjadi saat ini harus diurai dengan akal sehat dan pikiran yang jernih demi keutuhan bangsa. Tidak boleh ada satu kelompok yang merasa lebih Pancasilais dari kelompok lain, dan menuduh kelompok lain itu anti Pancasila, radikal dan membuat makar.

Kalau tindakan intoleransi yang marak saat ini tidak segera diatasi dengan baik, akan bisa menjadi "bom waktu" yang akan mengoyak semangat nasionalisme dan persatuan bangsa. Pemerintah tentu harus mampu bertindak adil dan jujur dalam mengatasi setiap persoalan yang ada di tengah masyarakat.

Jangan ada kelompok yang dibiarkan membuat keonaran, sementara kelompok lain dicari-cari kesalahannya dan begitu mudah memberi label makar. Ini tentu tindakan konyol dan akan membuat prahara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sesungguhnya budaya masyarakat Indonesia yang pluralistik ini terkenal sangat toleran, santun, dan menghargai perbedaan yang ada. Kemauan untuk menghargai dan menghormati perbedaan adalah merupakan bagian dari kebudayaan yang sangat luhur.

Masyarakat yang menghargai nilai-nilai budaya tidak akan terjebak pada konflik, karena bagi masyarakat yang berbudaya, perbedaan adalah suatu keindahan yang harus dipelihara dengan baik. Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh akal budi manusia.

Akhirnya dalam momentum Ramadhan ini kita tidak hanya sekedar puasa dengan menahan lapar dan haus. Namun di tengah kondisi bangsa yang kini terjebak pada bahaya intoleransi kita perlu puasa dari fitnah dan berita bohong.

Kita harus cerdas dan cermat menyebarkan informasi yang jujur dan sejuk agar bisa mencerdaskan masyarakat. Sebaliknya, berita bohong dan fitnah sangat menyesatkan dan akan menimbulkan kerusakan yang luar biasa.

Ceramah Ramadhan Singkat #14: Meluruskan Makna Zuhud

Salah satu ajaran Islam yang banyak disalahpahami orang awam ialah zuhud. Banyak di antara mereka mengartikan zuhud sebagai sikap tidak mau mengikuti semangat zaman sehingga mereka enggan mempraktikkannya dalam hidup kekinian. Mereka mengidentikkan zuhud dengan tampilan kumal dan keterbelakangan. Kesalahpahaman inilah yang membuat mereka tidak dapat mereguk manfaat serta besarnya pahala zuhud sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah SAW.

Sekadar contoh, memaknai zuhud sebagai sikap tidak mau maju di bidang ekonomi adalah salah besar. Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak pernah melarang umatnya untuk maju dari segi perekonomian. Banyak sahabat di sekeliling beliau yang kaya raya dan menjadi saudagar tajir kala itu. Zuhud bukanlah penghalang bagi siapa pun untuk menjadi pengusaha atau eksekutif sukses.

Definisi zuhud yang sebenarnya adalah membuang rasa cinta berlebihan terhadap dunia dan seisinya dari dalam hati. Mengutip Imam al-Junaid dalam kitab Madarij as-Salikin, ia menulis, "orang yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia."

Suatu ketika, Zaid bin Tsabit pernah mendengar Rasulullah SAW berkata, "Siapa pun yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan siapa pun yang (menjadikan) akhirat niat (utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)." HR. Ibnu Majah.

Zuhud adalah perbuatan hati, sehingga yang bisa menilai hanya Allah. Itu sebabnya, siapa pun tidak bisa menilai status seseorang itu zuhud atau tidak zuhud, hanya semata dengan melihat tampilan luar. Kepemilikan harta benda bukan standar kezuhudan seseorang. Seseorang bisa menjadi zuhud, kendati Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.

Para ulama sufi menyatakan, banyak orang kaya raya yang memiliki sifat zuhud dan banyak orang miskin yang mempunyai sikap rakus. Orang kaya yang tidak memasukkan kekayaan di dalam hatinya adalah orang yang zuhud. Sebaliknya, orang miskin yang hatinya selalu mendambakan harta kekayaan adalah orang yang jauh dari zuhud.

Jadi sebetulnya tidak ada alasan bagi sebagian kalangan yang menuduh Islam sebagai biang kemunduran karena ajaran zuhudnya. Mereka mengatakan demikian lantaran ketidakpahaman mereka akan hakikat zuhud. Zuhud merupakan amalan hati yang tidak bisa dilihat dari permukaan. Maka, siapa pun tidak berhak berprasangka buruk kepada orang lain karena tidak pernah tahu isi hatinya.

Ceramah Ramadhan Singkat #15: Kacang Lupa dengan Kulitnya

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Hadirin kaum müslimin dan muslimat, yang berbahagia, tema kita pada saat ini adalah "Kacang lupa kulitnya."

Kira-kira apa makna pribahasa itu? Artinya adalah "Orang yang lupa akan asal usulnya."

Seperti orang yang merantau jauh ke negeri antah be-rantah, tidak pulang-pulang, lupa dengan kampung halaman. Maka masuk dalam pribahasa ini "Seperti kacang lupa dengan kulitnya."

Ternyata dalam ibadah pun ada sebagian yang seperti kacang lupa dengan kulitnya. Kok bisa?

Itulah... ketika bulan Ramadhan, rajin beribadah, shalat, puasa, sedekah, baca Al-Qur'an. Lalu selesai Ramadhan selesai pula ibadahnya, lupa shalat, Al-Qur'an jadi berdebu karena tidak di baca lagi, dan masjid menjadi sepi.

Lihatlah ketika bulan Ramadhan yang shalat isya dan tarawih di masjid, banyakkan? Coba lihat kembali di malam takbiran, dan malam-malam berikutnya berapa orang yang shalat isya di masjid?

Jama'ah yang semoga di berkahi Allah, apakah dengan berakhirnya bulan Ramadhan, maka berakhir pula ibadah kita kepada Allah? Apakah ibadah kita kepada Allah hanya dikhususkan pada bulan Ramadhan saja? Padahal Allah berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Beribadalah kepada Allah sampai kematian menjemputmu" (QS. Al-Hijr: 99)

Ingatlah, bahwa Allah yang kita sembah di bulan Rama-dhan adalah Allah yang kita sembah di bulan-bulan lainnya. Allah yang memerintahkan kita shalat di bulan Ramadhan ada-lah Allah yang memerintahkan kita untuk shalat lima waktu di bulan lainnya.

Benarlah apa yang diucapkan para ulama dahulu:

بِئْسَ الْقَوْمُ لَا يَعْرِفُونَ اللَّهَ حَقًّا إِلَّا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ

"Alangkah buruknya suatu kaum, mereka tidak mengenal Allah dengan baik, kecuali hanya di bulan Ramadhan." (Lihat Latho'if al-Ma'arif. 244 karya Ibnu Rajab)

Dan bukti bahwa Allah menerima ibadah kita di bulan Ramadhan adalah dimudahkannya bagi kita untuk melakukan ibadah di bulan yang lainnya, dan begitu pula sebaliknya.

Sebagian ulama berkata:

مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا وَ مِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

"Balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya Dan balasan kejelekan adalah kejelekan setelahnya" (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan surat Al-lail: 4/761)

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbahagia, semoga kita semua bisa istiqomah, senantiasa berlanjut shalatnya dan iba-dah lainnya, meskipun di luar bulan Ramadhan sampai malai-kat maut menjemput kita. Terutama yang laki-laki, karena sangat ditekankan sekali bagi laki-laki untuk shalat 5 waktu berjama'ah di masjid.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ceramah Ramadhan Singkat #16: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah rahmati kita semua, tema kita pada saat ini adalah "Sekali dayung dua tiga pulau terlewati."

Kira-kira apa makna pribahasa itu? Itulah peribahasa orang dahulu. Apa makna yang terkandung dalam kata itu? Maknanya adalah sekali mengerjakan maka dapat menyelesaikan dua atau tiga pekerjaan sekaligus atau bahkan lebih, dalam satu waktu."

Kaitannya dengan bulan Ramadhan apa? Jamaah shalat isya dan tarawih yang dirahmati Allah, tentu peribahasa di atas bisa pula kita kaitkan dengan bulan yang mulia ini, yaitu satu orang, bisa mendapatkan pahala dua atau tiga orang atau bahkan lebih dalam satu waktu.

Amalan apa itu? Yaitu memberi makan orang yang berbuka puasa. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira dengan sabdanya,

مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، غَيْرُ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

"Barangsiapa yang memberi makan orang yang (berbuka) pua- sa, maka baginya pahala semisal orang yang berpuasa, tanpa dikurangi dari pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (HR. At- Tirmidzi: 807 dan Ibnu majah: 1746)

Sebagai faedah: memberi makan orang yang berbuka puasa ada beberapa bentuk:

  1. Mengundangnya untuk makan di rumah, atau
  2. Membuatkan makanan dan mengirimkan untuknya, atau
  3. Membelikan makanan untuknya.
  4. Kalau kita menjamu satu orang saja untuk berbuka, maka pahala puasanya akan kita dapatkan dan tidak mengurangi pahala orang itu sedikitpun.
  5. Lalu, bagaimana kalau yang kita jamu ada 5 orang? Atau satu masjid? Berapa banyak pahala yang didapat.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati, mari kita gunakan kesempatan emas ini untuk menjamu berbuka puasa keluarga, kawan, tetangga dan siapa saja. Supaya kita bisa meraih pahala yang berlipat-lipat ganda. Sekali dayung dua tiga pulau terlewati.

وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ceramah Ramadhan Singkat #17: Menjaga Semangat Ramadhan untuk Setahun ke Depan

Puasa Ramadhan adalah salah satu momen yang paling dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan suci ini bukan hanya menjadi waktu untuk menahan lapar dan dahaga melalui puasa dan juga menahan hawa nafsu yang membatalkannya, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri secara spiritual dan moral.

Pada bulan Ramadhan kita ditempa untuk menjadi pribadi yang berkualitas lahir dan batin melalui sebuah semangat ibadah yang tumbuh yakni ibadah puasa dan berbagai ibadah-ibadah lainnya. Bulan Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali misi utama diciptakannya kita ke dunia ini yakni untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS Ad-Dzariyat: 56)

Namun, setelah Ramadhan berlalu, seringkali semangat dan amalan baik yang dilakukan selama bulan ini meredup begitu saja. Oleh karena itu, dalam kultum kali ini, mari kita kupas bersama bagaimana kita dapat menjaga semangat Ramadhan yang hanya satu bulan untuk semangat sepanjang tahun dengan mengamalkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, Ramadhan mengajarkan kita tentang kesabaran. Menahan lapar dan haus serta hawa nafsu sepanjang hari tidak hanya menguji fisik, tetapi juga melatih jiwa untuk bersabar dalam menghadapi segala cobaan. Oleh karena itu, mari kita terapkan nilai kesabaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan berbagai aktivitas kehidupan pribadi, bersabar adalah kunci untuk tetap tenang dan melewati setiap ujian dengan kemantapan hati.

Selanjutnya, Ramadhan juga memberikan pelajaran tentang solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Selama bulan Ramadhan ini, kita dilatih untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Kita memberikan sedekah dengan tulus dan berusaha membantu orang-orang yang membutuhkan. Nilai ini harus kita pertahankan setelah Ramadhan berakhir. Mari kita jadikan kepedulian terhadap sesama sebagai gaya hidup kita, sehingga kebaikan yang dimulai selama bulan suci ini dapat terus berlanjut sepanjang tahun.

Selain itu, Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Saat kita merasakan lapar dan haus, kita menjadi lebih menyadari betapa beruntungnya kita dibandingkan dengan orang lain yang mungkin tidak memiliki makanan yang cukup. Mari kita terus bersyukur dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus menunggu bulan Ramadhan tiba. Dengan mensyukuri setiap nikmat, kita dapat hidup dengan lebih bahagia dan penuh rasa syukur. Di antara upaya syukur adalah dengan berbagai dengan sesama.

Upaya ini juga merupakan wujud syukur kita pada Allah dan juga kepada sesama manusia. Rasulullah bersabda dalam haditsnya:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

Artinya: "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia." (HR. Abu Dawud)

Ramadhan juga mengajarkan kita tentang pengendalian diri, terutama dalam hal menahan diri dari perilaku buruk dan godaan yang dapat merusak amalan puasa. Setelah Ramadhan, mari kita terapkan kendali diri ini dalam menghadapi godaan sehari-hari, baik itu dalam hal makanan, ucapan, maupun tindakan. Dengan mengendalikan diri, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih terarah menuju kebaikan.

Selanjutnya, Ramadhan memberikan pelajaran tentang ketekunan dalam beribadah. Selama bulan ini, kita meningkatkan frekuensi ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Setelah Ramadhan, mari kita tetap tekun dalam menjalankan ibadah harian, seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Quran. Dengan mempertahankan ketekunan ini, kita dapat memperkuat hubungan spiritual kita dan menjadikan ibadah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Terakhir, Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Al-Quran. Selama bulan ini, kita berusaha memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran suci yang terkandung dalam Al-Quran. Setelah Ramadhan, mari kita terus membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah.

Dengan mengamalkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjaga semangat Ramadhan sepanjang tahun. Mari jadikan bulan suci ini sebagai awal perubahan positif dalam diri kita, dan mari kita pertahankan dan tingkatkan kebaikan serta semangat yang telah kita tanamkan selama Ramadhan. Dengan upaya ini, mudah-mudahan kita akan terus menjadi baik seiring dengan berjalannya waktu. Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)." (HR Al-Hakim).

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita dalam menjalankan kehidupan yang penuh berkah dan rahmat. Amin.

Itulah 15+ ceramah Ramadhan singkat berbagai tema yang bisa detikers jadikan referensi. Semoga membantu!




(sto/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads