Angka kasus bunuh diri di Karangasem, Bali, sepanjang 2024 tercatat cukup tinggi, dengan 34 kasus yang semuanya dilakukan dengan cara gantung diri. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah masyarakat usia lanjut, meskipun terdapat pula korban dari kalangan remaja dan dewasa.
Kapolres Karangasem AKBP I Nengah Sadiarta mengungkapkan faktor utama yang memicu tindakan bunuh diri adalah sakit menahun dengan total 18 kasus. Selain itu, terdapat tujuh kasus yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, tujuh kasus akibat depresi, dan dua kasus terkait permasalahan asmara.
"Untuk penyebabnya lebih didominasi oleh faktor sakit menahun, tekanan ekonomi, depresi permasalahan asmara," kata Sadiarta, Jumat (27/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna menekan angka bunuh diri, Polres Karangasem telah merancang berbagai upaya pencegahan, termasuk program 'Jumat Curhat' dan 'Minggu Kasih'. Melalui program ini, polisi mendekatkan diri kepada masyarakat dengan memberikan edukasi dan membuka ruang diskusi untuk membantu mereka yang menghadapi permasalahan.
Selain itu, Bhabinkamtibmas di setiap desa diinstruksikan untuk aktif mengimbau masyarakat agar saling peduli dan mendorong individu yang memiliki masalah untuk membuka diri. Langkah ini diharapkan dapat membangun jejaring dukungan sosial yang lebih kuat.
Sadiarta menegaskan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dalam menangani kasus bunuh diri secara komprehensif. Menurutnya, pendekatan multidisiplin yang melibatkan instansi kesehatan, sosial, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah tindakan serupa di masa depan.
"Upaya pencegahan tidak bisa kami lakukan sendiri. Butuh bantuan dari semua pihak, terutama pemerintah daerah dan masyarakat. Satu nyawa memiliki nilai yang sangat berharga dan layak untuk diselamatkan," tambahnya.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi angka kasus bunuh diri di Karangasem dan menciptakan lingkungan yang lebih peduli terhadap kesehatan mental serta kesejahteraan masyarakat.
(dpw/gsp)