Ngabuburit untuk menunggu waktu berbuka puasa dilakukan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia. Biasanya, mereka melakukan kegiatan positif dengan berbagai cara. Salah satunya dilakukan mahasiswa asing di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Mahasiswa asing di sini mengikuti kegiatan masak-masak dalam acara Festival Kuliner Internasional. Mereka dituntut untuk belajar memasak menu tradisional seperti mendoan dan nasi goreng.
Aymen Mouhine (23) mahasiswa asal Maroko jurusan Sastra Inggris mengaku tertantang dengan acara festival yang digelar. Ia mengaku cukup kesulitan memasak tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini lagi masak nasi goreng. Saya baru pertama kali masak ini. Sedikit susah karena ini saya baru pertama kali masak seperti ini," katanya kepada wartawan, Jumat (22/3/2024).
"Susahnya di bumbunya. Harus digeprek. Saya belajar lewat YouTube baru kemarin," sambungnya.
Aymen menyebut ini merupakan tahun ketiga dirinya berpuasa di Indonesia. Ada perbedaan mencolok kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indonesia dengan Maroko.
"Ini tahun ketiga saya di sini. Puasa di Indonesia agak berbeda dengan Maroko. Apalagi cuacanya. Di sini sebelum waktu iftar banyak jajanan makanan. Kalau di Maroko kalau nggak masak sendiri nggak makan," terangnya.
Sementara itu, Rektor UMP, Assoc Profesor Jebul Suroso menjelaskan acara ini diikuti oleh mahasiswa asing yang berkuliah di kampus setempat dari 16 negara dengan jumlah 136 mahasiswa.
"Masaknya rupa-rupa dari negara mereka nanti akan sajikan dan lihat bersama. Dan khusus yang dikompetisikan adalah masakan Banyumas. Yaitu mendoan dan nasi goreng," jelasnya.
Alasan dipilihnya menu mendoan dan nasi goreng, menurutnya, karena ingin mengenalkan menu tradisional ke mahasiswa asing yang sedang menjalani studi di Purwokerto.
"Saya pikir nggak ada yang nggak kenal mendoan ya dan nasi goreng. Contohnya banyak dari negara seperti Palestina yang menyukai itu. Ini juga sebagai upaya mempromosikan masakan tradisional," ujarnya.
Tujuan diadakannya acara ini menurut Jebul karena sebagai mengisi waktu untuk menunggu berbuka puasa. Selain itu juga menghargai para mahasiswa yang merantau dan jauh dari keluarga pada waktu bulan Ramadan.
"Kami menghargai mereka bahwa kita sangat perhatian. Lalu juga mereka bisa paham masakan yang ada di Indonesia. Ini juga sebagai mengisi waktu menunggu berbuka puasa," pungkasnya.
(apu/ahr)