Dampak musim kemarau sudah mulai dirasakan oleh warga Wonogiri wilayah selatan. Sebagian masyarakat di wilayah itu sudah mulai membeli air bersih lewat truk tangki untuk kebutuhan sehari-hari.
Salah satu warga yang sudah mulai merasakan dampak kemarau adalah Sri Lestari (50), warga Desa Paranggupito, Kecamatan Paranggupito. Ia mengaku sudah mulai membeli air bersih dengan cara memesan dari truk tangki.
"Saya baru sepindah (sekali beli air bersih). Kalau tetangga sudah ada yang beli beberapa kali," kata dia kepada wartawan, Rabu (7/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri dan warga lain membeli air bersih karena di wilayahnya itu sudah mulai jarang turun hujan. Padahal, sejumlah warga masih menggantungkan air hujan untuk digunakan kebutuhan sehari-hari.
Saat musim penghujan, Sri menampung air hujan di bak penampungan. Air itu menjadi satu-satunya sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Saat kemarau tiba, Sri membeli air tangki karena air hujan yang ditampung sudah habis. Selain itu ia juga tidak memiliki sumur bor.
Untuk diketahui, warga Paranggupito banyak yang tak memiliki sumur. Kondisi tanah yang merupakan pegunungan karst membuat warga kesulitan mendapatkan sumber air tanah.
"Kalau saya beli air saat musim seperti ini karena belum pasang ledeng (PDAM). Kalau yang sudah pasang ya belum beli air bersih. Kalau musim hujan itu kan air hujan ditampung di bak dan digunakan. Kalau kemarau tidak bisa," ungkap dia.
Menurutnya, ketika musim kemarau warga sudah biasa membeli air bersih. Saat ini harga air bersih satu tangki ukuran 6.000 liter sebesar Rp 150.000.
"Itu kalau penggunaannya irit bisa sampai dua minggu. Karena di rumah saya ada lima orang. Ya untuk minum, mandi dan masak. Kalau mencuci ke Telaga Kedokan," ujar dia.
Selain Desa Paranggupito, warga di Desa Ketos, Kecamatan Paranggupito, juga sudah ada yang mulai membeli air bersih. Hal itu dikonfirmasi langsung oleh Kepala Desa Ketos, Sukatno.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Ia mengatakan, meski sudah ada yang membeli air bersih, namun jumlahnya tidak sebanyak tahun lalu. Sebab sudah ada infrastruktur air bersih yang diupayakan Pemkab Wonogiri. Di Ketos ada 10 bak penampungan air PDAM. Setiap tampungan bisa memuat 6.000 liter air.
"Ada beberapa yang beli air tangki. Karena jarak dari tampungan seperti dari Dusun Nglaran dan Kuniran. Mungkin karena tidak mau nunggu dulu (antri mengambil air), akhirnya beli," kata Sukatno.
Menanggapi hal itu, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan akan melakukan peningkatan pelayanan air bersih di Kecamatan Paranggupito. Pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa kades.
"Akan ada upaya dari HU (hidran umum) kita tarik ke SR (sambungan rumah). Ini biar lebih mudah," ungkap dia.
Ia menuturkan, Pemkab telah menganggarkan APBD Rp 4-6 miliar untuk penambahan pelayanan air bersih dalam wujud pipanisasi. Saat ini udah dilakukan upaya pengeboran sumber air di beberapa titik.
"Ini untuk men-support ketersediaan air di HU yang ada. Target kami, coverage pelayanan air bersih bisa mencapai 90 persen," kata dia.