Sejarah Puasa Tarwiyah: Meneladani Kisah Nabi Ibrahim

Sejarah Puasa Tarwiyah: Meneladani Kisah Nabi Ibrahim

Noris Roby Setiyawan - detikJateng
Jumat, 23 Jun 2023 17:06 WIB
Ilustrasi puasa hari syak atau 30 Syaban.
Sejarah Puasa Tarwiyah: Meneladani Kisah Nabi Ibrahim. Foto: Getty Images/iStockphoto/wing-wing
Solo -

Puasa Tarwiyah merupakan salah satu dari sekian banyak puasa sunnah yang dapat dilaksanakan oleh umat Islam. Puasa tarwiyah dapat diamalkan umat Islam pada tanggal delapan Dzulhijjah.

Berdasarkan catatan sejarahnya, puasa Tarwiyah menjadi peringatan terhadap ketaatan Nabi Ibrahim as terhadap perintah Allah.

Berikut ini sejarah puasa tarwiyah, dikutip detikJateng dari Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah oleh Nur Solikhin (2018) dan dari laman resmi Nahdlatul ulama serta laman Madrasah Ibtidaiyah Asshomadiyah, Jumat (23/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilakukan untuk memperingati kisah ketaatan Nabi Ibrahim as dalam menunaikan perintah Allah, ketika beliau memperoleh mimpi menyembelih Nabi Ismail yang adalah putranya sendiri. Dalam suatu kisah disebutkan bahwa Nabi Ibrahim sangat taat terhadap Allah, bahkan ia telah terbiasa untuk beribadah dengan cara berkurban binatang. Setiap musim haji Nabi Ibrahim menyembelih 1000 ekor domba, 100 ekor sapi, dan 10 ekor unta.

Banyaknya jumlah binatang kurban Nabi Ibrahim membuat masyarakat menjadi kagum dengannya. Hingga suatu ketika, Nabi Ibrahim mengatakan, "Apabila Allah memerintahkanku untuk menyembelih anakku, pasti aku akan menyembelihnya." Perkataan tersebut mengindikasikan bahwa Nabi Ibrahim adalah figur yang sangat taat dan rela melakukan apapun yang telah menjadi perintah dari Allah.

ADVERTISEMENT

Seusai menikah dengan Siti Hajar, Nabi Ibrahim memperoleh anak yang sangat rupawan dan sangat ia cintai bernama Ismail. Ketika Ismail masih kecil, Nabi Ibrahim memperoleh mimpi untuk menyembelihnya, namun hal itu tidak dihiraukan oleh Nabi Ibrahim. Hingga akhirnya mimpi yang sama hadir kembali kepada Nabi Ibrahim. Melalui mimpi kedua inilah Nabi Ibrahim mulai berpikir dan mengajak Nabi Ismail dan Siti Hajar untuk berdiskusi bertukar pendapat perihal perintah Allah tersebut.

Momentum Nabi Ibrahim berpikir keras dalam kemelut dan kerinduan seorang nabi kepada Tuhan inilah yang kemudian dikenal dan diperingati dengan puasa tarwiyah yang memiliki arti berpikir-pikir.

Makna Puasa Tarwiyah

Hari Tarwiyah yang jatuh pada tanggal 8 Dzulhijjah merupakan salah satu hari puncak dalam ibadah haji. Pada waktu itu jemaah haji sedang melakukan perjalanan untuk berkumpul di Arafah untuk melebur menjadi satu, menjadi sama, dan menghilangkan segala bentuk perbedaan di dunia.

Di saat itu umat Islam yang tengah berhaji juga merenung dan memperbanyak amalan dengan harapan dapat menghapus segala bentuk kemusyrikan dan kesombongan. Hal ini kemudian dikaitkan dengan hari Tarwiyah yang memiliki arti atau makna berpikir dan merenung.

Tata Cara Puasa Tarwiyah

Secara khusus tidak ada pembeda antara puasa tarwiyah dengan puasa lainnya. Hanya saja puasa tarwiyah dilakukan di bulan Dzulhijjah tepatnya pada tanggal delapan.

Seperti halnya dengan puasa pada umumnya, puasa tarwiyah ditunaikan dari waktu pagi sebelum subuh hingga adzan magrib. Selain itu, hal-hal yang membatalkan puasa sama persis dengan puasa wajib. Umat Islam tidak diwajibkan untuk mengganti puasa tarwiyah apabila batal karena hukum puasa Dzulhijjah adalah sunnah.

Bacaan Niat Puasa Tarwiyah

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ ΨͺΩŽΨ±Ω’ΩˆΩΩŠΩ‘ΩŽΨ©ΩŽ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillΓ’hi ta'Γ’lΓ’.

Artinya: "Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta'Γ’lΓ’."

Sebagai ikhtiar untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim berdasarkan sejarahnya di atas, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan puasa tarwiyah sesuai tata cara dan bacaan niatnya tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dil/ahr)


Hide Ads