Bunuh Diri di Purbalingga Naik 4 Kali Lipat, Dipicu Bullying hingga Perjodohan

Bunuh Diri di Purbalingga Naik 4 Kali Lipat, Dipicu Bullying hingga Perjodohan

Anang Firmansyah - detikJateng
Selasa, 31 Des 2024 16:37 WIB
Kapolres Purbalingga, AKBP Rosyid Hartanto menjelaskan kepada wartawan terkait hilangnya pendaki wanita di jalur pendakian Gunung Slamet, Selasa (8/10/2024).
Kapolres Purbalingga, AKBP Rosyid Hartanto, Selasa (8/10/2024). (Foto: Anang Firmansyah/detikJateng)
Purbalingga -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Angka bunuh diri di Kabupaten Purbalingga sepanjang tahun 2024 mencapai 18 kasus. Jumlah ini meningkat 4 kali lipat daripada tahun sebelumnya.

Kapolres Purbalingga, AKBP Rosyid Hartanto saat konferensi pers akhir tahun 2024 menjelaskan kasus bunuh diri pada 2023 hanya 4 kasus. Namun jumlahnya naik drastis menjadi 18 kasus pada tahun 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada tahun ini ada 18 kasus bunuh diri. Sebagian besar kasus melibatkan korban berusia di atas 50 tahun. Faktor utama penyebabnya adalah sakit berkepanjangan, hidup sendiri, dan masalah ekonomi," kata dia di hadapan wartawan, Selasa (31/12/2024).

Menurut Rosyid, ada juga satu kasus bunuh diri yang melibatkan seorang remaja. Mirisnya alasan remaja tersebut mengakhiri hidup diketahui karena kerap dibully oleh teman sebayanya.

ADVERTISEMENT

"Terdapat satu kasus yang melibatkan seorang remaja, diduga bunuh diri akibat korban perundungan (bullying). Lalu ada juga seorang pemuda berusia 23 tahun yang memilih mengakhiri hidup karena menolak perjodohan yang diatur oleh orang tuanya," terangnya.

Rosyid menyebut peningkatan angka ini harus menjadi perhatian serius semua pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

"Kasus-kasus ini mencerminkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, kondisi sosial, dan dukungan lingkungan bagi mereka yang rentan," jelasnya.

Dirinya mengimbau kepada masyarakat bisa lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar. Apalagi jika menjumpai orang yang menunjukkan tanda-tanda tekanan mental atau kesulitan hidup.

"Kita harus saling mendukung dan membuka ruang komunikasi agar kasus serupa tidak terus meningkat," pungkasnya.




(aku/rih)


Hide Ads